Kota Vermilion memiliki banyak kota kecil dan desa sebagai wilayah kekuasaannya. Diantara mereka terdapat 5 kota kecil yang paling terkenal sekaligus paling kuat diantara yang lainnya. Kota Copra juga salah satu dari 5 kota kecil tersebut. Terlebih kota Copra dulunya bukanlah kota kekuasaan kota Vermilion dan milik kota lainnya. Tapi beberapa puluh tahun yang lalu, kota Copra secara resmi bergabung di dalam kesatuan kota Vermilion.
Mendengar kota Copra, penjaga itu juga berhenti. Anak itu berpikir jika penjaga itu ketakutan mendengarkan latar belakangnya. Ia baru saja ingin sombong namun wajahnya tiba- tiba ditampar dengan sangat keras dan membuatnya terjatuh.
Pipi anak itu segera membira membuat semua yang melihatnya merasa kasihan. Orang yang menamparnya tidak lain adalah penjaga yang mengantarnya. “Tidak peduli identitas atau latar belakang kalian, disini hanya ada hormat dan bakat, jika kalian tidak memiliki keduanya maka bersiaplah untuk menjadi yang selanjutnya” Penjaga itu menatap anak- anak yang lain. Setelah itu penjaga benar- benar pergi meninggalkan kerumunan.
Banyak anak- anak disana memandang anak itu dengan kasihan sebelum kembali ketempat mereka. Mereka tidak cukup bodoh tinggal disana lebih lama setelah mendengar latar belakangnya.
Mereka berpikir jika itu akan berakhir, namun sedetik kemudian, ia kembali berdiri dan menatap salah satu tenda yang memiliki lingkungan cukup bersih dan jauh dari kubangan sampah. Kebetulan tenda itu telah ditempati oleh seorang anak perempuan.
Anak itu segera menyuruh pemilik tenda untuk pindah, “Saya lebih dulu disini!” Namun anak perempuan itu mengetahui jika tenda yang tersisa semuanya berada di lahan yang dipenuhi sampah dan berbau busuk. Ia tentu saja tidak ingin tinggal disana.
“Apa kau lupa jika saya adalah anak penguasa kota Copra?” anak itu mengancam.
Mendengar ancamannya, anak perempuan yang awalnya berkeras mempertahankan tenda menjadi bimbang. Anak- anak yang lain hanya bisa menyalahkan nasib sial anak perempuan itu, mereka tidak setuju dengan apa yang terjadi namun mendengar latar belakang mereka membuat yang lain tidak punya pilihan.
Rinto tidak tahan dengan itu semua, ia ingin membela ketika Grite telah lebih dulu maju dan menegur Remor. “Hei, apakah kau tidak mengetahui peraturan, siapapun yang datang pertama itulah yang mendapatkan tenda. Salahkan dirimu karena terlambat datang dari perempuan ini!”
Myuguh terkejut ketika mendapati Grite melangkah maju, ia yang paling tua diantara mereka dan juga memiliki pemikiran yang lebih dewasa. “Sial!” Myuguh sadar telah terlambat untuk memperingati Grite.
Remor memandang Grite dengan tidak puas, “Siapa kau? Berani menegurku seperti itu?”
Anak- anak lainnya juga penasaran dengan keberanian Grite, mereka berpikir jika Grite memiliki latar belakang yang tidak kalah dengan Remor sehingga berani melawan.
“Saya Grite” Grite memperkenalkan dirinya, “Sekarang kau bisa pergi ke tenda yang tersisa! Seperti kata penjaga, disini latar belakang tidak diperhatikan, hanya jika kau berbakat maka kau akan mendapat tempat!” Grite mengusir Remor.
Remor sangat marah mendengar pengusirannya, di kota Copra ia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Melihat kemarahan Remor, Myuguh dengan cepat mengambil tindakan.
Ia dengan cepat menarik Grite kembali ke barisannya lalu menyatukan kedua telapak tangannya sambil berkata, “Maafkan dia, tuan muda Remor tidak perlu mendengar perkataannya. Dia memang sulit diatur dan bertindak tanpa berpikir, sedangkan tuan muda Remor adalah orang yang berhati besar. Kami tidak akan mengganggu urusan tuan muda”
Myuguh memberi tatapan tajam pada Grite lalu memaksanya untuk meminta maaf. Para penonton tercengang, mereka tidak mengharapkan perubahan situasi seperti itu. Mereka tidak bodoh dan menyadari jika latar belakang anak perempuan itu tidak sebesar Remor.
Rinto akhirnya mengingat pesan pelatih Roy pada mereka semua bahwa tidak usah mencari masalah atau ikut campur dalam urusan orang lain. Ia mengerti tindakan Myuguh. Tapi itu tidak berarti Grite berpikir sama dengannya. Ia sangat marah pada Myuguh karena tidak mendukungnya tapi meminta maaf pada orang yang salah.
“Kenapa kau minta maaf?” Grite bertanya pada Myuguh. Namun segera Myuguh memberi tanda agar Grite berhenti berbicara. Grite saat itu tidak puas, ia menghiraukan tanda dari Myuguh. Akibatnya ia sekali lagi berbicara dan mengatakan jika Remor adalah pihak yang salah.
Myuguh segera memberi tanda pada yang lainnya untuk segera membawa Grite pergi menjauh, masalah akan semakin besar jika Grite terus berbicara.
“Tunggu! Udik darimana kalian?” Myuguh baru saja ingin pergi dari sana bersama dengan yang lainnya tapi dihentikan oleh Remor.
“Tuan muda kami dari desa Wind Gaze, apa tuan muda membutuhkan sesuatu?” Myuguh berusaha menjaga sikap.
Remor menaikkan alisnya, “Oh jadi kalian udik dari desa yah! Wajar jika kalian sangat liar dan tidak terdidik!” Beberapa dari mereka segera tertawa dan memandang kelompok Myuguh dengan jijik. Walau diantara mereka hanya sedikit dari kota – kota berpengaruh namun masih banyak yang berasal dari kota kecil yang jauh lebih hebat dari sebuah desa. Sebab itu mereka memandang kelompok Myuguh dengan jijik.
Wajah Myuguh sedikit berubah ketika mendengar desa mereka di hina. Namun sebagai yang paling tua diantara mereka, ia harus menahan emosinya agar teman- temannya yang lain tidak ikut terpancing. Segera Myuguh berbalik dan memimpin Rinto dan lainnya pergi.
Tapi kemudian, Remor kembali berteriak. “Siapa yang menyuruh kalian pergi? Apa kalian tuli?!” Kali ini Grite kembali terpancing emosinya. Myuguh segera menangkapnya dan memberitahukan jika mereka harus tenang dan sabar.
“Seekor singa tidak akan peduli pada kawanan anjing yang mengonggong hanya untuk membuktikan dirinya lebih baik!” Rinto tahu jika Myuguh tidak akan mampu menenangkan Grite sebab itu ia berbisik ke telinga wanita itu.
Melihat kelompok Myuguh tidak lagi peduli dengan hinaan dan ejekannya, Remor mendengus kesal dan kembali pada tujuannya untuk mendapatkan tenda terbaik disana.
Myuguh melepaskan kekesalannya ketika sampai di tenda miliknya, walau ia terlihat begitu penurut namun Myuguh juga ikut emosi dan hampir saja memukul Remor jika tidak menahan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments