"Ah, itu Nona Muda!" kata Arnold Ken sambil menunjuk seorang gadis tertentu dalam kelompok siswi yang baru saja keluar.
Ardian Prasetya melihat ke arah yang ditunjuk Arnold Ken. Angkara Elvira adalah seorang gadis yang tinggi dan cantik. Meskipun ada gadis-gadis lain di sampingnya, Ardian Prasetya tahu dengan pasti gadis mana yang dimaksud oleh Arnold Ken sebagai Nona Muda.
Angkara Adam sebelumnya menyebutkan bahwa Angkara Elvira terkenal sebagai primadona sekolah, oleh karena itu, dia pasti yang paling cantik di antara mereka, kecuali rasa kecantikan Ardian Prasetya salah atau sedikit melenceng dari normalnya.
Memang ada gadis lain di sampingnya yang sama cantiknya, tetapi sedikit lebih pendek. Jadi, dia tidak cocok dengan profilnya. Namun tak dipungkiri, gadis itu juga berpotensi menjadi primadona kampus. Dia pasti akan terlihat menakjubkan ketika dia tumbuh dewasa, memakai baju renang, dan berpesta bersamanya di atas kolam re— Plak! Ardian memukul pipinya sekali lagi. Pikirannya sering menjadi liar akhir-akhir ini. Dia mungkin harus mencari waktu untuk rehabilitasi mental di tengah malam yang sunyi.
Saat Angkara Elvira dan gadis lainnya berjalan menuju mobil, beberapa siswa laki-laki terlihat mengikuti di belakang mereka.
"Elvira, tolong tunggu sebentar!" Salah satu siswa laki-laki mencoba menghalangi jalan Angkara Elvira, "Elvira, aku sangat serius ingin menjalin hubungan denganmu, bisakah kamu memberiku sebuah kesempatan? Tolong?"
Angkara Elvira mengerutkan kening, dia menatap siswa laki-laki di depannya dengan ekspresi jijik. "Roland Pratama, berapa kali aku harus memberitahumu bahwa aku tidak tertarik padamu. Jadi, bisakah kau berhenti menggangguku?!"
"Namun!" Roland Pratama ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Angkara Elvira mendorongnya menjauh. Perasaannya sangat bauruk. Jadi, dia tidak peduli dengan citra baik dan sebagainya. Dia berlari kecil menuju mobil.
"Roland Pratama sangat menjengkelkan! Dia terus saja datang menggangguku setiap hari! Apa dia tidak bosan?" Angkara Elvira menggerutu saat dia masuk ke mobil. Tiba-tiba, pandangannya terganggu dengan kehadiran Ardian Prasetya yang sedang duduk di kursi penumpang depan. Dia lalu bertanya dengan heran, "Tunggu, kamu siapa?"
"Senang bertemu dengan Anda, Saya Ardian Prasetya." Ardian Prasetya tahu bahwa nona muda itu pemarah. Jadi, dia mencoba yang terbaik untuk terlihat semenarik mungkin. Sayangnya hal jtu justru lebih menonjolkan sisi kebodohan yang terlukis di wajahnya.
"Ardian Prasetya? Aku tidak pernah mendengarnya? Paman Ken, siapa dia? Kenapa dia ada di sini?" tanya Angkara Elvira yang bingung sambil terus memperhatikan pakaian Ardian Prasetya dari sisi ke sisi. "Nona Muda, Tuan Muda ini adalah penjaga yang dipekerjakan Presdir Angkara untuk Nona," jelas Arnold Ken.
"Tunggu, seorang penjaga? Apa-apaan, aku tidak membutuhkannya, yang aku minta adalah perisai wajah, sesuatu seperti pacar palsu untuk menjauhkan anak laki-laki. Lihat dia, bagaimana dia bisa menjadi tamengku? Bisakah dia menjauhkan seseorang dariku dengan wajah bodohnya itu?" Angkara Elvira sangat panik ketika dia sekali lagi melihat Ardian Prasetya. Pria itu mengenakan rompi kebesaran dan celana robek, meskipun pakaiannya meneriakkan brand pakaian mahal, tetapi gaya seperti itu sudah jauh ketinggalan zaman. Bahkan untuk seorang penjaga, Ardian tidak terlihat semengancam itu.
Arnold Ken mulai berkeringat deras. Dia memandang Ardian Prasetya tanpa daya dan ketika dia melihat bahwa tidak ada reaksi dari Ardian, dia menghela napas lega. Dia adalah orang yang paling dekat dengan Angkara Adam, dia tahu berapa banyak usaha yang dilakukan oleh Presdir Angkara hanya untuk membuat Ardian Prasetya mengambil pekerjaan ini. Bahkan Penatua Angkara, ayah Angkara Adam, harus membantu secara pribadi.
Ardian Prasetya melirik pakaian yang ia kenakan. Dia tidak punya banyak set pakaian di rumah karena biasanya dia selalu memakai pakaian khusus yang bisa meredam benturan dan yang membantunya bergerak dengan mudah. Pakaian santai yang ia miliki hanyalah pakaian bekas milik kakeknya semasa muda, dan yang ia kenakan saat ini adalah salah satunya.
"Nona Muda. Presdir berkata bahwa Tuan Muda Prasetya adalah orang yang sangat berbakat. Tidak hanya dia kuat, dia juga pintar. Dia seharusnya tidak kesulitan menjadi perisai Anda." Arnold Ken mencoba menjelaskan dan menenangkan Angkara Elvira.
Agar Putrinya tidak merasa khawatir, Presdir Angkara sengaja menyembunyikan banyak hal tentang Ardian darinya. Dia memerintahkan Arnold Ken untuk tidak mengatakan masa lalu Ardian Prasetya pada Angkara Elvira atas dasar apapun. Mereka memang meminta Ardian Prasetya untuk mengurus dan menjaga studi dan kehidupan pribadi Angkara Elvira, tetapi ada agenda tersembunyi dalam misi tersebut. Sebuah pengaturan yang terkait dengan perjanjian yang dibuat oleh para tetua dalam keluarga.
Jika mereka tiba-tiba memutuskan untuk menaruh pengawal pribadi untuk Angkara Elvira, kemungkinan besar dia tidak akan setuju. Untungnya, mereka mengetahui bahwa Angkara Elvira kesulitan menghadapi pria yang ingin berkencan dengannya. Jadi, dia pergi ke Angkara Adam untuk meminta seseorang yang bisa dia gunakan sebagai perisai untuk mencegah orang lain mendekat. Karena hal itu, mereka bisa merekomendasikan Ardian Prasetya kepada Angkara Elvira.
Arnold Ken ikut melirik pakaian Ardian Prasetya dan dia mulai menyesal tidak memberi beberapa perubahan sebelum pergi ke sekolah. Arnold Ken sudah melihat banyak foto Ardian Prasetya, dan pemuda itu terlihat bagus ketika memakai setelan formal dengan latar yang gelap. Satu-satunya masalah adalah pakaiannya saat ini terlalu menonjolkan kesan bodoh pada wajahnya.
"Si Wajah Bodoh ini?" Angkara Elvira merasa sulit untuk melihat apa yang istimewa dari Ardian Prasetya. Di matanya, Ardian hanya terlihat seperti salah satu pekerja bangunan yang memiliki tubuh yang bagus dan itu saja.
Di sisi lain, gadis di samping Angkara Elvira tertawa tanpa henti sambil mencoba menutupi mulutnya. Karena pakaian yang dikenakan oleh Ardian, dia juga merasa sulit untuk percaya bahwa Ardian Prasetya mampu menjadi tameng Angkara Elvira.
"Apa yang kamu tertawakan!?" bentak Angkara Elvira saat dia menatapnya. Awalnya Angkara Elvira sudah sangat marah dengan ayahnya. Ketika dia melihat sahabatnya cekikikan, dia menjadi lebih marah.
Setelah menerima omelan dari Angkara Elvira, Tinia Atmaja menjulurkan lidahnya dan menutup mulutnya. Tapi itu tidak menghentikannya untuk menatap Ardian Prasetya dengan rasa ingin tahu. Wajahnya memang bodoh, tetapi setelah diperhatikan dengan baik, Ardian Prasetya cukup tampan. Poin paling baik mungkin terletak pada tubuhnya yang terbentuk dengan sempurna.
“Paman Ken, minta dia turun dari mobil. Aku tidak menginginkannya!" Angkara Elvira mengerutkan kening. Dia tidak ingin berdebat tentang masalah ini lagi.
"Nona muda, Presdir sangat yakin bahwa Ardian Prasetya mampu melakukan tugas ini. Dia telah menandatangani kontrak." Pada dasarnya, Arnold Ken mencoba memberi isyarat kepada Angkara Elvira, bahwa ayahnya sudah mengambil keputusan dan tidak ada yang bisa dia lakukan untuk mengubahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments