Mereka menempuh 10 menit perjalan menggunakan kereta untuk tiba di kamp pelatihan. Ketika mereka tiba, antrian telah memenuhi jalanan hingga ratusan meter. Myuguh dengan cepat mengambil antrian di barisan paling belakang lalu Rinto dan anak- anak lainnya mengikuti.
Uji kamp pelatihan itu sebenarnya sangat sederhana namun juga sangat sulit untuk kebanyakan orang. Rinto melihat banyaknya orang yang mengantri, bahkan tidak sampai 10 menit mereka berdiri, antrian yang berada dibelakang mereka telah sangat panjang hingga mungkin tiga kali lipat dari antrian yang pertama.
Ujiannya hanyalah pelatihan fisik yang berat, untunglah Rinto dan yang lainnya telah dipersiapkan oleh pelatih Roy dengan matang, mereka menyadari bahwa pelatihan yang selama ini mereka jalankan dibawah komando pelatih Roy bertujuan untuk mempermudah ujian masuk mereka.
Benar saja, mereka semua berhasil lolos ujian tanpa satupun yang di keluarkan, seorang dari penjaga tersebut kemudian membawa mereka menuju kamp pelatihan. Seluruh anggota kelompok itu merasa senang dan bersemangat, mereka tidak sabar untuk menjalani pelatihan mereka sebagai calon perwira.
Kamp pelatihan rupanya berada pada sebuah kawasan yang cukup luas, pintu masuknya jauh di dalam pekarangan dimana mereka melakukan ujian masuk. Setelah melewati pintu masuk, penjaga itu membawa mereka pada sebuah meja administrasi.
Masing- masing dari ketujuh anggota kelompok Rinto mendapatkan nomor mereka. Dimulai dari angka 204 hingga 210. Kebetulan Rinto mendapatkan nomor terakhir karena ia menjadi yang paling muda disana.
Penjaga yang berada di meja administrasi kemudian menjelaskan bahwa selama pelatihan mereka, tidak akan ada identitas lain seperti nama, asal bahkan keluarga. Yang menjadi identitas mereka saat ini hanyalah nomor administrasi yang diberikan. Hal ini bertujuan untum membuat semua orang hanya fokus untuk berlatih dan bersaing.
“Akan ada seribu kadet seperti kalian di dalam kamp pelatihan, sebab itu kami menyiapkan beberapa tempat tinggal namun itu tidak akan cukup untuk kalian semua menempatinya masing- masing.” Penjaga yang membawa kelompok Rinto kembali menjelaskan sambil membawa mereka ketempat tinggal ketika berada di dalam kamp pelatihan.
Sekitar lima menit berjalan santai, mereka akhirnya tiba di sebuah lapangan yang luas. Lapangan itu luas hingga terbagi menjadi 3 kawasan dengan ketinggian yang berbeda- beda. Kawasan pertama memiliki ketinggian yang paling tinggi dan dapat dikatakan mewah.
Terdapat 30 rumah batu yang masing- masing memiliki halaman mereka sendiri serta tempat bersantai seolah rumah itu dibuat senyaman mungkin. Kemudian di kawasan yang kedua, itu berada di tengah dan menjadi tempat yang tidak tinggi maupun rendah. Itu sejajar dengan dataran di sekitarnya.
Di kawasan tersebut sebanyak 270 rumah semi permanen. Walau tidak semewah dan senyaman rumah di kawasan pertama, namun itu masih sangat baik untuk ditempati. Meski mereka tidak menyediakan halaman dan tempat bersantai.
Kemudian di kawasan yang ketiga, tempat itu jauh lebih rendah dari dataran yang ada disekitarnya. Juga disana tidak terdapat satupun rumah yang berdiri melainkan hanya tenda- tenda kecil yang jumlahnya sangat banyak berjejer rapi. Tentu saja yang paling menarik perhatiannya adalah di sejumlah tenda- tenda tersebut terdapat kubangan lumpur yang kotor dan dipenuhi sampah. Melihat itu saja, kawasan yang terakhir benar- benar tidak dapat ditinggali.
“Pilih salah satu dari tenda disana dan simpan barang- barang kalian. Setelah itu kalian bisa mengambil persediaan makanan di meja administrasi untuk satu minggu kedepan.” Penjaga itu akhirnya pergi meninggalkan mereka.
Grite memandang jijik kawasan kumuh itu, “Mengapa kami harus tinggal di tenda seperti itu?” Ucapnya sambil menutup hidunya dengan tangan, ia tidak tahan dengan bau busuk.
Tidak hanya Grite, semua orang di kelompok Rinto juga menutup hidung mereka. Mereka benar- benar tidak tahan dengan bau busuk yang menyebar di kawasan rendah itu. Meski begitu, mereka beruntung karena tiba lebih awal sehingga hanya beberapa ratus tenda yang terisi dan masih banyak yang kosong. Mereka bertujuh segera mencari tenda yang bagus dan jauh dari sumber bau busuk.
“Mengapa penjaga itu menyuruh kami semua untuk tinggal di tenda yang kumuh ini? Di kawasan lainnya rumah- rumah itu masih kosong. Kita bisa mendapatkannya” Grite berbicara.
Setelah mereka memilih tenda, masing- masing segera mengatur tas dan barang bawaan yang mereka miliki lalu kembali bergabung untuk bersama- sama menuju meja administrasi. Di perjalanan Grite terus saja mengoceh dan mengeluh. Sebagai seorang perempuan ia pasti merasa kesulitan dengan situasinya saat ini.
Di meja administrasi, mereka kemudian diarahkan pada sebuah bangunan besar yang tidak terlalu jauh dari sana. Di depan pintu bangunan terdapat 4 pasang penjaga yang memiliki kekuatan pengendali dasar bintang 2.
Penjaga yang bertugas di meja administrasi segera mencatat nomor Rinto dan teman- temannya sebelum memberikan pasokan makanan mereka.
“Pasokan makanan akan dibagikan setiap minggu, dan jumlahnya terbatas. Sebab itu kalian harus berhemat agar makanan kalian dapat bertahan hingga minggu depan. Tentu saja jika kalian memiliki banyak uang bisa membeli makanan disini, tapi sayang harganya dinaikkan menjadi 10 kali lipat.” tetua itu menjelaskan.
Masing- masing dari mereka mendapatkan 3 botol air minum berukuran 1 liter, lalu 4 bungkus biskuit kering dan 3 bungkus makanan instan. Mereka semua melihatnya dengan senyuman tak berdaya, bagaimanapun bekal masing- masing orang hanya akan bertahan hingga 5 hari atau 6 hari dengan bekal seperti itu.
Setelah mereka mendapatkan pasokan makanan selama seminggu, mereka bertujuh kembali ke tenda berniat untk menyimpan makanan dan kembali berlatih. Sayang sekali ketika mereka kembali ke tenda, keributan telah terjadi.
Mereka melihat seorang anak dengan rambut pirang yang di sisir ke samping menunjuk kearah tetua yang membawanya. Anak itu memakai baju yang megah dengan corak merah di jubahnya membuatnya terlihat seperti keluarga kaya.
Anak orang kaya itu terlihat sangat marah pada sang penjaga. Keributan itu segera membesar dan menimbulkan rasa penasaran setiap orang yang ada disana. Akibatnya terciptalah kerumunan dan mengelilingi anak itu.
“Bro, apa yang sebenarnya terjadi?” Myuguh dengan sopan menanyakan kejadiannya pada seorang anak lainnya.
“Anak itu tidak terima ketika penjaga yang mengantarkannya kemari menyuruhnya untuk memilih tenda dikawasan kumuh.” orang itu menjawab. Ia kemudian menjelaskan lebih detail jika penjaga itu memaksanya untuk tinggal di daerah kumuh karena anak itu dengan terang- terangan memberikan banyak uang berharap penjaga itu bermurah hati dan memintanya untuk tinggal dikawasan lainnya.
Sayang sekali penjaga itu menolak dan mengembalikan uang yang diberikan padanya. “Anda harus tinggal di kawasan kumuh dan memilih tenda! Anda akan mengalami kesialan yang lebih besar dari ini jika terlambat memilih tendanya.” usai berkata seperti itu, penjaga meninggalkan anak itu.
“Beraninya kau! Apa kau pikir dengan menjadi penjaga disini akan membuatmu berkuasa?! Saya akan menelfon ayah saya dan memohon pada penguasa kota agar memecat dan memenjarakanmu seumur hidup” anak itu kembali mengancam ketika penjaga tidak memperhatikan kata- katanya.
“Sialan! Berhenti disana. Apa kau tahu siapa aku? aku adalah Remor! Anak tunggal penguasa kota kecil Copra!” anak itu meneriakkan identitasnya.
Semua anak disana terkejut ketika mendengar identitas dari anak itu. Rinto dan kelompoknya juga ikut terkejut, mereka tentu mengetahui tentang kota Copra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments