Bab 13 : Tinggal Bersama?

Ardian Prasetya berhenti dan berbalik untuk bertanya pada Arnold Ken, "Bukankah aku akan tinggal di sini?" Mendengarnya, Angkara Elvira berteriak marah, "Dalam mimpimu!" Dia meletakkan tangan di pinggang dan mnghardik, "Tidak ada orang asing yang boleh meletakkan kakinya di vilaku, apalagi jika itu laki-laki udik sepertimu!"

Arnold Ken menyeka keringat di dahinya dan berpikir bagaimana dia seharusnya meluruskan masalah yang kian waktu semakin merepotkan ini. Ketika Angkara Elvira melihat Arnold Ken menyeka keringatnya. Dia menyadari bahwa ayahnya sepertinya telah membuat kesalahan besar. Sekujur tubuhnya seketika menjadi lemas dan ketidak sukaannya pada Ardian Prasetya semakin menumpuk.

"Nona muda, Presdir Angkara telah menginstruksikan agar Nona memperlakukan Tuan Muda Prasetya seolah-olah dia adalah saudara Nona sendiri. Jadi, mulai hari ini dan seterusnya, Tuan Muda Prasetya akan tinggal di vila ini." Arnold Ken menjelaskan dengan swhati-hati mungkin yang ia bisa, dia tahu persis seberapa buruk temperamen gadis kecil yang harus ia panggil Nona Muda ini.

"Apa-apaan!" Mata Angkara Elvira membelalak, meski dia sudah memperkirakannya, dia tidak tahu akan seburuk ini. Angkara Elvira mundur satu langkah dan menunjuk Ardian Prasetya dengan ekspresi heran. "Dia? Saudaraku? Paman bercanda denganku? Paman Ken tolong bawa dia pergi dari sini. Sewakan dia apartemen atau semacamnya, aku tidak peduli di mana dia tinggal!"

"Saya khawatir Saya tidak punya suara dalam hal ini. Nona muda, ini adalah perintah langsung dari Presdir Angkara. Mengapa kamu tidak mengeluhkannya langsung kepada Presdir?" Arnold Ken menyerah, dia terlalu tua untuk mengurus masalah anak muda yang baru beranjak dewasa. Lagipula, dia hanya seorang sopir. Presdir mungkin sangat mempercayai kemampuannya, tetapi dia tidak mungkin sanggup jika terus seperti ini.

"Baik, aku akan bertanya pada ayah secara langsung." Angkara Elvira mengambil ponsel dari tasnya dan segera menghubungi Angkara Adam.

"Ayah, ini Elvira!" Angkara Elvira memanggil dengan suara imut. Suaranya membuat Ardian Prasetya menggigil. Dia tidak pernah tahu seorang gadis yang sangat menjengkelkan bisa begitu genit dan menggoda.

"Putriku, apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?" Angkara Adam saat ini sedang rapat di kantornya, ketika melihat bahwa itu adalah putrinya, dia memutuskan untuk melakukan jeda dan mengangkat panggilan.

"Ayah, ini tentang tameng hidup yang kamu pilihkan untukku. Apakah kamu menemukannya di agen tenaga kerja rendahan?" Angkara Elvira sedikit marah. Ini adalah pertama kalinya ayahnya memperlakukannya seperti ini.

"Hm? Apakah kamu mengacu pada Nak Ardian? Haha, ayah bersusah payah untuk membuatnya datang. Dia tidak hanya pintar, tetapi seni bela dirinya juga sangat kuat. Yang terpenting, dia memiliki karakter yang sangat baik dan dapat diandalkan. Sangat cocok dengan yang kamu minta, kan? Hahaha."

"Apa-apaan?" Angkara Elvira sekarang menjadi sangat bingung. Dia menatap ke arah Ardian Prasetya dan bertanya-tanya apa yang sudah diberikan laki-laki ini pada ayahnya untuk membuatnya sangat memuji dirinya.

Ketika Angkara Adam mendengar suara putrinya, dia pikir dia hanya sedang bertingkah manja. Dia mengulang pertanyaannya, "Haha, bagaimana? Apakah Putriku puas dengan Nak Ardian?"

