Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun

Ardian Prasetya memeriksa ulang alamat dan nama gedung untuk memastikan dia berada di tempat yang tepat sebelum berjalan menuju gedung.

"Mohon maaf sebelumnya. Apakah ada yang bisa Saya bantu, Tuan?" Saat dia mencoba melangkah lebih jauh ke dalam gedung, dia dihentikan oleh penjaga keamanan.

"Boleh Saya tahu alasan kedatanga Anda ke sini?" Ardian Prasetya terkesan dengan standar kota-kota besar. Mereka bahkan memiliki penjaga keamanan yang berjaga di dalam dan di luar gedung. Namun, sekali lagi dia merasa sedikit kecewa, bahkan Han Maru lebih terlihat lebih kuat dari penjaga ini.

Han Maru adalah anak seorang tukang kayu yang menetap di gunung belakang rumah, dia adalah teman bermain masa kecil Ardian Prasetya. Han Maru mungkin tidak tahu seni bela diri, tetapi dia memiliki tubuh besar kekar yang sangat kuat. Dia bahkan bisa membunuh babi liae dengan satu pukulan tinjunya. Di mata Ardian Prasetya, satpam itu tidak bisa dibandingkan dengan Han Maru atau bahkan babi liar.

Ardian Prasetya mengeluarkan selembar kertas dari sakunya, meliriknya dan menjawab, "Saya kesini mencari Tuan Angkara Adam."

"Angkara Adam? Siapa itu? Kenapa nama itu terdengar begitu familiar?" Salah satu penjaga bergumam sembari memijat dagunya.

"Presdir!" Penjaga yang lebih tua di sampingnya bereaksi terhadap nama itu. Rupanya, dia tahu siapa Angkara Adam. Dia dengan cepat menarik lengan baju penjaga sebelumnya dan berkata, "Perhatikan apa yang kamu katakan. Jika pimpinan sampai mendengar, dia mungkin akan menganggap dirimu tidak sopan pada atasan dan kamu bisa dipecat!"

"Ah!" Penjaga pertama terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan penjaga yang lebih tua. Matanya melebar. Dia menyesali apa yang baru saja dia katakan dan mengutuk dirinya sendiri yang bahkan tidak tahu nama asli Presdir yang seharusnya ia lindungi, dia merasa telah gagal karena tidak pernah mencari tahu dan dirinya terlihat menyedihkan.

Namun, ketika dia melihat pakaian Ardian Prasetya, dia memutar matanya dan merasa lega. Satu orang adalah Presiden Direktur salah satu dari perusahaan teratas di dunia yang menghasilkan ratusan juta dollar pertahunnya, sedangkan yang lainnya adalah pekerja dari pedesaan. Tidak mungkin mereka saling mengenal. Apalagi wajah pemuda di depannya ini tampak seperti orang bodoh, dia tambah yakin bahwa dirinya akan baik-baik saja.

Mungkin pemuda ini berasal dari salah satu lokasi konstruksi dan ada di sini untuk mengajukan keluhan kepada Presiden. Saat penjaga memikirkan hal ini, dia mulai lebih waspada, tidak ada yang lebih mengerikan daripada kemarahan buruh.

Ketika Ardian Prasetya berdiri diam dalam kebingungan. Kedua satpam itu mendapati diri mereka saling menatap. Rupanya keduanya memikirkan hal yang sama.

"Apa urusanmu dengan Presiden?" Penjaga tua itu berdeham dan menatap Ardian Prasetya dengan tegas. Dia khawatir Ardian Prasetya akan melakukan kekerasan terhadap Tuannya.

"Aku tidak athu, Kakekku yang menyuruhku mencarinya." Ardian Prasetya menjawab dengan malas. Dia tidak peduli siapa kliennya. Merekalah yang membutuhkan bantuannya, seharusnya kakeknya sudah memberitahu mereka bahwa dia akan datang hari ini, dan seharusnya mereka sudah menyambutnya atau mengirim orang untuk menjemputnya. Karena Klien tidak melakukan sesuatu untuknya, dia merasa sedikit tersinggung.

"Apa? Memangnya siapa Kakekmu?" Ketika kedua penjaga mendengar apa yang dikatakan Ardian Prasetya, mereka mulai lebih yakin tentang spekulasi mereka bahwa dia ada di sini untuk meminta uang. Wajah bodoh Ardian Prasetya membuat keyakinan mereka naik ke tingkat maksimal.

