20

BAB 20. Satu malam dengan pria asing

Setelah makan malam selesai, maka Melisa langsung pergi menghampiri ibunya sambil membawa ponsel ibunya yang ia dapatkan dari Fernando.

Begitu di depan kamar ibu dan ayahnya, Melisa mengetuk pintu kamar tersebut.

Tok tok tok..

Clek!

Pintu dibuka oleh Novia dan dia menatap putrinya dengan tatapan penuh tanya karena tak biasanya putrinya masih mengetuk pintunya ketika makan malam telah selesai.

Biasanya perempuan itu langsung menghabiskan waktunya berduaan dengan putranya karena pada siang hari perempuan itu tak memiliki waktu untuk putranya.

"Aku ingin membicarakan sesuatu dengan ibu," ucap Melisa langsung membuat Novia menganggukkan kepalanya lalu dia pun segera mengikuti putrinya ke ruang keluarga.

Tetapi saat itu ketika Melisa hendak berbicara pada ibunya, tiba-tiba saja Fernando muncul dari lantai 2 hingga membuatnya menatap ke arah putranya.

"Tunggu ibu di kamar sebentar, Ibu mau berbicara dulu dengan nenek," ucap Melisa pada putranya langsung membuat Fernando menganggukkan kepalanya lalu pria kecil itu segera naik kembali ke lantai 2.

Setelah memastikan Fernando telah memasuki kamarnya, maka Melisa kemudian menatap ibunya sambil mengembalikan ponsel ibunya.

"Ibu, sudah berapa kali kubilang pada Ibu supaya tidak memberikan ponsel pada putraku," ucap Melisa pada ibunya langsung membuat Novia mengambil ponselnya sambil menghela nafas.

"Hah,,, kenapa kau sangat keras pada putramu? Dia itu anak yang pintar, jadi tidak masalah kalau dia memegang ponsel. Ibu juga hanya memberikannya sebentar saja, tapi kenapa kau begitu cemas seperti ini?" Tanya Novia pada putrinya yang merasa bahwa putrinya terlalu ketat pada Fernando, padahal anak seumuran Fernando sudah banyak yang menggunakan ponsel.

"Ibu, ponsel ini diciptakan untuk orang dengan usia 14 tahun keatas, bukan untuk anak berusia 4 tahun. Jadi kumohon pada Ibu, tolong jangan lagi memberikan ponsel pada Fernando, aku sangat cermas padanya, Ibu lihat saja sekarang, Dia tidak mau pergi bersekolah bahkan dia membaca buku-buku yang sulit untuk kita pelajari.

Itu sudah cukup membuatku sangat cemas, Jadi kalau ibu memberikannya ponsel lagi, aku takut dia tidak akan pernah lagi menikmati masa-masa pertumbuhannya sebagai seorang anak, dia akan dewasa sangat cepat dan bisa merusak dirinya sendiri." Ucap Melisa pada ibunya.

"Baiklah, maafkan Ibu, lain kali Ibu tidak akan memberinya ponsel." Ucap Novia sambil berdiri lalu dia pun meninggalkan putrinya tanpa menunggu jawaban dari putrinya.

Melihat ibunya yang telah pergi, maka Melisa menghela nafas sebelum dia meninggalkan ruang keluarga dan naik ke lantai 2 menuju kamar putranya.

Begitu masuk ke dalam kamar putranya, dilihatnya Fernando sedang membaca buku berbahasa Jerman yang berjudul Roboter.

Maka Melisa pun menghampiri putranya lalu berkata, "coba Ibu lihat bukumu."

Fernando memberikan bukunya pada ibunya, lalu Melisa melihat buku itu dan dia benar-benar tidak mengerti apa yang tercatat Di sana, bahkan satu kata pun tak dapat ia terjemahkan Sebab Dia memang tak pandai berbahasa Jerman.

Melisa hanya bisa melihat beberapa gambar yang ada pada buku tersebut, yang memperlihatkan robot dan komponennya hingga membuat Melisa menghela nafas.

"Dari mana kau mendapat buku ini?" Tanya Melisa pada putranya.

"Tadi siang aku dan Nenek pergi ke toko buku, lalu nenek membiarkanku memilih buku yang boleh ku beli." Ucap Fernando langsung membuat Melisa menganggukan kepalanya.

"Apa kau senang membaca buku ini?" Tanya Melisa.

Fernando tersenyum lebar, "tentu saja, suatu saat aku akan menjadi orang yang hebat dan mencari uang yang banyak untuk ibu. Pokoknya aku akan menjadi pria sejati yang akan terus melindungi ibu dan memenuhi semua kebutuhan ibu. Jadi mulai sekarang aku harus belajar banyak hal," Ucap Fernando dengan penuh semangat.

Melihat putranya yang tampak sangat bersemangat, maka Melisa pun meletakkan buku yang ada di tangannya lalu dia mengulurkan tangannya memegang kedua tangan putranya sambil berkata, "kalau kau mau seperti itu, maka kau harus bersekolah terlebih dahulu, orang-orang membutuhkan ijazah untuk mendapatkan pekerjaan. Jadi bagaimana kalau besok Ibu membawamu pergi ke sekolah?"

Fernando yang mendengarkan itu langsung mengerutkan keningnya, "apa Ibu mau membawaku ke tempat bermain yang beberapa waktu lalu kami kunjungi bersama nenek?" Tanya Fernando dengan nada suara yang tidak senang.

"Ah,, Memangnya kau tidak mau sekolah di situ? Kalau begitu, di mana kau ingin bersekolah?" Tanya Melisa pada putranya langsung membuat Fernando kemudian menarik tangannya dari tangan ibunya lalu pria kecil itu segera turun dari tempat tidur dan berlari menuju rak buku yang terletak di dalam kamarnya.

Fernando pun mengambil sebuah kursi lalu memanjat kursi tersebut sebelum dia mendapatkan sebuah buku yang diletakkan di rak buku tersebut lalu kembali lagi menghampiri Ibunya dan memberikan buku tersebut pada ibunya.

"Penulis buku ini bersekolah di universitas XX, bolehkah aku juga ke sana?" Tanya Fernando dengan mata berbinar-binar menatap ibunya.

"Mereka tidak menerima orang yang tidak memiliki ijazah SMA," kata Melisa pada putranya sambil membuka buku yang ada di tangannya, di mana dia mendapati bahwa penulis buku tersebut adalah seorang ilmuwan terkenal.

"Mereka menerima siapapun yang mau masuk ke universitas itu asal bisa menjawab semua soal yang mereka siapkan sebagai ujian masuk universitas." Kata Fernando langsung membuat Melisa menatap putranya dengan tangannya yang memegang erat bukunya.

Setelah beberapa saat, Melisa kemudian berkata, "Sayang, supaya kau menjadi seseorang yang benar-benar dewasa, kau harus memulai dari hal-hal kecil dulu sebelum melakukan hal-hal besar. Jadi bagaimana kalau kita sekolah dulu di sekolah Dasar sebelum lanjut ke SMP dan SMA baru masuk ke perguruan tinggi."

"Baiklah, aku akan melakukannya," kata Fernando langsung membuat mata Melisa menjadi bersinar penuh kebahagiaan menata putranya.

"Benarkah? Kau mau melakukannya?" Tanya Melisa dengan penuh semangat.

"Ya, aku akan masuk sekolah dasar, tapi aku tidak mau masuk ke taman kanak-kanak!" Tegas Fernando.

"Bagus! Kalau begitu, besok pagi sebelum Ibu berangkat bekerja ibu akan mengantarmu ke sekolah dasar untuk mendapatkan formulir pendaftarannya." Ucap Melisa merasa sangat senang karena akhirnya anaknya mau bersekolah meski harus melewati taman kanak-kanak.

Fernando juga merasa senang melihat ibunya yang tampak senang, maka pria kecil itu segera mengulurkan tangannya memeluk ibunya dengan hangat.

Maka setelah pelukan itu, Melisa menemani putranya untuk tidur sampai pria kecil itu tertidur barulah Melisa meninggalkan kamar putranya dan kembali ke kamarnya.

Setelah tiba di kamarnya, Melisa merasa sangat senang karena pembicaraan dengan putranya yang berjalan dengan lancar, Lalu setelah itu Melisa kemudian mengambil ponselnya dan melihat kontak yang telah Ia salin ke dalam ponselnya.

'Pria ini, Apakah dia tidak bisa menunggu aku mendatanginya sehingga dia dengan cepat menghubungi ibuku?' gerutu Melisa dalam hati yang benar-benar kesal membaca nama Daren pada ponsel miliknya.

Maka tanpa menunggu lebih lama, Melisa langsung menekan tombol panggil pada ponselnya.

Drrtt.... Drrtt... Drrtt...

Drrtt.... Drrtt... Drrtt...

Drrtt.... Drrtt... Drrtt...

*Silakan tinggalkan pesan suara setelah bunyi beep karena nomor yang anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan telepon,* Suara operator dari seberang telepon langsung membuat Melisa menekan tombol reject.

"Aku harus membereskan orang ini terlebih dahulu," ucap Melisa sambil meletakkan ponselnya, Dan dia berniat untuk menelpon pria itu Di keesokan harinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!