Ardian Prasetya berhenti dan berbalik untuk bertanya pada Arnold Ken, "Bukankah aku akan tinggal di sini?" Mendengarnya, Angkara Elvira berteriak marah, "Dalam mimpimu!" Dia meletakkan tangan di pinggang dan mnghardik, "Tidak ada orang asing yang boleh meletakkan kakinya di vilaku, apalagi jika itu laki-laki udik sepertimu!"
Arnold Ken menyeka keringat di dahinya dan berpikir bagaimana dia seharusnya meluruskan masalah yang kian waktu semakin merepotkan ini. Ketika Angkara Elvira melihat Arnold Ken menyeka keringatnya. Dia menyadari bahwa ayahnya sepertinya telah membuat kesalahan besar. Sekujur tubuhnya seketika menjadi lemas dan ketidak sukaannya pada Ardian Prasetya semakin menumpuk.
"Nona muda, Presdir Angkara telah menginstruksikan agar Nona memperlakukan Tuan Muda Prasetya seolah-olah dia adalah saudara Nona sendiri. Jadi, mulai hari ini dan seterusnya, Tuan Muda Prasetya akan tinggal di vila ini." Arnold Ken menjelaskan dengan swhati-hati mungkin yang ia bisa, dia tahu persis seberapa buruk temperamen gadis kecil yang harus ia panggil Nona Muda ini.
"Apa-apaan!" Mata Angkara Elvira membelalak, meski dia sudah memperkirakannya, dia tidak tahu akan seburuk ini. Angkara Elvira mundur satu langkah dan menunjuk Ardian Prasetya dengan ekspresi heran. "Dia? Saudaraku? Paman bercanda denganku? Paman Ken tolong bawa dia pergi dari sini. Sewakan dia apartemen atau semacamnya, aku tidak peduli di mana dia tinggal!"
"Saya khawatir Saya tidak punya suara dalam hal ini. Nona muda, ini adalah perintah langsung dari Presdir Angkara. Mengapa kamu tidak mengeluhkannya langsung kepada Presdir?" Arnold Ken menyerah, dia terlalu tua untuk mengurus masalah anak muda yang baru beranjak dewasa. Lagipula, dia hanya seorang sopir. Presdir mungkin sangat mempercayai kemampuannya, tetapi dia tidak mungkin sanggup jika terus seperti ini.
"Baik, aku akan bertanya pada ayah secara langsung." Angkara Elvira mengambil ponsel dari tasnya dan segera menghubungi Angkara Adam.
"Ayah, ini Elvira!" Angkara Elvira memanggil dengan suara imut. Suaranya membuat Ardian Prasetya menggigil. Dia tidak pernah tahu seorang gadis yang sangat menjengkelkan bisa begitu genit dan menggoda.
"Putriku, apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?" Angkara Adam saat ini sedang rapat di kantornya, ketika melihat bahwa itu adalah putrinya, dia memutuskan untuk melakukan jeda dan mengangkat panggilan.
"Ayah, ini tentang tameng hidup yang kamu pilihkan untukku. Apakah kamu menemukannya di agen tenaga kerja rendahan?" Angkara Elvira sedikit marah. Ini adalah pertama kalinya ayahnya memperlakukannya seperti ini.
"Hm? Apakah kamu mengacu pada Nak Ardian? Haha, ayah bersusah payah untuk membuatnya datang. Dia tidak hanya pintar, tetapi seni bela dirinya juga sangat kuat. Yang terpenting, dia memiliki karakter yang sangat baik dan dapat diandalkan. Sangat cocok dengan yang kamu minta, kan? Hahaha."
"Apa-apaan?" Angkara Elvira sekarang menjadi sangat bingung. Dia menatap ke arah Ardian Prasetya dan bertanya-tanya apa yang sudah diberikan laki-laki ini pada ayahnya untuk membuatnya sangat memuji dirinya.
Ketika Angkara Adam mendengar suara putrinya, dia pikir dia hanya sedang bertingkah manja. Dia mengulang pertanyaannya, "Haha, bagaimana? Apakah Putriku puas dengan Nak Ardian?"