"Puas? Bagaimana bisa? Mari kita tidak menyebutkan soal pakaiannya, tetapi agar dia menjadi tameng hidupku, dia setidaknya harus tahu tentang trend zaman sekarang, bukannya udik seperti ini." Angkara Elvira memuntahkan banyak keluhan tentang penampilan dan daya tarik. Angkara Adam tidak terlalu menanggapinya karena semuanya terdengar seperti omong kosong. Putrinya pun juga harusnya tahu bahwa yang perlu dia lakukan hanyalah merubah gaya berpakaian Ardian Prasetya dan memberinya perintah. Angkara Adam mengambil kesimpulan bahwa kedatangan Ardian Prasetya yang tiba-tiba mungkin membuatnya kesal.

"Lalu, ayah, mengapa kamu menyuruhnya tinggal bersamaku? Apa kamu sudah gila? Aku perempuan, itu tidak akan aman untukku!"

Angkara Adam terkejut sehingga dia hampir menjatuhkan ponselnya. Dia membeku sejenak dan berpikir dengan keras bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini. Setelah beberapa waktu dia menjawab, "Benar, keamanan. Ayah melakukan ini semua demi keselamatanmu!" Angkara Adam tanpa sengaja meninggikan suaranya. "Bagaimana bisa Ayah membiarkan putriku tinggal di vila sendirian? Ayah sangat mengkhawatirkanmu, itu sebabnya aku membiarkan Nak Ardian menemanimu. Kamu tidak perlu khawatir, Nak Ardian akan membuatmu tetap aman!" Dia tahu apa yang dikatakannya tidak masuk akal dan terdengar gila, tetapi dia tidak punya sesuatu yang lain sebagai alasan atas pengaturan ini.

Ketika Angkara Elvira mendengar apa yang dikatakan ayahnya, dia tidak bisa berkata apa-apa. Sebelum dia bisa mengajukan keluhan lebih, Angkara Adam dengan terburu-buru mengambil alih, "Baiklah, Putriku, Ayahmu ini sedang mengadakan pertemuan dengan para pemimpin tingkat menengah di perusahaan, mari kita bicara lagi lain kali."

Sebelum Angkara Elvira bisa mencegahnya pergi, panggilan itu sudah terputus. Angkara Elvira menggertakkan giginya dan menatap tajam ke arah Ardian Prasetya, "Katakan padaku, bagaimana kamu membodohi ayahku? Dengan wajah bodohmu itu?"

"Apakah menjawab pertanyaan itu termasuk perintah?"

"Lupakan saja!"

Arnold Ken kemudian undur diri dan pergi ke kantor untuk menjemput Presdir Angkara. Namun, sebelum dia pergi, dia memberikan sebuah tas kepada Ardian Prasetya. Dia memberitahunya bahwa tas itu berisi seragam sekolah dan buku pelajaran yang akan dia gunakan.

"Nona Muda, tolong hubungi Saya jika Anda butuh bantuan. Makan malam akan diantar jam tujuh malam," kata Arnold Ken sebelum dia pergi. Angkara Elvira tidak tahu harus berkata apa kepada pria di depannya ini. Dia tidak mungkin mengusirnya setelah semua ini. Ayahnya, Presdir Angkara, sangat terkenal sebagai seorang yang dermawan. Akan sangat tidak pantas jika putrinya malah menganiaya karyawannya.

Tepat ketika Angkara Elvira merasa sangat kesal, dia ingat akar dari masalah ini. Dia mengeluarkan teleponnya dan mencari nomor telepon sahabatnya, Tinia Atmaja. "Hey, Tinia, ayahku meminta pekerja itu untuk tinggal di vila bersamaku. Apa yang harus aku lakukan? Ini benar-benar terasa tidak nyaman!"

"Eh? Apa pekerja yang kamu maksud Tuan Tameng? Hahaha, itu sangat bagus, perlukah aku besok mengumumkan kepada semua orang di sekolah bahwa kalian berdua sudah tinggal bersama? Dengan begitu tidak ada yang akan mengganggumu lagi, hahaha!"

"Tinia Atmaja!" Angkara Elvira meledak dan meraung di telepon. "Bukankah kamu seharusnya bertanggung jawab? Bagaimana kamu bisa menertawakan situasi ini ketika kamu adalah orang yang memintaku untuk menerimanya! Kamu, datang ke sini, sekarang!"

"Hahaha, ide bagus. Baiklah, aku akan segera mandi, lalu aku akan pergi setelah bangun besok."

Mendengar reaksi malas dari sahabatnya, Angkra Elvira semakin geram. Dia kemudian memberi ancaman, "Jika aku tidak melihatmu di sini sebentar lagi, maka itu adalah akhir dari persahabatan kita!"

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!