Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar

"Saya senang berkenalan dengan Anda!" Arnold Ken tahu persis betapa Angkara Adam sangat menghargai pemuda ini. Tanpa banyak penundaan, setelah dia memverifikasi identitasnya, dia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Ardian Prasetya. "Nama Saya Arnold Ken, utusan Presdir. Saya baru saja hendak pergi ke stasiun untuk menjemput Anda. Saya tidak menyangka Anda sudah ada di sini."

"Tidak masalah. Lagipula Saya perlu untuk membiasakan diri dengan jalan-jalan di Distrik Tenggara. Ardian Prasetya tersenyum dan menjabat tangan Arnold Ken. Ardian Prasetya adalah tipe orang yang akan menghormati siapa pun selama mereka menghormatinya. Namun, ketika Arnold Ken yang jauh lebih tua darinya menjadi terlalu sopan, Ardian Prasetya malah menjadi sedikit malu. Apalagi saat dipanggil Tuan Muda, dia merasa bersalah karena sudah menuduh Kliennya tidak menghormatinya.

"Presdir ada di sana. Silakan lewat sini. Saya akan membawa Anda menemui Presdir Angkara." Arnold Ken kemudian dengan hormat memimpin jalan. Dua penjaga dari sebelumnya sekarang menatap punggung Ardian Prasetya dengan mulut terbuka lebar.

"Serius? Si wajah bodoh itu tamu Presdir?" gumam satpam itu. "Pak Ken secara pribadi turun untuk membimbingnya. Tidak mungkin salah!” Penjaga tua itu menghela napas lega, "Kita hampir menyinggung perasaannya. Untungnya Pak Ken datang sebelum kita mengusirnya atau kita akan berada dalam masalah serius."

Saat dia dibimbing oleh Arnold Ken, Ardian Prasetya memperhatikan pria paruh baya agak gemuk yang berdiri di kejauhan. Tidak salah lagi, orang itu adalah orang yang dia cari, Presdir Angkara Murka Grub, Angkara Adam.

"Kamu pasti Ardian Prasetya?" Ketika Angkara Adam melihat Arnold Ken dan Ardian Prasetya berjalan mendekat, dia bergegas menyambutnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

Ardian Prasetya tersenyum dan berjabat tangan dengan Angkara Adam. Ardian Prasetya tidak punya masalah dengan etiket sosial dan dia akan memperlakukan orang yang memperlakukannya dengan baik dengan perlakuan yang sama. "Senang bertemu dengan Anda, Tuan Angkara."

Ardian Prasetya kewalahan dengan betapa tulusnya Angkara Adam. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu klien yang begitu tulus. Meskipun dia diminta untuk menjalankan misi tertentu, mengapa Presdir salah satu perusahaan teratas memperlakukannya setara? Ini membuat Ardian Prasetya sangat penasaran.

"Tuan Muda Prasetya, Saya tahu bahwa Anda mungkin merasa bermasalah, karena Anda harus menurunkan harga diri Anda untuk melakukan tugas ini," kata Angkara Adam setelah ragu-ragu untuk beberapa saat.

Saat pembicaraan dengan Angkara Adam semakin keterlaluan, bahkan Ardian Prasetya yang berkulit tebal mulai merasa malu dan berkata, "Anda salah Tuan Angkara, Saya tidak merendahkan diri untuk melakukan misi ini. Distrik Timur sudah tidak membutuhkan Saya lagi. Jadi, tidak perlu mengungkit posisi Saya di sana karena itu sudah tidak ada gunanya lagi sekarang. Saya kembali ke diri Saya yang lama sekarang, seorang anak laki-laki yang menganyam sendal jerami untuk bertahan hidup. Lagipula, Kakek Prasetya berkata bahwa hadiah misi ini bisa membuatku tidak mengkhawatirkan masalah uang lagi, itu bagus untukku."

Ardian Prasetya berpikir bahwa kliennya kali ini baik. Dia adalah orang yang membayarnya dengan harga tinggi untuk melakukan misi. Namun, dia tetap melakukannya dengan tulus. Tidak seperti beberapa orang yang memperlakukannya sebagai alat sekali pakai atau bahkan orang egois yang mencoba membunuhnya setelah dia selesai melakukan misi.

"Apa? Sendal anyaman jerami?" Angkara Adam tertegun. Dia dengan hati-hati mengamati Ardian Prasetya, dan bertanya-tanya apakah dia salah mengira dia orang lain. Apa yang baru saja Ardian Prasetya katakan membuatnya terkejut. "Jangan bilang tetua Prasetya menyuruhnya menganyam sandal jerami untuk mendapatkan uang?" batinnya. Angkara Adam sekarang terdiam. Dia telah mendengar ayahnya berbicara tentang eksploitasi Ardian Prasetya. Hadiah misi di Distrik Timur baru-baru ini seharusnya berjumlah beberapa ratus juta dollar mengingat kerusakan luar biasa yang dilakukan oleh Ardian Prasetya.

Angkara Adam tahu bahwa ini bukan urusannya. Jadi, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan enggan ketika mendengar apa yang dikatakan Ardian Prasetya. "Baiklah. Kalau begitu, apa Tuan Muda tidak masalah jika kami membayar Anda dua puluh ribu dollar dalam sebulan? Pembayaran ini sudah termasuk biaya sekolah dan pengeluaran harian Anda. Namun, uang yang dihabiskan oleh putriku akan berbeda, Tuan Muda dapat menarik pengeluarannya kembali dari Arnold Ken."

"Dua puluh ribu dollar dalam sebulan?" Ardian Prasetya agak terkejut. Dia dibayar bulanan, itu artinya ini misi yang berkaitan dengan pengawalan, penjagaan, dan semacamnya yang memerlukan banyak waktu. Misi semacam ini biasanya cukup santai dan hanya memerlukan profesionalitas tinggi untuk tidak melewatkan satu kebocoran pada waktu penjagaan.

Ardian Prasetya sedikit ragu karena upahnya sangat tinggi. Bodyguard profesional ternama biasanya hanya dibayar sekitar tiga ribu dollar perbulannya. Namun, hal paling mengganggunya adalah sesuatu tentang biaya sekolah dan putri Tuan Angkara.

Ardian Prasetya tidak tahan. Jadi, dia bertanya, "Tunggu sebentar, Tuan Angkara. Bisakah Anda menjelaskan terlebih dahulu tentang apa misi ini?"

Melihat raut wajah Ardian Prasetya, Angkara Adam mengerti apa yang terjadi. "Apa Penatua Prasetya tidak memberi tahu Tuan Muda tentang detailnya? Kalau begitu silakan lewat sini, Saya akan menjelaskan situasinya kepada Anda secara detail di lantai atas." Angkara Adam tersenyum, dan mereka berjalan berdampingan menuju lift.

Ardian Prasetya telah menyelesaikan segala macam misi aneh selama beberapa tahun terakhir, meskipun dia bingung dengan apa yang dikatakan Angkara Adam, dia tidak akan mundur. Dia sudah sering mendapatkan misi dengan informasi yang buram dan tidak jelas. Jadi, misi kali ini pun seharusnya tidak akan ada masalah.

Angkara Adam sekarang adalah majikannya, bahkan bayarannya tinggi. Jadi, saat berjalan dengan Angkara Adam, Ardian Prasetya memperlambat langkahnya agar dia berjalan di belakang Angkara Adam. Namun, Angkara Adam juga memperlambat langkahnya untuk menyamai langkah Ardian Prasetya.

Secara alami, Ardian Prasetya memperhatikan itu dan itu mengejutkannya. Mengapa Angkara Adam begitu ramah? Meskipun Ardian Prasetya sangat penasaran, dia tidak menyuarakan pertanyaannya karena ini adalah pertemuan pertama mereka. Mereka belum mengenal satu sama lain. Jadi, akan canggung untuk mengajukan pertanyaan seperti itu. Namun, itu bukan masalah. Ardian Prasetya seharusnya bisa menemukan jawabannya pada akhirnya.

Kantor Angkara Adam berada di lantai atas gedung. Luasnya kurang lebih seratus meter persegi, jendela besar menutupi salah satu sisi ruangan, menyebabkan ruangan menjadi terang benderang. Setelah menemani Angkara Adam dan Ardian Prasetya ke kantor, Arnold Ken segera pergi untuk menginstruksikan sekretaris Erina Lim untuk mengambilkan minuman untuk mereka.

"Tuan Muda Prasetya, apa yang ingin Anda minum?" Erina Lim mengenal nama belakang Ardian Prasetya dari Arnold Ken sebelumnya dan dia berinisiatif sendiri untuk menambahkan Tuan Muda di depan namanya karena dia tahu bahwa meski Ardian Prasetya memiliki wajah bodoh dan masih muda, dia pasti seseorang yang spesial karena bisa masuk ke ruangan ini.

"Air biasa tidak masalah, kan?" Sebagian besar waktu di rumah Ardian hanya minum air putih, sehingga menjadi kebiasaan yang susah untuk dilepaskan.

Erina Lim berhenti sejenak dan sambil tersenyum dia berkata, "Tentu, tolong tunggu." Alasan mengapa dia tidak bertanya kepada Presdir Angkara adalah karena dia selalu meminum minuman yang sama setiap hari. Jadi, dia di minta agar tidak menanyakan pertanyaan yang sama dan menggangu konsentrasi sang Presdir.

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!