Bab 18 : Gua

Tidak butuh waktu lama bagi Ardian Prasetya untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam seni beladiri ini. Bahkan, ini mungkin bukan seni beladiri sama sekali.

Apa yang Kakek Prasetya lakukan padanya bukan pengajaran melainkan uji kelayakan. Sebelum Ardian Prasetya bisa mengatakan apa-apa, dia merasakan tendangan keras di pantatnya dan dia dikirim terbang menuruni gunung.

Ardian Prasetya hanya bisa mendengar angin bertiup melewati telinganya saat dia turun. Pada saat itu dia merasa seperti terbang di udara. Setelah beberapa saat, Ardian Prasetya akhirnya mendarat di tanah dengan kerusakan tinggi.

Ardian Prasetya merasa seolah-olah semua tulangnya berserakan. Sejak berusia tiga tahun, tubuhnya telah direndam dalam obat-obatan yang disiapkan oleh Kakek Prasetya dalam rangka memperkuat tulang dan tubuhnya. Namun, jatuh dari puncak gunung masih terlalu berat untuk ditangani oleh tubuhnya yang kuat. Jadi, dia jatuh pingsan tanpa tahu mengapa Kakek Prasetya melakukan sesuatu segila itu padanya.

Saat dia bangun, dia sudah berada di tempat yang benar-benar asing dan hanya di temani oleh obor yang mencoba melawan kegelapan dan dua koper besar berisi suplai makanan dan minuman kalengan. Dia berdiri di antara tiga menara yang semuanya saling terhubung. Menara pertama di namakan Pernapasan Keluarga Prasetya, berisi ilmu mengendalikan diri, emosi, dan juga pikiran. Semua yang berkaitan dengan kebatinan dan nujum berada di menara ini.

Menara kedua adalah kebalikan menara pertama yang dinamakan Seni Rahasia Kekuarga Prasetya. Di sana Ardian Prasetya menemukan banyak sekali teknik penggunaan senjata, mulai dari senjata kuno hingga modern. Namun, diantara banyaknya buku dan perkamen yang tersimpan di sana, Ardian hanya memilih untuk mempelajari ilmu Bertahan Hidup, Kavaleri Modern, Kedokteran Ilahi, dan Seratus satu teknik rahasia keluarga Prasetya.

Setelah persediaan makanan yang diberikan oleh Kakek Prasetya menipis. Ardian Prasetya memasuki gerbang menara ketiga tanpa nama dan masuk ke dalam aula. Menara itu kosong dan tanpa atap, sehingga dia bisa melihat bulan purnama di atas kepalanya. Tepat di depannya ada sebuah tablet batu raksasa yang di atasnya, terdapat sebuah naskah aneh yang ditulis menggunakan aksara kuno.

"Pada malam bulan sempurna, rahang hewan buas akan terbuka. Hanya darah spesial yang boleh masuk. Sebelum cahaya pertama, ingatlah untuk pergi. Diam dalam gelap, akankah dia kembali?"

Ardian Prasetya telah mempelajari karakter aksara kuno di menara pertama. Jadi, dia bisa mengenali dan membaca karakter di tablet. Ketika Ardian Prasetya memecahkan kode pesan itu, dia mencoba memahami apa artinya.

"Pada malam bulan sempurna, rahang hewan buas akan terbuka. Apa ini sebenarnya bukan teka-teki, tetapi sebuah ramalan? Mengerikan sekali, bulan sempurna adalah bulan pertama dan malam ini aku membuka gerbang menara ke tiga di bawah sinar bulan purnama. Namun, apa maksudnya hewan buas? Tidak ada kehidupan lain di tempat ini, bahkan serangga tidak ada." Ardian Prasetya menggelengkan kepalanya, mengusir rasa resah dan beralih ke baris berikutnya.

"Hanya darah spesial yang boleh masuk. Kalau begitu apa itu artinya aku spesial?" Ardian Prasetya merasa aneh dan bingung. "Aneh, apakah ada sesuatu yang istimewa tentangku? Aku hanyalah yatim piatu yang diadopsi oleh Kakek Prasetya. Selain wajah yang tampan, aku tidak punya apa-apa. Bahkan, kika aku dibandingkan dengan Kakek Tua sialan itu, maka tidak ada yang spesial dari diriku sama sekali."

Ardian membuang pemikiran jauhnya sekali lagi. Karena dia berhasil masuk, maka dia pasti spesial tanpa ia ketahui.

"Sebelum cahaya pertama, ingatlah untuk pergi. Yang satu ini sangat mudah dipahami. Jadi, sebelum matahari terbit esok hari, aku harus meninggalkan gua ini. Bait selanjutnya, Diam dalam gelap, akankah dia kembali?" Ardian Prasetya memikirkankan ini untuk beberapa waktu. Namun, itu tidak berlangsung lama, karwna dia langsung tahu jawabannya. "Tunggu, apakah itu berarti jika aku tidak pergi sebelum matahari terbit esok hari, pintu akan tertutup dan baru akan terbuka ketika bulan purnama berikutnya?"

Ketika Ardian Prasetya memikirkan hal itu, dia bergidik dalan kengerian yang menusuk tulang. Dia bersyukur memutuskan untuk memasuki menara ke tiga malam ini atau dia akan terjebak di sini untuk selamanya. Bulan purnama terjadi sebulan sekali. Jadi, jika dia tidak keluar malam ini dia tidak akan bertahan selama tiga puluh hari berikutnya dengan suplai makanan yang hanya cukup untuk lima hari.

Sekarang Ardian Prasetya mengetahui aturan gua ini, yang harus dia lakukan hanyalah pergi sebelum cahaya pertama besok dan tidak akan ada masalah. Dia merasa lebih santai sekarang. Namun, tetap saja merasa sangat gugup.

Ardian Prasetya kemudian mulai mengamati sekelilingnya dan mencari alasan mengapa ruangan itu begitu terang meskipun tidak ada obor di sekelilingnya. Saat dia memeriksa, dia mendapati ke empat dinding aula seolah ditumbuhi oleh Luminescent Diamond.

Jika ada orang lain di sana, mereka akan menyadari bahwa setiap berlian menyala ini tak ternilai harganya. Jika mereka mengambil satu saja untuk dilelang, itu akan membuatnya menjadi sangat kaya raya.

Namun, Ardian Prasetya yang dibuat merinding dengan tempat ini, tidak berani mengambil harta karun tersebut. Meskipun dia terpikat dengan kecantikan alam itu, tetapi dia yang waktu itu hidup di gunung dan di jalanan tidak tahu bahwa harta tersebut adalah sesuatu yang tak ternilai harganya.

Bahkan jika dia mengambilnya, dia tidak akan tahu kemana ia harus menjual batu itu tanpa diketahui oleh Kakek Tua pelit yang mengasuhnya. Orang terkaya di sekitar gunung ini hanyalah seorang janda China yang membuka restoran di desa itu dengan penghasilan bersih sekitar tiga ribu dollar pertahunnya.

Tidak peduli seberapa kaya mereka, mereka tidak akan pernah menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak berguna. Dari sudut pandang Ardian Prasetya, jika dia punya uang, dia lebih suka membelanjakannya dan mendapatkan daging yang berair. Dia tidak akan pernah membeli sesuatu yang praktis tidak berguna apalagi sebagai hiasan. Lagipula, benda berkilau ini akan mendatangkan bahaya jika sampai diketahui oleh orang yang serakah.

Jadi, alih-alih menghabiskan waktu menghargai dekorasi mewah, Ardian Prasetya mulai memeriksa aula dengan hati-hati. Menurut Novel yang diam-diam dia baca, jika seseorang datang ke gua atau lembah pasti ada pertemuan kebetulan, seperti senjata hidup, arwah penasaran, hingga teknologi alien. Dia sangat menginginkannya!

Ketika Ardian Prasetya memikirkan hal itu, dia mulai menjadi lebih bersemangat, "Jika aku dapat menemukan gelang sakti yang bisa merubahku menjadi raksasa atau tongkat yang bisa membelah lautan, maka aku tidak akan kalah dari Kakek lagi. Lalu, saat aku menjadi sangat kuat, aku akan memperbudak kakek untuk membangun kolam renang!"

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!