Dibagian ruangan lain, ketiga sosok juga membicaran Rinto dengan antusias. Wanita yang awalnya selalu menyindir dan sinis pada semua orang mulai memuji Rinto karena bakatnya. “Anak ini melewati ujian fisik dengan waktu yang sedikit lebih lambat dari jenius paling berbakat dan jauh lebih cepat dalam meditasi!!”
“Inilah sebabnya saya mengatakan anak ini istimewa!” Pemimpin Kamp berkata dengan sedikit bangga.
“Yah anak itu mungkin adalah jenius lainnya yang dikirimkan dewa untuk kota Vermilion kita!” pria lainnya juga memiliki ekspresi semangat diwajahnya.
“Setelah ujian menara, kita sebaiknya memberinya beberapa sumber daya dan hadiah! Meski ia termasuk berbakat namun kecepatannya sangat rendah, di catatannya tertulis jika ia belum mencapai tahap pertama” kata wanita itu lagi.
Pemimpin kamp juga setuju, walau ia tahu bahwa catatan itu telah di ubah oleh dentarion Iria berkat bantuannya namun ide dari wanita itu sangat bagus. Setidaknya Rinto akan lebih cepat mencapai penguasaan dasar bintang satu.
Selanjutnya mereka bercakap- cakap ringan sambil menunggu waktu 3 jam Rinto habis. Karena Rinto memulai ujian meditasinya beberapa jam lebih lambat dari yang lainnya membuatnya ketika selesai seluruh peserta meditasi telah berubah, digantikan oleh orang yang baru.
Rinto mencoba mencari kenalannya lagi diantara orang baru itu, namun sayangnya ia hanya menemukan Myuguh disana. Sampai saat ini ia belum bertemu dengan Grite dan Daniel.
Pengawas yang mengantar Rinto dari awal segera datang dan mengatakan jika Rinto harus menjalani ujian terakhir. Sebelum itu tentu saja Rinto diberikan hasil akhir yang mengatakan jika ia mencapai 100% dalam waktu 1 jam lebih 15 menit. Pengawas itu juga mengatakan jika Rinto telah memecahkan rekor menjadi orang tercepat menyelesaikan 100 skor di ujian meditasi.
Namun sanjungan itu tidak berlangsung lama sebab Rinto segera dibawa ke ruang ujian lainnya. Sama seperti ujian fisik, ujian hubungan alam akan dilakukan di ruangan masing- masing. Sama seperti ujian fisik, Rinto diarahkan pada sebuah ruangan dengan nomor ujian 210.
Rinto segera memasuki ruangan tersebut dan tercengang melihat pemandangan yang ada disana. Di ruangan tersebut ada sungai yang mengalir lengkap dengan suara airnya yang menenangkan jiwa, ada pula gunung yang hijau tertancap tinggi beserta dengan pepohonan rindang yang bergoyang sedang akibat angin sepoi- sepoi bertiup.
Anehnya ruangan itu tidak seperti ruangan pada umumnya sebab terdapat langit yang biru lengkap dengan awan yang mengambang. Selain dirinya, tidak ada siapapun disana. Rinto mencoba untuk mencari sesuatu disana, ia berjalan mendekati sungai yang mengalir.
Air yang dingin dan segar menyentuh telapak tangannya membuat Rinto yakin jika itu adalah air sungguhan, Karena merasa air itu sangat segar, Rinto memutuskan untuk mencuci mukanya dan meminum beberapa teguk air. Ia kembali merasa segar setelah meminum air sungai. Setelah itu ia mulai berjalan menuju gunung yang menancap tinggi di depannya.
“Apa sebenarnya esensi dari ujian ketiga ini?” Rinto bingung, di sini ia seperti bermain bukan sedang ujian. Ia mendaki gunung yang rindang dengan pepohonan yang tumbuh subur disana. Semuanya terasa seperti di alam bebas kecuali tidak ada satupun hewan atau manusia yang ada disana selain dirinya.
Sementara itu diruangan tempat pemimpin kamp, ketiga sosok yang ada disana melihat ruangan Rinto dengan bingung. Sebab ketiganya sama sekali tidak melihat pemandangan yang dilihat oleh anak itu.
Ruangan itu sebenarnya kosong dan tidak ada apapun disana. Dan ketiganya hanya melihat Rinto melakukan gerakan aneh seperti mencuci muka, memetik bunga dan lainnya.
