Legenda Rinto
“Kalian tidak bisa kemana- mana lagi! Menyerahlah dan serahkan anak itu” Seorang pria berambut pirang dengan pedang yang berkilauan seperti es ditangannya. Ia berteriak kepada sepasang suami istri yang kini terpojok di pinggir jurang.
Sang istri memeluk bayi yang masih kecil dengan wajah lucu, itu adalah anak keduanya. Sang suami berdiri di depan istrinya seolah melindungi keduanya dari sang pria berambut pirang.
“Sia- sia! Kau pikir dapat menghalangiku?” Pria berambut pirang itu berkata dengan ejekan. Pedang ditangannya kini bersinar terang. “Rasakan seranganku ini!” pedang pria itu berubah menjadi ribuan es yang sangat kecil namun tajam.
“Walau kekuatan kami telah dilumpuhkan oleh kalian, tapi ingatlah bahwa masa dimana kerajaan Elemental itu akan berakhir ditangan anakku. Ia akan membalas dendam kedua orang tuanya!” Sang suami berkata dengan tegar, ia memberikan tatapan penuh cinta pada istri dan anaknya sebelum menggunakan tubuhnya sebagai tameng untuk keduanya.
“Tidak!! Remor!” Sang istri berteriak histeris saat tubuh suaminya diterjang oleh belasan es yang sangat tajam. Sang suami mengecup kening istrinya itu sebelum akhirnya terjatuh dengan tubuh yang kaku.
Sang istri menatap pria berambut pirang itu dengan sangat marah, “Kakak, kenapa kau sangat tega untuk menyakiti keluarga adikmu sendiri?!”
Pria berambut pirang itu tersenyum kecil, “Karmila, kau dan suamimu dari awal hanyalah media untuk pengorbanan kerajaan. Kekuatan dan bakat kalian adalah yang terbaik diantara yang terbaik, sementara anak kalian akan mewarisi bakat dari kalian berdua. Seberapa bagus bakatnya itu? Keponakan ku itu adalah persembahan terbaik untuk para dewa”
Karmila menggeleng tidak percaya dengan pikiran kakaknya itu. “Kerajaan Elemental memang telah melakukan banyak trik kotor untuk bisa bertahan sampai hari ini! Yakinlah kak, dimasa depan keponakanmu itu akan datang dan membalaskan semua kejahatan yang kakak dan para petinggi kerajaan!”
Setelah mengatakan hal tersebut Karmila melepaskan kalungnya yang berbentuk bintang bersudut 8, lalu memakaikannya pada bayinya. “Nak, hiduplah dengan baik. Kami akan mengawasimu dari surga” Karmila tersenyum sambil mencium kening anaknya.
Ia kemudian berbalik menatap kakaknya itu dengan penuh kebencian. “Kakak mengenalku dengan sangat baik bukan? Maka kakak pasti lupa bahwa aku memiliki tubuh peledak, walau mungkin kekuatanku telah disegel tapi tubuh peledak masih dapat digunakan”
Wajah pria pirang itu berubah, ia sungguh melupakan hal itu. Mengerti apa yang akan dilakukan adiknya, pria itu menggunakan pedang ditangannya untuk membuat ribuan es tajam untuk membunuh Karmila.
“Terlambat!” Karmila berbalik badan, ia membuang bayinya ke dalam jurang bersamaan dengan tubuhnya mulai ditusuk oleh belasan es yang tajam.
Kbomm!
Tubuh Karmila meledak bagaikan bom yang besar menghancurkan bibir jurang es disana. Adapun pria pirang itu kini terlempar dengan luka berat. “Sialan!” Pria itu berusaha berdiri dan melihat ke dalam jurang.
Ia berharap bayi itu masih ada namun nyatanya dasar jurang tertutupi oleh kabut yang tebal membuatnya tidak dapat melihat apa- apa. “Karmila!!” Pria priang itu akhirnya berteriak marah ke langit membuat disekitarnya terguncang.
~~
Sepuluh tahun kemudian.
Langit yang cerah di desa Wind Gaze, menandakan pelatihan anak- anak muda dimulai. Seorang pelatih berdiri tegap dengan wajah penuh kekejaman menatap belasan anak dan puluhan remaja di depannya.
Ditangan pelatih tersebut sebuah cambuk dari rantai setebal telunjuk balita siap untuk menyentuh kulit anak- anak disana. “Kalian sangat malas! Bagaimana kalian bisa menjadi Pengendali Elemen yang hebat jika kuda- kuda kalian saja sangat lemah!”