"Kakekku orang aneh yang menyukai warna merah muda. Daripada membahas Pak Tua itu, lebih baik kalian katakan saja padaku di mana dia berada, aku akan mencarinya sendiri." Ardian Prasetya tidak ingin membuang waktunya berbicara dengan para penjaga ini lahi. Dia ingin bertemu klien secepatnya, dia sangat penasaran dengan isi misi yang bisa membuatnya hidup tanpa khawatir masalah uang. Dia sangat penasaran.

"Presdir tidak datang hari ini, silahkan pergi." Setelah melirik Ardian Prasetya sekali lagi, para penjaga itu sekarang sangat yakin bahwa Ardian Prasetya tidak mengenal Presdir, terutama karena wajah bodohnya. Karena itu, mereka memutuskan untuk mengusirnya.

Ardian Prasetya sudah cukup kesal karena Kliennya merendahkannya. Lalu sekarang, kesabarannya juga ikut dipermainkan oleh mereka.

"Karena dia tidak ada di sini, maka aku akan menunggunya di dalam!" Ardian Prasetya membentak. Kemudian dia mulai berjalan masuk ke dalam gedung. "Berhenti di sana! Kamu tidak diizinkan masuk!" Kedua penjaga itu tidak menyangka Ardian Prasetya akan memaksa masuk dan mereka bergegas menghentikannya.

Pada saat itu, pintu lift terbuka, seorang pria paruh baya yang agak gemuk dan seorang pria paruh baya yang agak gelap dan kurus keluar dari dalam lift. "Hm, aku pikir ini sudah waktunya. Mengapa Prasetya Muda itu masih belum menghubungiku. Apa ada masalah? Arnold Ken, kamu seharusnya sudah melihat fotonya, kan? Pergilah ke stasiun dan cari dia." Pria paruh baya yang agak gemuk itu menginstruksikan kepada pria satunya untuk menjemput Ardian Prasetya di stasiun.

"Saya mengerti, Presdir. Saya akan menjemputnya." Arnold Ken menjawab dengan penuh hormat. Tepat sebelum Arnold Ken pergi, Angkara Adam mengernyit saat mendengar keributan di pintu masuk. Dia kemudian memberi instruksi lain kepada Arnold Ken, "Sebelum kamu menjemputnya, cari tahu apa yang terjadi di sana terlebih dahulu."

Saat Arnold Ken berjalan menuju pintu masuk, dia melihat dua satpam mencoba menghentikan seorang pemuda memasuki gedung kantor. "Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan di sini?"

"Pak Ken, pemuda ini mengklaim bahwa dia ada di sini untuk menemui Presdir. Dia bahkan mencoba untuk memaksa masuk!" jawab penjaga keamanan ketika mereka mengenali Arnold Ken.

Arnold Ken mungkin tidak memiliki posisi yang layak di perusahaan, tetapi dia adalah orang yang paling dekat dengan presdir. Jika Arnold Ken memiliki gelar resmi, itu akan menjadi sopir Presiden atau juru kunci.

Semua orang di perusahaan tahu Arnold Ken bukan hanya seorang sopir. Itulah alasan mengapa satpam memperlakukannya dengan hormat sebagai pimpinan alih-alih sebagai sopir. Terkadang, Arnold Ken bahkan bisa berbicara atas nama presiden, mewakilinya dan menggantikan ketidakhadirannya.

"Ah, wajah yang nampak bodoh itu?" Ketika Arnold Ken melihat Ardian Prasetya, matanya membelalak kaget dan bertanya. "Jika Saya tidak salah, apakah Anda Tuan Muda Ardian Prasetya?"

"Tuan Muda? Yah, Ardian Prasetya memang aku." Ardian Prasetya memandang Arnold Ken dan menganggukkan kepalanya. Sejak Arnold Ken muncul, Ardian Prasetya telah mengamatinya. Secara intuitif, Ardian Prasetya yakin bahwa orang ini bukanlah Angkara Adam. Sebagai presiden sebuah perusahaan, wajar jika dia memiliki semangat yang bermartabat. Tapi Arnold Ken tidak memilikinya. Dia mungkin berwibawa dan dihormati oleh orang lain, tetapi aura kebangsawanan seseorang yang memegang kekuasaan tinggi sedikit spesial.

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!