“Apa yang ruangan alam perlihatkan pada anak itu?” satu- satunya wanita disana sanga tertarik dengan Rinto segera berkomentar.
Pemimpin kamp menggeleng dan memberikan jawaban tidak pasti. “Ruangan alam memiliki kekuatan ilusi sesuai dengan hubungan alam dan peserta. Ketiganya juga telah melewati ujian ilusi dulu sebab itu mereka tahu bahwa ujian yang dihadapi oleh Rinto berhubungan dengan dirinya dan alam.
“Sayangnya selain dirinya dan ruangan ilusi tidak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya” Ketiganya menghela nafas kecewa.
Beberapa jam lainnya akhirnya berlalu. Para kadet yang mengikuti ujian perlahan keluar dari ruangan ujian. Beberapa memiliki ekspresi senang dan sedih melihat tes mereka. Bagaimanapun hasilnya sudah diketahui oleh masing- masing pribadi kadet.
Rinto berjalan keluar dari menara ujian dengan wajah senang. Dari ketiganya semua ujian ia berhasil lalui dengan sangat memuaskan. Ia yakin dapat mengambil teknik pengendali apinya. Pengawas memberitahukan bahwa hadiah akan disiapkan dan diberikan pada para kadet keesokan harinya.
Selain kadet yang mengikuti ujian, semua kadet yang memilih untuk mundur kembali belajar di kelas masing- masing. Tapi meski begitu Rinto memilih untuk kembali ke tendanya lebih awal untuk beristirahat.
Sebenarnya bukan hanya Rinto yang berpikir seperti itu, hampir semua orang kembali beristirahat. Sebab itu diperjalanan Rinto akhirnya bertemu dengan Daniel dan Grite. Namun berbeda dengan Rinto yang memasang ekspresi bahagia, Daniel maupun Grite terlihat murung dan kecewa.
“Wahh perlukah saya membawa pelicin pakaian dan menggosoknya di wajah kalian berdua? Apakah ada masalah?” ucap Rinto berusaha untuk mencairkan suasana.
Grite dan Daniel sontak menggeleng pelan, candaan Rinto tidak sedikitpun membuat mereka membaik. Namun meski mereka tidak cerita, Rinto masih mengantarkan mereka ke tenda dan berusaha untuk menghibur.
Dalam hatinya, Rinto jelas mengerti bahwa keduanya gugur dalam ujian menara tapi mereka terlalu sedih untuk cerita. Setelah sampai di tenda masing- masing, Rinto bergerak menuju tempat terpencil yang ada disana. Ia ingin berlatih sekali lagi sebelum beristirahat.
Rinto memikirkan nasib keduanya, Daniel dan Grite akan sangat mengalami kemajuan jika memiliki teknik perangsang energi yang tepat dengan elemen mereka. Tapi sayang sekali keduanya gagal di ujian menara.
“Saya masih bisa menjadi pengendali elemen angin untuk sementara waktu, tapi bagi Daniel dan Grite, teknik Perangsang energi menjadi sangat penting!”
Setelah lama berpikir, Rinto akhirnya memilih untuk menggunakan kesempatannya untuk mendapatkan teknik perangsang energi air atau bumi untuk membantu keduanya. Meski ia harus kehilangan kesempatan mendapatkan teknik perangsang energi api untuk saat ini.
“Sekarang saya hampir mencapai titik sempurna tahap ketiga. Hanya beberapa latihan sehingga saya bisa mengendalikan bilah angin untuk menyerang!”
Lilith telah menjelaskan pada Rinto sebelumnya bahwa elemen angin memiliki keunggulan dalam penyerangan seperti elemen api. Selain itu kecepatannya juga jauh lebih unggul dari elemen lainnya. Sebab itu pengendali elemen angin sering menggunakan serangan cepat dan kuat untuk menghadapi lawan- lawannya.
Bilah angin menjadi serangan paling dasar untuk pengendali elemen angin. Paling banyak untuk pemula akan dapat menyerang dengan empat bilah angin, sementara untuk para jenius mereka bahkan dapat mengendalikan 5 hingga 6 bilah angin ketika tahap pengendali dasar bintang 1. Tentu saja semakin mahir seorang mengendalikan elemen maka akan semakin banyak bilah angin yang dapat ia kendalikan dalam sekali serangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments