"Elvira, apakah kamu melihat itu? Ardian Prasetya ini cukup ganas. Dia bahkan berani menendang Roland Pratama. Bukankah dia terlihat keren ketika tiba-tiba salah satu Penjaga itu tumbang ke tanah?" Tinia Atmaja sebelumnya keluar dari mobil dan melihat seluruh kejadian itu. Meski dia melihat seluruhnya dari awal sampai akhir dia tetap tidak tahu apa yang terjadi pada pengawal itu, setelah Ardian Prasetya menunduk, penjaga itu berteriak kesakitan, dan ketika Ardian Prasetya bangun, penjaga itu sudah jatuh ke tanah.
"Keren dari mananya? Dia cuma orang gila!" Angkara Elvira sama sekali tidak mengharapkan Ardian Prasetya melakukan itu, dia bahkan berpikir itu adalah langkah yang cerdik. Dari sudut pandang orang lain, itu akan terlihat seperti Roland Pratama lah yang mencari masalah terlebih dahulu dengan Ardian Prasetya. Terlepas dari itu, Angkara Elvira sudah memutuskan untuk mengusirnya. Tidak peduli apa yang dia lakukan, dia masih akan membuatnya gagal.
"Sudahlah Elvira, kenapa kamu tidak terima saja dia?" Tinia Atmaja memberi masukan. "Tinia, kamu sebenarnya ada di pihak siapa?" Angkara Elvira menatapnya dan bertanya, "Hey, jangan bilang kamu jatuh cinta pada pekerja itu?" Mata besarnya menyelidik dan bibirnya melukiskan senyum manja.
"Apa? Tentu saja tidak!" Tinia Atmaja panik kemudian menggelengkan kepalanya, dia menyangkal, "Kenapa malah aku? Kamu kali!"
"Jika kamu tidak jatuh cinta padanya, lalu mengapa kamu ingin membiarkannya tinggal? Untuk membuatku malu?" Angkara Elvira menggelengkan kepalanya.
"Bukan! Bukan itu maksudku!" Tinia Atmaja marah dan meninju pelan bahu sahabatnya, "Coba pikirkan, tidak ada yang berani menentang Roland Pratama di sekolah karena dia punya dua backingan. Namun, jika Ardian Prasetya menjadi tamengmu dan bersekolah di sekolah kita, akan ada orang yang tidak takut padanya bahkan berkelahi dengannya. Tidakkah kamu berpikir bahwa hal-hal akan mulai membaik dengan ini?" Tinia Atmaja menjelaskan dengan licik, "Jika mereka berdua sibuk berkelahi, maka Roland Pratama tidak akan punya waktu untuk mengganggumu lagi!"
“Berkelahi? Apa menurutmu Roland Pratama adalah seseorang yang bisa dipermainkan?" Angkara Elvira langsung ke intinya, "Bagaimanapun, sama seperti dua kacung itu, Ardian Prasetya hanyalah seorang pekerja dengan latar belakang yang lemah. Orang seperti Roland Pratama bisa menghancurkannya dengan satu kali panggilan!"
Mata Tinia Atmaja bersinar dan hidungnya meninggi ketika dia memberikan pendapatnya, "Aku rasa dia tidak akan berani melakukan itu. Apa menurutmu Roland Pratama akan berani melakukan apapun pada Ardian Prasetya jika dia tahu kamu adalah pemiliknya? Jika seseorang suka dengan majikan seekor anjing, bahkan jika anjing itu menggigitnya, dia akan berkata bahwa itu baik-baik saja!"
Mendengar ini, Angkara Elvira langsung tersenyum. "Ada benarnya. Baiklah, dia diizinkan untuk tinggal." Angkara Elvira merasa bahwa penjelasan Tinia Atmaja cukup masuk akal. Jadi, dia segera setuju dan bertanya pada Arnold Ken, "Paman Ken, apakah Anda sudah mendaftarkan asuransi untuknya? Sesuatu yang buruk mungkin akan menimpanya di masa depan. Kita tidak bisa tidak bertanggung jawab, kan?"
"Huh? Sesuatu yang buruk akan terjadi padanya?" Arnold Ken tercengang dan berpikir, "Nona Muda seharusnya tahu bahwa tidak mungkin seseorang yang dengan dibawa oleh Presdir bisa begitu lemah. Apa keluarga Pratama sekuat itu?" Arnold Ken bertanya-tanya di dalam hatinya dan memutuskan untuk menyelidiki keluarga Pratama secara rinci di kala waktunya senggang. "Jangan khawatir, semuanya beres, Nona Muda."
Pada saat itu, Ardian Prasetya kembali ke mobil dan duduk di kursinya. Dia memandang Angkara Elvira dan bertanya, "Apa Nona Muda tidak masalah dengan seperti itu saja?" Ardian Prasetya menilai bahwa sumber keberanian dari Roland Pratama adalah dua Penjaganya dan harga dirinya yang tinggi.
Namun, dia tidak tahu setinggi apa keberaniannya. Jadi, untuk saat ini, dia hanya menanamkan rasa gelisah ke dalam hati Roland Pratama dengan menghancurkan satu pengawalnya dan menjatuhkannya untuk melukai harga dirinya. Dia tidak bisa lebih dari ini ketika informasi tentang Roland Pratama tidak ia miliki.
"Hmp, kamu hampir tidak berhasil." Angkara Elvira mendengus. Ardian Prasetya tersenyum dan duduk kembali di kursi penumpang depan. Dia tidak perlu repot-repot mengatakan hal lain. Dia tahu bahwa klien wanita adalah makhluk yang rumit. Jadi, dia tidak melihat perlunya berdebat akan kejelasan dengan Angkara Elvira.
Ketika Angkara Elvira melihat bahwa Ardian Prasetya hanya tersenyum dan diam setelah itu, dia merasa amarahnya berkobar lagi. Dia mengharapkan Ardian Prasetya mengucapkan beberapa kata atau berterima kasih. Di masa ini, persaingan di masyarakat sangat kuat. Bahkan lulusan perguruan tinggi harus ke sana kemari mencari kesempatan untuk bertahan hidup. Ardian Prasetya menemukan pekerjaan yang bagus langsung setelah dia memasuki kota, dia seharusnya merasa sangat bahagia.
"Hei, apakah kamu tidak akan menunjukkan rasa terima kasih?" Angkara Elvira tidak bisa menahannya lagi. Segera setelah dia melihat wajah bingung Ardian Prasetya, dia menyesal sudah mengatakan pertanyaan itu. "Maaf? Terimakasih untuk?"
Ardian Prasetya sama sekali tidak memahaminya. Bahkan jika ada seseorang yang harus berterimakasih, orang itu adalah Angkara Elvira. Dia sudah memenuhi permintaan egoisnya dan merendahkan dirinya sehingga mau melakukan kekerasan pada warga sipil hanya karena Nona Mudanya menginginkan hal itu. Bukankah seharusnya Angkara Elvira yang berterimakasih padanya?
"Ugh, dasar! Lupakan saja!" Angkara Elvira sangat marah. Dia tidak tahu lagi kenapa semua laki-laki sangat bodoh. Dia memberinya isyarat dengan sangat jelas, tetapi tetap saja mereka tidak memahaminya. Angkara Elvira bertanya-tanya, bukankah orang ini profesional di bidangnya? Seharusnya dia tahu bagaimana memperlakukan majikannya dengan baik!
Tinia Atmaja tertawa cekikikan. "Maksud Elvira adalah, bukankah seharusnya kamu berterima kasih padanya, sekarang dia telah menerimamu sebagai tamengnya?" Tinia Atmaja tersenyum licik saat dia menjelaskan apa yang coba diisyaratkan oleh Angkara Elvira. "Tinia, apa yang kamu katakan!? Kapan aku menerimanya sebagai tamengku!?" Ketika Angkara Elvira mendengar muslihat kata Tinia Atmaja, dia sangat terkejut dan pipinya memerah seketika. Kata-kata itu terlalu sugestif. Itu sama saja dengan dia menerima penyataan untuk berkencan.
Angkara Elvira masih marah dengan Tinia Atmaja dan dia ingin merevisi situasi ini dengan baik. Namun, dia tidak sempat melakukannya. "Oh? Sudah sampai. Kalau begitu, selamat tinggal Elvira, sampai jumpa besok. Kamu juga, Tuan Tameng, hahaha!" Mobil berhenti di depan pintu vila, Tinia Atmaja melambaikan tangan pada Angkara Elvira dan mengedipkan mata pada Ardian Prasetya sebelum meninggalkan mobil.
"Tuan Tameng? Panggilan yang aneh." Ardian Prasetya tersenyum pahit. Tinia Atmaja tinggal sangat dekat dengan Angkara Elvira. Bahkan, bisa dikatakan kalau vila mereka hanya bersebelahan. Mobil berbelok dua kali dan sudah tiba di vila keluarga Angkara.
Di bawah pengaruh Tinia Atamah, Angkara Ekvira memang memutuskan untuk menerima Ardian Prasetya, tetapi ketika dia melihat pekerja itu juga ikut turun dengan barang bawaannya menuju vila, dia meledak, "Apa-apaan? Kenapa kamu mengikutiku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments