Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar

"Siapa yang kamu katakan tidak masuk akal?" Bane sekarang sangat marah sehingga dia juga menghadap pria berkacamata dan berseru, "Jadi, apa kamu setuju dengan orang ini atau setuju denganku bahwa benda ini menjadi milikku karena dia membuangnya!?"

"Hm." Pria Kacamata menyesuaikan kacamatanya, berhenti sejenak dan berkata, "Baiklah, Saya Rokan, seorang Profesor di Universitas. Karena kalian berdua mempercayai Saya, maka Saya akan memberi tahu kalian pendapat Saya tentang situasi saat ini. Apa itu tidak masalah?"

"Tentu, tolong lakukan!" Tara dan Bane keduanya setuju dan mulai menatap cemas pada Profesor Universitas bernama Rokan itu.

"Menurut Saya, pemilik dari tutup botol ini haruslah orang yang membelinya. Jadi, tutup botol ini harusnya milik orang yang memegang botol minumannya." Rokan berhenti sejenak. Tara mulai tertawa ketika mendengar itu. Sementara itu Bane menjadi panik, tetapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, Rokan melambai-lambaikan tangannya dan menghentikannya. Dia melanjutkan, "Namun, karena pemilik botol sudah membuangnya, benda itu seharusnya menjadi tanpa pemilik. Jadi, orang yang memungutnya menjadi pemiliknya sekarang."

"Apa-apaan ini? Bukannnya tadi kamu mengatakan bahwa tutup botol itu milikku? Kenapa tiba-tiba berubah!" keluh Tara ketika dia mendengar apa yang dikatakan Rokan. "Kalau begitu, bagaimana jika kalian berdua berbagi hadiah. Maka itu akan menjadi adil bagi kalian berdua. Bagaimana?" Rokan memberi saran.

"Berbagi?" Ketika Bane mendengar ini, dia ragu sejenak kemudian sambil cemberut dia berkata: "Baiklah, itu tidak masalah untukku."

Bane pasti menyadari bahwa pendiriannya tidak jelas dan hampir tidak dapat dipertahankan. Jadi, daripada tidak mendapatkan apa-apa, dia memilih untuk menerima saran dari Rokan. Tara mengangguk dan setuju juga. Karena tutup botol itu ada di tangan Bane, dia merasa khawatir kalau-kalau dia tidak akan mendapat satu sen pun jika dia tidak setuju.

"Bagus. Kalau begitu, karena kedua belah pihak sudah setuju dengan saran Saya, maka hadiahnya akan dibagi dua."

Rokan mengambil botol minuman dari tangan Tara dan berkata, "Dinyatakan di sini, hadiah kedua adalah tujuh puluh ribu dollar dan setelah pengurangan pajak dua puluh persen maka akan tersisa lima puluh enam ribu dollar. Karena pengumpulan hadiahnya akan merepotkan, orang yang akan mengambil hadiah akan mendapatkan enam ribu dollar lebih banyak, tetapi dia harus memberikan dua puluh lima ribu dollar terlebih dahulu ke pihak lain. Apakah kalian berdua baik-baik saja dengan pengaturan ini?"

"Aku tidak masalah." Tara senang selama dia menerima sejumlah uang. Jadi, dia setuju, "Aku akan mengambil dua puluh lima ribu dollar. Jadi, kamu dapat pergi untuk mengklaim hadiahnya."

"Dalam hal ini..." Bane tampak bermasalah. Dia merogoh sakunya dan melanjutkan, "Aku tidak punya uang sebanyak itu. Mengapa tidak kamu saja yang memberiku dua puluh lima ribu dollar?"

"Apa menurutmu aku akan memilih dua puluh lima ribu dollar jika aku punya uang sebanyak itu?" Tara mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan ucapannya, "Kasusku sama sepertimu!"

"Profesor, tolong bantu kami memikirkan solusi, kami berdua tidak punya uang tunai sebanyak itu. Bagaimana ini?" Sekali lagi Bane meminta bantuan dari Rokan.

Rokan merenung sejenak, lalu dia berkata, "Haruskan Saya memberi kalian masing-masing dua puluh lima ribu dollar dan Saya akan mengambil hadiahnya sebagai gantinya?"

Tara dan Bane saling berhadapan sejenak dan merasa bahwa itu masih akan menjadi kesepakatan yang bagus karena mereka masih dapat menerima dua puluh lima ribu dollar, mereka menjawab serentak, "Kami setuju!"

Ekspresi senang terlihat di wajah Rokan saat dia meraih tasnya untuk mengambil uang, tetapi itu tidak berlangsung lama. Segera, dia mulai panik dan mulai menggeledah tasnya dengan lebih panik. Keringat mulai muncul di dahinya dan akhirnya dia berkata, "Haih, sepertinya ini tidak bisa dilakukan. Sayang sekali, Saya tidak membawa uang tunai sebanyak itu. Saya hanya punya tiga puluh ribu dollar dan Saya ragu kalian akan puas dengan masing-masing lima belas ribu dollar. Cih, sayang sekali, padahal aku bisa untung enam ribu dollar jika saja aku membawa uangku!"

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Tara menatap bingung ke arah Bane dan pria itu hanya menggelengkan kepalanya sembari menghembuskan napas berat. Melihatnya, Tara menjadi tidak sabar dan bertanya kembali, "Profesor, Anda adalah orang yang cerdas, bisakah Anda memikirkan solusi lain?"

"Hmm..." Rokan berpikir sejenak sampai akhirnya tatapannya jatuh ke arah Ardian. "Ah! Bagaimana jika kalian meminta bantuan orang lain saja?" Saat dia mengatakan itu, secara alami mata Tara dan Bane tertuju pada Ardian.

"Bagaimana menurutmu? Bagiku ini adalah kesempatan yang sangat langka. Apakah kamu punya uang tunai senilai lima puluh ribu dollar? Jika kamu memberi mereka masing-masing dua puluh lima ribu dollar, kamu bisa mendapatkan keuntungan enam ribu dollar dalam sekejap mata. Saya belum pernah melihat cara yang lebih sederhana untuk menghasilkan uang selain ini. Aku sudah mengambilnya jika uangku cukup."

Ardian telah mengamati mereka bertiga untuk sementara waktu. Jelas bahwa ketiganya sedang bermain permainan sandiwara. Pria dengan luka wajah dan pria bertubuh kekar terlihat kaku dengan dialog mereka, sementara pria berkacamata yang berperan sebagai mediator cukup ahli, tetapi dia melakukan kesalahan di akhir.

Mereka mungkin menargetkan Ardian karena dia melihat kota dengan tatapan heboh seperti seseorang yang dibesarkan di gunung. Namun, pakaian yang Ardian kenakan sangat layak dan terlihat mahal. Ardian terkekeh di dalam hati mengenai adegan lucu ini dan berpikir bagaimana caranya agar plot indah ini menjadi lebih sempurna. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mengikuti permainan mereka dengan berperan sebagai orang udik yang menjadi korban penipuan.

"Maksud Masnya, Saya?" Ardian menjawab dengan heran sambil menunjuk dirinya sendiri. Dia memasang wajah bodoh dan berkata, "Masnya yakin mau ngasih ke Saya?"

"Tentu saja, sekarang kesempatan emas ini ada di tanganmu!" Rokan membalas Ardian dengan riang gembira. Padahal sebelumnya dia mengeluh mengalami sebuah kerugian. Dia secara alami kehilangan ketenangannya ketika Ardian memancingnya dengan tidak menyatakan bahwa dia tidak punya uang. Dengan begitu dia menjadi yakin bahwa Ardian memakan umpannya dan Ardian yakin bahwa hal ini benar-benar penipuan.

Saat Ardian hendak mengatakan sesuatu, dia merasakan seseorang menendang kakinya. Saat dia melihat ke arah kakinya yang ditendang, dia melihat seorang gadis cantik sedang menatapnya dengan dingin. Dari penampilannya, dia mungkin seumuran dengan Ardian.

Gadis itu sangat cantik dan kulitnya tampak lembut dan halus. Meskipun dia tidak pernah berdiri, Ardian dapat memperkirakan tingginya setidaknya seratus enam puluh lima sentimeter. Cukup tinggi untuk seorang gadis sekolah.

Episodes
1 Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2 Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3 Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4 Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5 Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6 Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7 Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8 Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9 Bab 9 : Punya SIM?
10 Bab 10 : Wajah Bodoh!
11 Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12 Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13 Bab 13 : Tinggal Bersama?
14 Bab 14 : Iblis Surgawi
15 Bab 15 : Dia Lumayan
16 Bab 16 : Ciuman
17 Bab 17 : Tidur
18 Bab 18 : Gua
19 Bab 19 : Gerbang
20 Bab 20 : Gulungan
21 Bab 21 : Kultivasi
22 Bab 22 : Video Biru
23 Bab 23 : Kertas Tisu
24 Bab 24 : Protein Mentah
25 Bab 25 : Mie
26 Bab 26 : Air
27 Bab 27 : Menantu
28 Bab 28 : Kepala Sekolah
29 Bab 29 : Kelas
30 Bab 30 : Kertas
31 Bab 31 : Ikut Aku!
32 Bab 32 : Semangat
33 Bab 33 : Pistol Air
34 Bab 34 : Teman?
35 Bab 35 : Permata
36 Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37 Bab 37 : Kantin
38 Bab 38 : Tinia Atmaja
39 Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40 Bab 40 : Sahabat
41 Bab 41 : Atap
42 Bab 42 : Atap (2)
43 Bab 43 : Atap (3)
44 Bab 44 : Sesudah
45 Bab 45 : Liontin
46 Bab 46 : Bank
47 Bab 47 : Sandera
48 Bab 48 : Sandera (2)
49 Bab 49 : Sandera (3)
50 Bab 50 : Sandera (4)
51 Bab 51 : Sandera (5)
52 Bab 52 : Sandera (6)
53 Bab 53 : Chen Sisi
54 Bab 54 : Chen Sisi (2)
55 Bab 55 : Chen Sisi (3)
56 Bab 56 : Chen Sisi (4)
57 Bab 57 : Chen Sisi (5)
58 Bab 58 : Tuan Tameng
59 Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60 Bab 60 : Chandra
61 Bab 61 : Chandra (2)
62 Bab 62 : Serigala Cupu
63 Bab 63 : Perawat Julie
64 Bab 64 : Perawat Julie (2)
65 Bab 65 : Perawat Julie (3)
66 Bab 66 : Tidak Jera
67 Bab 67 : Tidak Jera (2)
68 Bab 68 : Tidak Jera (3)
69 Bab 69 : Tidak Jera (4)
70 Bab 70 : Hukuman
71 Bab 71 : Kekacauan
72 Bab 72 : Dewa
73 Bab 73 : Emosi
74 Bab 74 : Pembawa Masalah
75 Bab 75 : Wanita ini
76 Bab 76 : Halu
77 Bab 77 : Biter
78 Bab 78 : Cedera
79 Bab 79 : Tidak Terjangkau
80 Bab 80 : Angkara Adam
81 Bab 81 : Siapa Dalang?
82 Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83 Bab 83 : Timur
84 Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85 Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86 Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87 Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88 Bab 88 : Sumpit
89 Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1 : Demi Dua Ribu Dollar
2
Bab 2 : Tujuh Puluh Ribu Dollar
3
Bab 3 : Lima Puluh Ribu Dollar
4
Bab 4 : Empat Puluh Ribu Dollar
5
Bab 5 : Tiga Puluh Ribu Dollar
6
Bab 6 : Ratusan Juta Dollar Pertahun
7
Bab 7 : Dua Puluh Ribu Dollar
8
Bab 8 : SMAN Terbit Tenggara
9
Bab 9 : Punya SIM?
10
Bab 10 : Wajah Bodoh!
11
Bab 11 : Tunjukkan Bakatmu!
12
Bab 12 : Apa Kamu Menyukainya?
13
Bab 13 : Tinggal Bersama?
14
Bab 14 : Iblis Surgawi
15
Bab 15 : Dia Lumayan
16
Bab 16 : Ciuman
17
Bab 17 : Tidur
18
Bab 18 : Gua
19
Bab 19 : Gerbang
20
Bab 20 : Gulungan
21
Bab 21 : Kultivasi
22
Bab 22 : Video Biru
23
Bab 23 : Kertas Tisu
24
Bab 24 : Protein Mentah
25
Bab 25 : Mie
26
Bab 26 : Air
27
Bab 27 : Menantu
28
Bab 28 : Kepala Sekolah
29
Bab 29 : Kelas
30
Bab 30 : Kertas
31
Bab 31 : Ikut Aku!
32
Bab 32 : Semangat
33
Bab 33 : Pistol Air
34
Bab 34 : Teman?
35
Bab 35 : Permata
36
Bab 36 : Berharta dan Berbeasiswa
37
Bab 37 : Kantin
38
Bab 38 : Tinia Atmaja
39
Bab 39 : Tinia Atmaja (2)
40
Bab 40 : Sahabat
41
Bab 41 : Atap
42
Bab 42 : Atap (2)
43
Bab 43 : Atap (3)
44
Bab 44 : Sesudah
45
Bab 45 : Liontin
46
Bab 46 : Bank
47
Bab 47 : Sandera
48
Bab 48 : Sandera (2)
49
Bab 49 : Sandera (3)
50
Bab 50 : Sandera (4)
51
Bab 51 : Sandera (5)
52
Bab 52 : Sandera (6)
53
Bab 53 : Chen Sisi
54
Bab 54 : Chen Sisi (2)
55
Bab 55 : Chen Sisi (3)
56
Bab 56 : Chen Sisi (4)
57
Bab 57 : Chen Sisi (5)
58
Bab 58 : Tuan Tameng
59
Bab 59 : Tuan Tameng (2)
60
Bab 60 : Chandra
61
Bab 61 : Chandra (2)
62
Bab 62 : Serigala Cupu
63
Bab 63 : Perawat Julie
64
Bab 64 : Perawat Julie (2)
65
Bab 65 : Perawat Julie (3)
66
Bab 66 : Tidak Jera
67
Bab 67 : Tidak Jera (2)
68
Bab 68 : Tidak Jera (3)
69
Bab 69 : Tidak Jera (4)
70
Bab 70 : Hukuman
71
Bab 71 : Kekacauan
72
Bab 72 : Dewa
73
Bab 73 : Emosi
74
Bab 74 : Pembawa Masalah
75
Bab 75 : Wanita ini
76
Bab 76 : Halu
77
Bab 77 : Biter
78
Bab 78 : Cedera
79
Bab 79 : Tidak Terjangkau
80
Bab 80 : Angkara Adam
81
Bab 81 : Siapa Dalang?
82
Bab 82 : Kamu Menyukainya?
83
Bab 83 : Timur
84
Bab 84 : Kita harus merayakannya!
85
Bab 85 : Pindah? Tidak masuk akal.
86
Bab 86 : Kekuatan Keberanian
87
Bab 87 : Ini cuman bersikap baik, kok.
88
Bab 88 : Sumpit
89
Bab 89 : Menuju Transformasi Kedua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!