"Puas? Bagaimana bisa? Mari kita tidak menyebutkan soal pakaiannya, tetapi agar dia menjadi tameng hidupku, dia setidaknya harus tahu tentang trend zaman sekarang, bukannya udik seperti ini." Angkara Elvira memuntahkan banyak keluhan tentang penampilan dan daya tarik. Angkara Adam tidak terlalu menanggapinya karena semuanya terdengar seperti omong kosong. Putrinya pun juga harusnya tahu bahwa yang perlu dia lakukan hanyalah merubah gaya berpakaian Ardian Prasetya dan memberinya perintah. Angkara Adam mengambil kesimpulan bahwa kedatangan Ardian Prasetya yang tiba-tiba mungkin membuatnya kesal.
"Lalu, ayah, mengapa kamu menyuruhnya tinggal bersamaku? Apa kamu sudah gila? Aku perempuan, itu tidak akan aman untukku!"
Angkara Adam terkejut sehingga dia hampir menjatuhkan ponselnya. Dia membeku sejenak dan berpikir dengan keras bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini. Setelah beberapa waktu dia menjawab, "Benar, keamanan. Ayah melakukan ini semua demi keselamatanmu!" Angkara Adam tanpa sengaja meninggikan suaranya. "Bagaimana bisa Ayah membiarkan putriku tinggal di vila sendirian? Ayah sangat mengkhawatirkanmu, itu sebabnya aku membiarkan Nak Ardian menemanimu. Kamu tidak perlu khawatir, Nak Ardian akan membuatmu tetap aman!" Dia tahu apa yang dikatakannya tidak masuk akal dan terdengar gila, tetapi dia tidak punya sesuatu yang lain sebagai alasan atas pengaturan ini.
Ketika Angkara Elvira mendengar apa yang dikatakan ayahnya, dia tidak bisa berkata apa-apa. Sebelum dia bisa mengajukan keluhan lebih, Angkara Adam dengan terburu-buru mengambil alih, "Baiklah, Putriku, Ayahmu ini sedang mengadakan pertemuan dengan para pemimpin tingkat menengah di perusahaan, mari kita bicara lagi lain kali."
Sebelum Angkara Elvira bisa mencegahnya pergi, panggilan itu sudah terputus. Angkara Elvira menggertakkan giginya dan menatap tajam ke arah Ardian Prasetya, "Katakan padaku, bagaimana kamu membodohi ayahku? Dengan wajah bodohmu itu?"
"Apakah menjawab pertanyaan itu termasuk perintah?"
"Lupakan saja!"
Arnold Ken kemudian undur diri dan pergi ke kantor untuk menjemput Presdir Angkara. Namun, sebelum dia pergi, dia memberikan sebuah tas kepada Ardian Prasetya. Dia memberitahunya bahwa tas itu berisi seragam sekolah dan buku pelajaran yang akan dia gunakan.
"Nona Muda, tolong hubungi Saya jika Anda butuh bantuan. Makan malam akan diantar jam tujuh malam," kata Arnold Ken sebelum dia pergi. Angkara Elvira tidak tahu harus berkata apa kepada pria di depannya ini. Dia tidak mungkin mengusirnya setelah semua ini. Ayahnya, Presdir Angkara, sangat terkenal sebagai seorang yang dermawan. Akan sangat tidak pantas jika putrinya malah menganiaya karyawannya.
Tepat ketika Angkara Elvira merasa sangat kesal, dia ingat akar dari masalah ini. Dia mengeluarkan teleponnya dan mencari nomor telepon sahabatnya, Tinia Atmaja. "Hey, Tinia, ayahku meminta pekerja itu untuk tinggal di vila bersamaku. Apa yang harus aku lakukan? Ini benar-benar terasa tidak nyaman!"
"Eh? Apa pekerja yang kamu maksud Tuan Tameng? Hahaha, itu sangat bagus, perlukah aku besok mengumumkan kepada semua orang di sekolah bahwa kalian berdua sudah tinggal bersama? Dengan begitu tidak ada yang akan mengganggumu lagi, hahaha!"
"Tinia Atmaja!" Angkara Elvira meledak dan meraung di telepon. "Bukankah kamu seharusnya bertanggung jawab? Bagaimana kamu bisa menertawakan situasi ini ketika kamu adalah orang yang memintaku untuk menerimanya! Kamu, datang ke sini, sekarang!"
"Hahaha, ide bagus. Baiklah, aku akan segera mandi, lalu aku akan pergi setelah bangun besok."
Mendengar reaksi malas dari sahabatnya, Angkra Elvira semakin geram. Dia kemudian memberi ancaman, "Jika aku tidak melihatmu di sini sebentar lagi, maka itu adalah akhir dari persahabatan kita!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments