12

Melisa yang tiba di ruangan marsita kini menyerahkan berkas yang telah selesai ia kerjakan.

Marsita pun mengambil berkas tersebut dan melihatnya selama beberapa saat sebelum dia menganggukkan kepalanya dengan puas.

"Apakah seseorang memberitahukanmu untuk mengerjakannya seperti ini?" Tanya marsita yang baru pertama kali melihat tata penyusunan berkas di tangannya.

"Saya mengerjakannya sendiri setelah mendapat beberapa arahan dari teman-teman yang lain," ucap Melisa.

"Ini sangat bagus, aku rasa kita bisa mengikuti caramu ini, benar-benar lebih mudah dipahami daripada yang biasa digunakan di kantor ini." Ucap marsita yang merasa senang dengan penyusunan kalimat dan juga penataan grafik serta gambar yang digunakan oleh Melissa, sangat rapi dan menyenangkan di mata.

"Terima kasih," kata Melisa sambil membungkukkan badannya pada marsita sebelum dia berjalan keluar dari ruangan.

Ketika keluar dari ruangan marsita, Melisa melihat ke arah pintu CEO, dan saat ini Melisa mengepal kuat tangannya dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Setelah tiba di ruangan, Melisa langsung disambut oleh tatapan semua orang yang penasaran bagaimana hasil pekerjaan Melisa.

"Apa kata Kak marsita?" Tanya salah seorang perempuan mewakili rasa penasaran semua orang yang ada di sana.

"Ah, dia bilang berkasnya akan segera digunakan," ucap Melisa sambil berjalan ke kursinya tanpa ingin mengatakan hal-hal lain, apalagi tentang pujian yang diberikan oleh marsita, karena hal seperti itu bisa mendatangkan masalah baginya.

"Jadi Kak marsita menerima berkas itu karena akan segera digunakan?" Ucap salah seorang perempuan sambil menatap Melisa yang berjalan ke arah mejanya.

Melisa mengangguk dengan ragu, "Sepertinya begitu, lagi pula senior mengatakan kalau itu akan digunakan besok pagi," ucap Melisa sambil duduk di kursinya.

Semua orang pun tidak mengatakan apapun lagi, mereka semua berpikir bahwa pekerjaan Melisa langsung diterima oleh marsita untuk diperbaiki sendiri oleh marsita karena berkas itu sudah mendesak.

Tetapi satu orang dalam ruangan itu yang jelas tahu faktanya, namun ia memilih untuk bungkam sambil mengepal kuat tangannya.

'jelas-jelas kalau masih ada kesalahan, maka masih ada waktu untuk memperbaikinya, dan aku pikir Kak marsita pasti akan menyuruhnya untuk memperbaikinya. Tapi tidak menyuruhnya melakukan apapun, kalau begitu pekerjaannya benar-benar bagus,' ucap sang pria dalam hati yang kini merasa cemas bahwa Melisa mungkin adalah saingannya di tempat tersebut untuk mendapatkan promosi menjadi asisten CEO.

Sementara Melisa yang ada di meja kerjanya, perempuan itu mengambil berkas yang sudah disiapkan lagi di meja kerjanya, dan entah siapa yang memberikannya, Melisa tidak terlalu mempertanyakannya dan dia hanya segera mengerjakan berkas tersebut.

Melisa bekerja sampai jam pulang tiba lalu mereka semua meninggalkan kantor dengan Melisa yang langsung memasang sandi pada komputernya.

"Kau pulang dengan siapa?" Tanya Dika ketika mereka keluar dari ruangan sekretaris.

"Aku membawa mobil," kata Melisa langsung membuat semua orang yang berjalan lebih dulu dari mereka kini menghentikan langkah mereka lalu menatap ke arah Melisa.

"Wah,, bagus kalau kau bawa mobil, Bagaimana kalau hari ini sebagai acara penyambutanmu kita pergi makan-makan Sebelum pulang ke rumah?" Tanya salah seorang perempuan yang ada di sana disusul anggukan semua orang yang merasa bahwa mereka memang perlu menyambut perempuan itu.

"Ah, ya, Tentu saja, aku akan mentraktir semua orang," ucap Melisa sambil mengukir sebuah senyuman di wajahnya.

"CEO yang mentraktir kalian!" Tiba-tiba suara marsita dari belakang Melisa langsung membuat Melisa dan Dika berbalik hingga Mereka melihat marsita berjalan ke arah mereka.

Marsita pun menyerahkan sebuah kartu pada Melissa sambil berkata, "gunakan kartu ini untuk acara kalian hari ini, CEO memberikannya pada saya untuk menyambut sekretaris baru. Ah, maaf juga aku tidak bisa bergabung dengan kalian, tiba-tiba saja ada rapat penting dengan klien dari luar negeri yang buru-buru untuk kembali jadi aku harus menemani CEO."

"Baik, terima kasih," ucap Melisa sambil membungkuk pada marsita dengan perasaan aneh dalam hatinya, 'apa kah CEO memang memiliki sikap seperti ini?' pikir Melisa dalam hati yang merasa bahwa terlalu aneh jika pria berkepribadian seperti Raka memberikan kartunya untuk mereka gunakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!