"Baik-baik, Saya paham apa yang ingin Anda katakan. Kalau begitu, aku akan berbicara seperti biasa dan akan memanggilmu Nak Ardian mulai sekarang. Namun, Anda juga harus melakukannya. Maksudku, kamu harus berhenti memanggilku Tuan Angkara. Panggil aku Paman Adam mulai sekarang." Mata Angkara Adam cukup bersemangat, untuk beberapa saat, dia merasa puas terlibat dalam peran merahasiakan identitas seseorang.
Sementara itu, Ardian Prasetya yang tidak tahu apa yang ada di pikiran Angkara Adam hanya mengangguk dengan bingung. Dia kemudian mengikuti Arnold Ken menuju tempat parkir gedung.
Banyak mobil mewah terlihat di tempat parkir, mulai dari Genesis, Porsche, Buggati, hingga Lamborghini. Orang dapat dengan mudah mengatakan bahwa kebanyakan dari mereka adalah mobil pribadi karyawan, karena ada banyak stiker dan modifikasi interior di dalamnya.
Dari sini, Ardian Prasetya dapat mengetahui bahwa Angkara Murka Grub membayar karyawan mereka dengan sangat baik dan ini berarti keuntungan yang mereka hasilkan pertahunnya tidak cukup untuk dihabiskan sendiri. Nampaknya gaji puluhan ribu tidak banyak untuk sekedar menyewa pengawal pribadi Nona Muda mereka.
Di bawah bimbingan Arnold Ken, Ardian Prasetya mencapai Lexus LM hitam yang sangat terawat. Ardian Prasetya tidak tahu apakah mobil itu baru dibeli atau pengemudinya sangat berhati-hati. Mobil ini sangat bersih dan mulus, persis terlihat seperti baru.
"Tuan Muda, tolong naik ke mobil." Kata Arnold Ken sambil membuka pintu kursi penumpang depan. "Hm? Kamu ingin aku duduk di kursi penumpang depan? Lalu, bagaimana dengan Nona Muda?" tanya Ardian Prasetya setelah ragu-ragu.
"Ah, jangan khawatir. Nona Muda selalu duduk di kursi belakang." jawab Arnold Ken, "Dia punya tas besar. Jadi, tidak nyaman baginya untuk duduk di depan."
Ardian Prasetya hanya bisa mengangguk setuju saat dia masuk ke mobil. Arnold Ken kemudian mengendarai mobil keluar dari tempat parkir bawah tanah. Mereka disambut dengan hormat ketika mobil mereka melewati pos keamanan di pintu masuk tempat parkir.
Arnold Ken adalah pengemudi yang sangat berpengalaman. Tidak seperti Ardian Prasetya, yang hanya belajar untuk balapan dan ugal-ugalan. Arnold Ken adalah seorang pengemudi yang taat hukum. Ardian Prasetya tidak punya pilihan karena kakeknya memintanya untuk belajar mengemudikan mobil jika sewaktu-waktu motor yang biasa Ardian Prasetya gunakan tidak bisa dipakai.
Dalam pelatihannya yang ketat, Kakek Prasetya memanfaatkannya untuk balap liar dan menghasilkan uang dari sana. Meski tahu dirinya dimanfaatkan, Ardian Prasetya tidak punya pilihan selain menurut. Seperti yang kakeknya bilang, seandainya dia tidak bisa memakai motornya dan kondisi saat itu tidak menguntungkan baginya, dia harus melakukan langkah mundur dan beralih dari motor ke mobil menjadi salah satu dari metode pelarian yang wajib ia miliki.
Di sepanjang jalan, Ardian Prasetya fokus dengan sekelilingnya. Di masa depan dia akan sering melewati jalur ini. Jadi, dia harus menghapal tiap detail yang mereka lewati dan melakukan simulasi kecil tentang apa yang mungkin bisa terjadi di jalanan ini. Menjadi pengawal Nona Muda dari keluarga Angkara pastinya cukup menantang, akan ada orang-orang licik yang mengincarnya untuk mendapatkan keuntungan dari Angkara Murka Grub.
Sebagai pengawalnya, Ardian harus memastikan tidak ada yang terlewat dari matanya, dan tidak ada yang boleh lepas dari jangkauannya. Dia harus mendalami lebih jauh dengan medan disekitar dan mencoba mencari rute pelarian terbaik, tempat bersembunyi, dan—
"Apakah kamu tahu cara mengemudi, Tuan Muda?" Arnold Ken yang melihat Ardian Prasetya hanya diam disampingnya memutuskan untuk bertanya ketika mereka berhenti di lampu merah.
Arnold Ken sudah berpengalaman menjadi sopir banyak orang. Dia biasanya dapat mengetahui apakah seseorang tahu cara mengemudi dari tindakannya di dalam mobil. Karena ada sedikit reaksi dari Ardian Prasetya, dia memutuskan untuk mengajukan pertanyaan itu kepadanya.
"Ya, sedikit. Namun, Saya lebih suka membawa roda dua," jawab Ardian Prasetya jujur. Dalam hati dia sedikit berharap Arnold Ken akan memberitahu ini kepada Angkara Adam dan membuat orang kaya itu membelikannya sebuah motor.
"Lalu, apakah Anda memiliki SIM?" Arnold Ken tidak mempertanyakan keahlian mengemudi Ardian Prasetya lebih jauh. Dia tahu betapa Presdir Angkara mempercayai orang ini.
"Tentu tidak." Ardian Prasetya menghembuskan napas dan menggelengkan kepalanya. Meskipun dia tahu cara mengemudi dan bahkan mungkin memiliki pengalaman balapan liar tingkat tinggi, dia sama sekali tidak memiliki lisensi. Lagipula, dia selalu ditugaskan di wilayah yang kacau, di mana darah ditumpahkan tanpa etika. Apa gunanya sebuah lisensi mengemudi, jika kemanusiaan saja diinjak-injak?
Ardian Prasetya secara tidak sadar menjadi sedikit santai, dia tertawa kecil dan berkata, "Saya memang sudah delapan belas tahun, tetapi Saya masih belum mendapat kesempatan untuk mendapatkannya."
Ada semangat di mata Arnold Ken ketika dia mendengarnya. "Bagus, berikan Saya kartu identitas Anda, Tuan Muda. Saya akan membuat lisensi yang dibutuhkan untuk Anda. Jadi, jika sewaktu-waktu Saya sibuk dengan Presdir, Anda dapat menjemput Nona Muda kembali ke rumah!"
Mobil berhenti di dekat sekolah yang tampak sangat mewah. Saat mereka sampai, Arnold Ken menjelaskan, dia biasanya menunggu di sini kereka tidak nyaman mengemudi sampai sekolah. Ardian Prasetya menganggukkan kepalanya setuju, dia paham bahwa mobil ini pastinya akan terlalu mencolok dan mungkin tidak memberikan pengaruh yang baik jika para siswa melihatnya.
Dari dokumen yang diberikan kepada Ardian Prasetya sebelumnya, dia mengerti bahwa SMAN Terbit Tenggara adalah sekolah Swasta yang termasuk dalam kategori terbaik. Namun, tidak seperti sekolah swasta elit yang dikuasai keluarga konglomerat lain, sekoah ini masih menerima siswa berdasarkan hasil ujian masuk. Mungkin memang masih ada beberapa putra dan putri keluarga kaya yang masuk menggunakan koneksi, tetapi sebagian besar siswa di sini masuk dengan keahlian mereka sendiri.
Karena ada tiga keluarga besar yang mendukung SMAN Terbit Tenggara. Segala sesuatu di sekolah, mulai dari fasilitas hingga staf jauh lebih baik daripada sekolah lain. Itu sebabnya sekolah berhasil mempertahankan tingkat promosi mereka yang tinggi selama beberapa tahun terakhir.
Ardian Prasetya mengerti bahwa iklan mereka yang menyebut sekolah ini seratus persen bersih bukanlah representasi yang akurat. Nyatanya beberapa siswa kaya dan manja masih bisa masuk dengan menggunakan kekuatan orang tua mereka, meskipun nilai mereka tidak cukup baik. Lalu, ada juga kasus lain seperti dirinya.
Saat itu, bel sekolah terdengar. Ketika Ardian Prasetya mendengarnya, dia sedikit melamun. Sudah sangat lama sejak terakhir kali dia mendengar suara seperti itu. Mengenang masa lalu yang suram tidak ada gunanya, dia menepuk pipinya agar kembali fokus dan mulai mengamati alun-alun sekolah.
Tidak lama kemudian, murid-murid mulai berhamburan keluar dari blok-blok kelas. Tidak semua dari mereka mengenakan seragam sekolah. Hal itu karena pihak sekolah tidak terlalu ketat dengan pakaian siswanya selama tidak ada acara penting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments