Tidak butuh waktu lama bagi Ardian Prasetya untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam seni beladiri ini. Bahkan, ini mungkin bukan seni beladiri sama sekali.
Apa yang Kakek Prasetya lakukan padanya bukan pengajaran melainkan uji kelayakan. Sebelum Ardian Prasetya bisa mengatakan apa-apa, dia merasakan tendangan keras di pantatnya dan dia dikirim terbang menuruni gunung.
Ardian Prasetya hanya bisa mendengar angin bertiup melewati telinganya saat dia turun. Pada saat itu dia merasa seperti terbang di udara. Setelah beberapa saat, Ardian Prasetya akhirnya mendarat di tanah dengan kerusakan tinggi.
Ardian Prasetya merasa seolah-olah semua tulangnya berserakan. Sejak berusia tiga tahun, tubuhnya telah direndam dalam obat-obatan yang disiapkan oleh Kakek Prasetya dalam rangka memperkuat tulang dan tubuhnya. Namun, jatuh dari puncak gunung masih terlalu berat untuk ditangani oleh tubuhnya yang kuat. Jadi, dia jatuh pingsan tanpa tahu mengapa Kakek Prasetya melakukan sesuatu segila itu padanya.
Saat dia bangun, dia sudah berada di tempat yang benar-benar asing dan hanya di temani oleh obor yang mencoba melawan kegelapan dan dua koper besar berisi suplai makanan dan minuman kalengan. Dia berdiri di antara tiga menara yang semuanya saling terhubung. Menara pertama di namakan Pernapasan Keluarga Prasetya, berisi ilmu mengendalikan diri, emosi, dan juga pikiran. Semua yang berkaitan dengan kebatinan dan nujum berada di menara ini.
Menara kedua adalah kebalikan menara pertama yang dinamakan Seni Rahasia Kekuarga Prasetya. Di sana Ardian Prasetya menemukan banyak sekali teknik penggunaan senjata, mulai dari senjata kuno hingga modern. Namun, diantara banyaknya buku dan perkamen yang tersimpan di sana, Ardian hanya memilih untuk mempelajari ilmu Bertahan Hidup, Kavaleri Modern, Kedokteran Ilahi, dan Seratus satu teknik rahasia keluarga Prasetya.
Setelah persediaan makanan yang diberikan oleh Kakek Prasetya menipis. Ardian Prasetya memasuki gerbang menara ketiga tanpa nama dan masuk ke dalam aula. Menara itu kosong dan tanpa atap, sehingga dia bisa melihat bulan purnama di atas kepalanya. Tepat di depannya ada sebuah tablet batu raksasa yang di atasnya, terdapat sebuah naskah aneh yang ditulis menggunakan aksara kuno.
"Pada malam bulan sempurna, rahang hewan buas akan terbuka. Hanya darah spesial yang boleh masuk. Sebelum cahaya pertama, ingatlah untuk pergi. Diam dalam gelap, akankah dia kembali?"
Ardian Prasetya telah mempelajari karakter aksara kuno di menara pertama. Jadi, dia bisa mengenali dan membaca karakter di tablet. Ketika Ardian Prasetya memecahkan kode pesan itu, dia mencoba memahami apa artinya.
"Pada malam bulan sempurna, rahang hewan buas akan terbuka. Apa ini sebenarnya bukan teka-teki, tetapi sebuah ramalan? Mengerikan sekali, bulan sempurna adalah bulan pertama dan malam ini aku membuka gerbang menara ke tiga di bawah sinar bulan purnama. Namun, apa maksudnya hewan buas? Tidak ada kehidupan lain di tempat ini, bahkan serangga tidak ada." Ardian Prasetya menggelengkan kepalanya, mengusir rasa resah dan beralih ke baris berikutnya.
"Hanya darah spesial yang boleh masuk. Kalau begitu apa itu artinya aku spesial?" Ardian Prasetya merasa aneh dan bingung. "Aneh, apakah ada sesuatu yang istimewa tentangku? Aku hanyalah yatim piatu yang diadopsi oleh Kakek Prasetya. Selain wajah yang tampan, aku tidak punya apa-apa. Bahkan, kika aku dibandingkan dengan Kakek Tua sialan itu, maka tidak ada yang spesial dari diriku sama sekali."
Ardian membuang pemikiran jauhnya sekali lagi. Karena dia berhasil masuk, maka dia pasti spesial tanpa ia ketahui.
"Sebelum cahaya pertama, ingatlah untuk pergi. Yang satu ini sangat mudah dipahami. Jadi, sebelum matahari terbit esok hari, aku harus meninggalkan gua ini. Bait selanjutnya, Diam dalam gelap, akankah dia kembali?" Ardian Prasetya memikirkankan ini untuk beberapa waktu. Namun, itu tidak berlangsung lama, karwna dia langsung tahu jawabannya. "Tunggu, apakah itu berarti jika aku tidak pergi sebelum matahari terbit esok hari, pintu akan tertutup dan baru akan terbuka ketika bulan purnama berikutnya?"
Ketika Ardian Prasetya memikirkan hal itu, dia bergidik dalan kengerian yang menusuk tulang. Dia bersyukur memutuskan untuk memasuki menara ke tiga malam ini atau dia akan terjebak di sini untuk selamanya. Bulan purnama terjadi sebulan sekali. Jadi, jika dia tidak keluar malam ini dia tidak akan bertahan selama tiga puluh hari berikutnya dengan suplai makanan yang hanya cukup untuk lima hari.
Sekarang Ardian Prasetya mengetahui aturan gua ini, yang harus dia lakukan hanyalah pergi sebelum cahaya pertama besok dan tidak akan ada masalah. Dia merasa lebih santai sekarang. Namun, tetap saja merasa sangat gugup.
Ardian Prasetya kemudian mulai mengamati sekelilingnya dan mencari alasan mengapa ruangan itu begitu terang meskipun tidak ada obor di sekelilingnya. Saat dia memeriksa, dia mendapati ke empat dinding aula seolah ditumbuhi oleh Luminescent Diamond.
Jika ada orang lain di sana, mereka akan menyadari bahwa setiap berlian menyala ini tak ternilai harganya. Jika mereka mengambil satu saja untuk dilelang, itu akan membuatnya menjadi sangat kaya raya.
Namun, Ardian Prasetya yang dibuat merinding dengan tempat ini, tidak berani mengambil harta karun tersebut. Meskipun dia terpikat dengan kecantikan alam itu, tetapi dia yang waktu itu hidup di gunung dan di jalanan tidak tahu bahwa harta tersebut adalah sesuatu yang tak ternilai harganya.
Bahkan jika dia mengambilnya, dia tidak akan tahu kemana ia harus menjual batu itu tanpa diketahui oleh Kakek Tua pelit yang mengasuhnya. Orang terkaya di sekitar gunung ini hanyalah seorang janda China yang membuka restoran di desa itu dengan penghasilan bersih sekitar tiga ribu dollar pertahunnya.
Tidak peduli seberapa kaya mereka, mereka tidak akan pernah menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak berguna. Dari sudut pandang Ardian Prasetya, jika dia punya uang, dia lebih suka membelanjakannya dan mendapatkan daging yang berair. Dia tidak akan pernah membeli sesuatu yang praktis tidak berguna apalagi sebagai hiasan. Lagipula, benda berkilau ini akan mendatangkan bahaya jika sampai diketahui oleh orang yang serakah.
Jadi, alih-alih menghabiskan waktu menghargai dekorasi mewah, Ardian Prasetya mulai memeriksa aula dengan hati-hati. Menurut Novel yang diam-diam dia baca, jika seseorang datang ke gua atau lembah pasti ada pertemuan kebetulan, seperti senjata hidup, arwah penasaran, hingga teknologi alien. Dia sangat menginginkannya!
Ketika Ardian Prasetya memikirkan hal itu, dia mulai menjadi lebih bersemangat, "Jika aku dapat menemukan gelang sakti yang bisa merubahku menjadi raksasa atau tongkat yang bisa membelah lautan, maka aku tidak akan kalah dari Kakek lagi. Lalu, saat aku menjadi sangat kuat, aku akan memperbudak kakek untuk membangun kolam renang!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments