9

Bab 9. Satu malam dengan pria asing

"... Kami meminta Anda untuk mengencangkan sabuk pengaman dan mengamankan semua bagasi di bawah kursi Anda atau di kompartemen atas. Kami juga meminta agar tempat duduk dan nampan meja Anda dalam posisi tegak untuk lepas landas. Harap matikan semua perangkat elektronik pribadi, termasuk laptop dan ponsel. Merokok dilarang selama penerbangan. Terima kasih telah memilih Mountain Airlines. Nikmati penerbangan Anda," ucap seorang pramugari di dalam pesawat yang ditumpangi oleh Melisa bersama ibunya dan juga putranya untuk pergi ke kota M.

Tiga orang yang duduk di bangku kelas bisnis kini duduk dengan nyaman, Lalu setelah pesawat mengangkasa, Melisa menatap ke arah putranya yang tampak tenang duduk di kursinya sambil membaca buku.

'Hah,,, kenapa aku sangat cemas membawa dia ke kota m? Bagaimana kalau di sana dia bertemu dengan pria itu dan akhirnya dia dirampas dariku?' pikir Melisa dalam hati yang merasa sangat cemas, tetapi dia juga tidak bisa melepaskan dendamnya terhadap pria yang telah membelinya dari mantan suaminya.

'Hah,, aku harus tetap berpikiran positif, kota m itu sangat luas, jadi untuk bertemu satu sama lain aku rasa itu hal yang sangat mustahil seperti mencari satu butir pasir yang pernah dibuang di tepi pantai!' ucap Melisa dalam hati sambil memperbaiki posisi duduknya lalu dia pun memejamkan matanya untuk menikmati perjalanan mereka.

Tetapi ketika Melisa tertidur, tiba-tiba saja dia merasa saat itu ada seseorang yang menekannya dengan sangat berat dan menyentuh tubuhnya di titik-titik sensitifnya hingga membuat perempuan itu sangat berkeringat di kursinya.

"Ah,, ng!" Melissa tersentak bangun dengan mimpi buruk itu, dan saat ia bangun, ia melihat putranya sedang menatapnya dengan sangat cemas.

"Ibu baik-baik saja?" Tanya Fernando sambil mengambil air mineral lalu memberikannya pada ibunya.

Melisa menganggukkan kepalanya sambil menerima air mineral tersebut, "Terima kasih sayang, tadi ibu hanya bermimpi buruk saja," kata Melisa sebelum dia meneguk air mineral yang ada di tangannya.

Fernando yang melihat ibunya kini memperhatikan ibunya dengan seksama sambil mengulurkan tangan kecilnya mendapatkan sapu tangan miliknya lalu memberikannya pada Melisa setelah perempuan itu meneguk setengah botol air mineralnya.

"Terima kasih sayang, kau kembali lah ke kursimu, Ibu baik-baik saja," ucap Melisa pada putranya yang tidak mau membuat cemas pria kecil itu.

Fernando pun menganggukkan kepalanya lalu dia kembali memperbaiki posisi duduknya meski saat itu dia masih memikirkan ibunya yang tampak sangat kesulitan.

Beberapa saat Fernando terdiam, pria kecil itu kembali lagi melihat ke arah Ibunya dan dia merasa lega ketika melihat ibunya sudah baik-baik saja dengan perempuan itu sedang membaca majalah yang disediakan oleh maskapai penerbangan mereka.

Maka suasana dalam pesawat kembali menjadi tenang sampai mereka akhirnya tiba di kota m.

Begitu keluar dari bandara menggunakan sebuah mobil yang dikendarai oleh ayah Melisa, Melisa menatap kota M yang sudah ia tinggalkan selama 5 tahun.

'Aku harap kota kelahiranku ini akan memberikan semangat yang baru untukku dan juga untuk anakku,' ucap Melisa dalam hati yang saat ini merasa lebih bersemangat melihat tempat yang begitu familiar dengannya.

Tetapi perasaan lega Melisa langsung menghilang setengahnya ketika ia mendengar putranya yang berbicara pada kakeknya.

"Kakek, Aku sudah mengetahui nama ayahku, namanya adalah dison. Ibu memberitahuku beberapa hari yang lalu, dan mulai hari ini aku akan mencari ayahku!" Ucap Fernando dengan raut wajah penuh bahagia, karena selama ini dia dibohongi tentang identitas ayahnya.

Pria kecil itu mengetahui bahwa ayahnya berpisah dengan mereka karena sebuah kecelakaan yang membuat ayahnya menghilang.

Kakek Fernando yang bernama Hardi kini melirik putrinya lewat kaca spion dalam mobil, dan dia bisa melihat wajah putrinya tampak tidak senang sehingga Hardi kemudian balik menatap cucunya sambil berkata, "sayang, Bagaimana kalau kita lewat makan di restoran sebelum terus ke rumah?"

Fernando yang mendengarkan ucapan kakeknya kini langsung mengerutkan keningnya karena dia jelas tahu bahwa saat ini kakeknya berusaha mengalihkan pembicaraan hingga pria kecil itu menjadi tidak senang.

Meski begitu, Fernando tetap menganggukkan kepalanya sambil membuang muka dari kakeknya, "Baiklah," ucap Fernando dengan nada suara yang begitu datar, jelas sekali pria kecil itu tidak berusaha menyembunyikan perubahan suasana hatinya.

Hal itu membuat tiga orang yang berada dalam mobil kini merasa bersalah pada pria kecil itu, tetapi mereka tetap merasa bahwa pilihan mereka jauh lebih baik daripada jika harus mengikuti keinginan Fernando.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!