Trang! cambuk besi mendarat di salah satu tubuh anak berambut merah. Cambuk itu menyentuh kakinya dan membuat bekas disana.
“Tegakkan punggungmu!” ucap pelatih itu.
Anak berambut merah itu mengerang kesakitan tapi tidak mengeluh. Ia dengan cepat memperbaiki posisinya seperti yang diperintahkan. Pelatih mengangguk puas lalu berjalan menuju yang lainnya.
“Posisi kuda- kuda menguji fokus kita sebagai calon pengendali elemen. Ketika pikiran kita senantiasa fokus maka energi yang ada di dalam tubuh dapat mudah dikendalikan. Semakin kuat kendali kita pada energi itu maka semakin banyak elemental yang dapat kita kendalikan.”
Semua anak- anak mendengarkan dengan penuh perhatian pada pengajaran sang pelatih, anak berambut merah itu mengangkat tangannya. “Pelatih, apakah kita dapat memilih elemen yang dapat kita kendalikan?”
Pelatih itu menjawab, “Sejauh yang saya ketahui, kita tidak dapat memilih elemen yang dapat kita kendalikan sebab itu tergantung pada energi yang ada di dalam tubuhmu. Di dalam tubuh manusia, terdapat berbagai macam unsur elemen.
Mulai dari tanah, api, angin, air, cahaya, kegelapan, Logam dan lain sebagainya. Namun tidak semua elemen itu memiliki intensitas unsur yang sama, beberapa ada yang lebih tinggi dari yang lainnya. Ketika seorang mengendalikan elemen, maka unsur elemental paling tinggi yang ada pada energi tersebutlah yang akan menjadi dasar pengendalian elemen kita”
Pelatih itu kemudian membuka telapak tangannya, sebuah pusaran angin terbentuk disana. “Contohnya saja ini! Unsur elemen paling tinggi didalam energi saya adalah elemen Angin membuat saya dapat mengendalikan angin. Contoh lainnya adalah 8 dari 10 orang di desa ini memiliki elemen Angin sebagai elemen pengendalinya.”
“Tapi Apakah ada pengendali yang dapat menggunakan 2 hingga 3 elemen sekaligus?” tanya anak berambut merah itu lagi.
Pelatih itu mengangguk, “Diluar sana banyak orang yang memiliki 2 hingga 3 elemen, mereka yang memilikinya adalah kaum bangsawan atau memiliki garis keturunan yang unik. Mereka juga jauh lebih dipandang dibandingkan kita para pengendali 1 elemen” Ia berhenti sejenak sambil menutup matanya. Lalu angin super besar datang dan menghantam anak- anak disana membuat mereka berteriak ketakutan.
“Tapi pengendali 1 elemen tidak dapat dipandang rendah. Jika kita telah mengendalikan elemen dengan sangat baik maka kekuatan kita tidak akan kalah dengan mereka yang memiliki 2 hingga 3 elemen. Sebab itu semuanya tergantung pada kerja keras kita bukan pada berapa banyak elemen yang dapat kita kendalikan” Lanjut pelatih itu setelah menghentikan anginnya.
Semua anak- anak bersorak kagum melihat kekuatan yang dimiliki oleh sang pelatih. Mereka bersemangat untuk menjadi sepertinya. Berbeda dengan anak berambut merah yang kini tenggelam dengan pemikirannya sendiri.
“Latihan hari ini cukup sampai disini. Besok saya ingin tidak ada kesalahan dalam posisi kuda- kuda kalian semua” ucap pelatih itu membubarkan anak- anak.
“Rinto, apakah kakekmu ada di rumah? Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan padanya” pelatih itu memanggil anak berambut merah.
Anak yang bernama Rinto itu mengangguk, “Ya! Kakek ada dirumah, paman bisa pulang bersamaku”
Pelatih itu tersenyum kecil menyetujui ajakan Rinto. Keduanya kemudian berjalan bersama.
Di perjalanan, Rinto sering menanyakan pertanyaan- pertanyaan mengenai pengendalian elemen atau seputar unsur elemen pada sang Pelatih.
“Yang perlu kau lakukan untuk saat ini adalah berlatih fokus. Ketika kau telah berhasil merasakan energi yang ada pada tubuhmu maka kau bisa menanyakan segalanya pada paman.” Diakhir penjelasannya, pelatih itu memberikan arahan pada Rinto.
Bukannya ia tidak ingin menjawab pertanyaan dari Rinto melainkan berpikir jika itu akan mengalihkan fokus utama dari Rinto.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
CrocodileRogue
oke
2023-05-02
2