Bab 17 : Tidur

Ciuman pertamanya yang berharga, yang telah disimpannya selama delapan belas tahun, kini telah hilang. Angkara Elvira merasa sedikit pusing dan merasa ingin pingsan saat itu juga. Dia membentak Tinia Atmaja, "Bodoh, siapa yang akan hamil dari itu? Apa kamu punya akal sehat?"

"Apa?" Tinia Atmaja tidak senang dengan kata-kata Angkara Elvira. "Seolah-olah kamu punya akal sehat saja!" Hawa panas menyebar di antara mereka berdua. Angkara Elvira sudah sangat terluka, tetapi ketika dia melihat Tinia Atmaja yang sombong, dia tidak tahan lagi. Dia mengulurkan tangannya, memeluk Tinia Atmaja, dan menempelkan bibir ke bibirnya. Angkara Elvira melepaskan Tinia Atmaja setelah ciuman itu dan berkata dengan nada mengancam, "Itu untuk menertawakanku! Sekarang, kamu juga bagian dari ini! Kamu harus menderita sepertiku!"

"Kya! Apa yang kamu lakukan!?" Tinia Atmaja yang dicium paksa akhirnya menyadari apa yang sedang dilakukan Angkara Elvira. Kepalanya seketika menjadi pusing dan menjadi sangat ingin untuk menangis.

Dia kemudian menghibur dirinya sendiri ketika dia mengingat bahwa air liur Ardian Prasetya yang masuk ke mulut Angkara Elvira kemungkinan besar telah hilang ketika Angkara Elvira memuntahkannya. Jadi, seharusnya benda itu tidak masuk ke mulutnya. Dia tidak akan hamil!

Memikirkan hal ini, suasana hatinya langsung membaik, terlebih ketika dia melihat Angkara Elvira berulang kali membilas mulutnya, itu membuatnya lebih cepat tenang daripada Angkara Elvira sendiri.

Setelah beberapa saat, Angkara Elvira akhirnya tenang. Dia mengerti bahwa bahkan jika dia berkumur sampai mulutnya terlepas, dia tidak dapat mengubah fakta bahwa itu sudah terjadi. Mesin waktu tidak ada. Jadi, tidak mungkin dia bisa memutar balik waktu dan menghentikan hal itu terjadi.

Namun, dia sekarang sangat marah dengan Ardian Prasetya. Dia seharusnya tidak membiarkan laki-laki tinggal di vilanya, bahkan jika ayahnya akan membencinya karena ini.

Beberapa saat yang lalu, Angkara Elvira merasakan dorongan untuk membunuh Ardian Prasetya. Jika dia memiliki pisau di tangannya saat itu, dia pasti tidak akan bisa mengendalikan dorongan imperatif dan menusukkannya ke dada Ardian Prasetya. Namun, sekarang, dia sudah tidak punya energi untuk merasa marah. Dia dengan lelah melirik piring di atas meja dan kemudian ke Ardian Prasetya yang tertegun dengan tatapan dinginnya, tanpa berkata apa-apa, dia menyeret kakinya yang lemas ke lantai dua.

Tinia Atmaja yang mengikuti Angkara Elvira di belakang, juga berhenti sejendk dan menatap Ardian Prasetya sebelum dia bergegas ke atas.

"Haruskah mereka membuat keributan besar hanya karena itu? Wanita memang aneh, padahal yang namanya ciuman pertama itu tidak ada, jika ada pun, itu sudah hilang sejak kita dilahirkan." Ardian Prasetya menggelengkan kepalanya dan melihat makanan di atas meja. "Setelah muntah seperti itu, mereka pasti tidak punya selera untuk menghabiskan makanan. Jadi, semuanya sekarang milikku. Apa aku bisa menghabiskan semua ini?" pikirnya.

Saat Ardian menatap botol jus jeruk, dia kembali teringat dengan masalah ciuman pertama. Mata gelapnya menjadi dingin dan udara di sekitarnya sesak seketika. Dia bergumam, "Saat aku lahir, apakah orang tuaku mengambil ciuman pertamaku atau tidak, ya?" Perasaannya pun ikut menjadi buruk di malam itu.

Ketika Angkara Elvira sampai di kamarnya, dia ambruk di tempat tidur dan mulai merasa sangat tidak beruntung. "Kenapa aku harus kehilangan ciuman pertamaku dengan cara seperti itu? Seandainya itu dengan seorang pemuda tampan atau pewaris keluarga terhormat, aku mungkin tidak mempermasalahkannya. Namun, mengapa harus dengan udik desa itu, siapa namanya? Ardian Prasetya? Namanya saja sudah bodoh!"

"Huwa! Tinia, kenapa aku sangat sial hari ini?" Angkara Elvira tidak bisa menahan tangis. Sebelumnya, Ardian Prasetya ada di dekatnya . Jadi, dia menahan diri dan tidak ingin dia melakukan sesuatu yang melakukan ketika berada di sisinya. Dia menahan emosinya yang runtuh sekuat yang ia bisa. Meskipun air matanya sudah jatuh, tetapi dia tidak menangis dengan keras. Sekarang dia sendirian dengan Tinia Atmaja, dia tidak peduli dan mulai menangis dengan keras.

"Tenanglah, Elvira, jangan sedih, itu hanya ciuman tidak langsung. Ini bukan seperti kamu dan dia berciuman atau semacamnya. Tuan Tameng bahkan tidak mendapatkan apa-apa dari itu!" Tinia Atmaja mencoba menghiburnya. Dia melanjutkan, "Pada akhirnya, yang kamu lakukan hanyalah meminum air liur Ardian Prasetya. Benar, ini tidak bisa disebut sebagai ciuman sama sekali!"

Angkara Elvira mengutuk dirinya sendiri. Akan lebih baik jika Tinia Atmaja tidak mengatakan apa-apa. Sekarang dia mengatakannya, Angkara Elvira merasa jauh lebih sedih daripada sebelumnya. Sekarang, dia berpikir bahwa akan lebih baik jika itu benar-benar ciuman daripada dia meminum air liur seseorang.

Sekarang, dirinya satu-satunya yang menjadi korban tanpa pelaku. Ardian Prasetya tidak mendapat manfaat darinya, jadi dia bukan pelaku dan tidak perlu baginya untuk merasa bersalah. Dia benar-benar sangat sial hari ini.

"Tidak bisa seperti ini! Besok, aku akan memberi tahu ayah apa yang terjadi hari ini dan memaksanya untuk membuat keputusan! Akua akan melakukannya!" teriak Angkara Elvira.

Setelah Angkara Elvira lelah menangis dan mengomel, dia tertidur. Tinia Atmaja menggelengkan kepalanya dan berbaring di sampingnya, dia berpikir, "Cih, bukankah itu hanya air liur? Apakah perlu membuat keributan tentang hal itu? Bukankah dia tadi bilang air liur tidak akan membuatnya hamil? Dasar, Nona Muda yang aneh."

***

Setelah menghabiskan semua makanan, Ardian Prasetya bersiap untuk dikritik. Menilai dari temperamen Nona Mudanya, dia pasti tidak bisa menahannya, dia pasti merasa jijik ketika melakukan ciuman tidak langsung dengan seseorang yang ia sebut sebagai seseorang yang berstatus rendah. Karena dia membuat marah Nona Muda, dia pasti akan dihukum karenanya.

Ardian Prasetya menunggu, tetapi tidak ada yang turun bahkan setelah waktu yang sangat lama. Jadi, dia membersihkan meja dan kembali ke kamarnya. Ini sudah jam sembilan malam. Menilai dari tidak terdengar keributan lagi di lantai atas, mereka pasti sudah tidur. Jadi, meski Ardian tunggu pun, tidak akan ada dari mereka yang akan turun malam ini.

Setelah Ardian Prasetya menyuci piring, dia mengunci pintu dan duduk di tempat tidurnya. Dia kemudian mulai melatih pernapasannya, dengan tujuan memastikan tubuhnya akan terus mengingat teknik-teknik rahasia keluarga Prasetya. Asal usul teknik ini sangat istimewa, sehingga banyak kelompok yang mengetahui tentang seni bertarung ini mencoba untuk memilikinya.

Di malam bulan purnama, ketika Ardian Prasetya berusia delapan tahun, Kakek Prasetya membawanya ke puncak gunung untuk mengakses keterampilan seni bela diri keluarga Prasetya.

Ardian Prasetya yang tidak tahu tentang ini hanya bisa bingung. Mengapa Kakek membawanya ke tempat seperti ini di tengah malam yang gelap dan menakutkan. Namun, di bawah penindasan Kakek Prasetya, Ardian Prasetya tidak punya pilihan selain menuruti semua perintahnya.

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!