Itu sebuah dunia yang gelap.
Tanpa apapun.
Tanpa siapapun.
Dan tanpa suara sedikit pun.
Sebuah tangan terjulur ke arahku yang membuatku terbangun dalam sekejap mata, sepertinya aku tanpa sadar telah tidur beberapa saat sebelum Sarah dan Marick masuk ke ruangan tunggu.
Sebelumnya aku akan berduel dengan Gilbert, tapi entah kenapa hal itu menjadi buah bibir dan tahu-tahu disaksikan banyak murid lainnya.
Orang-orang di sini mungkin haus akan hiburan semacam ini.
"Berjuanglah Anna, kami pasti akan mendukungmu."
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kamu sekolah tanpa rambut."
Sarah menyikut perut Marick hingga ia mual.
"Jangan dengarkan dia, mari keluar sekarang."
Aku bisa melihat bagaimana sebuah podium telah dipersiapkan untuk duel, sementara itu orang-orang duduk di sekelilingnya. Ini semacam Colosseum atau apa?
Di tengah arena Nona Silia mulai memanggil kami.
Gilbert lebih dulu, selanjutnya aku menyusul hingga kami berdua saling berhadapan dengan tongkat di masing-masing tangan.
"Siapa yang mengaku menyerah ataupun ke luar arena dia kalah dan juga dilarang untuk bertarung dengan niat membunuh, maka duel dimulai sekarang."
Tanpa ada aba-aba lagi, Gilbert dengan gagah melemparkan bola api padaku yang aku tangkis dengan tongkat.
"Ignium."
Dia jelas sekali bertarung dengan niat membunuh, tapi jelas tidak ada yang akan menghentikannya.
Setiap aku menangkis serangannya aku akan dipaksa mundur satu langkah ke belakang, area ini berbentuk persegi maka jika aku jatuh. Aku dinyatakan kalah juga.
"Kenapa rakyat jelata? Kau tidak mau menyerang, kau akan kalah loh."
Tanpa diberitahu aku juga sudah tahu. Ketika Gilbert semakin dekat dan berusaha untuk mengakhiri duel ini aku baru mengayunkan tongkat untuk menyerangnya.
"Ignium."
"Flash."
Mantraku lebih dulu membuatnya kehilangan keseimbangan, aku hanya menggunakan percikan cahaya untuk sedikit membutakan penglihatannya.
"Apa yang?"
"Jangan pikir bahwa rakyat jelata orang yang lemah."
Alih-alih menggunakan sihir aku berlari padanya, memukulnya di wajah hingga ia terlempar ke udara sebelum jatuh ke luar arena, semua orang tampak terkejut termasuk kedua temanku juga.
Pukulanku memang sangat keras bahkan bisa menghempaskan orang bertubuh besar seperti Gilbert, dengan ragu nona Silia mengumumkan.
"Pemenangnya Anna Holand."
Dengan begitu namaku semakin terkenal di sini walaupun sebenarnya aku tidak menginginkannya.
Sesuai perjanjian kami ditraktir banyak makanan oleh Gilbert, dia baru menyadari bahwa di kelas kami ada Marick yang ahli dalam makan.
"Tolong tambah lagi."
"Silahkan."
Aku bisa melihat Gilbert yang putus asa karena akan menghabiskan uang bulanannya. tapi ayolah, siapa peduli.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut aku mengunjungi sebuah toko kecil yang terletak di kota terdekat.
Ketika aku membuka pintu suara lonceng bergema menandakan kehadiranku. Dari bawah loket penerima seorang pria tua muncul.
"Apa ada yang bisa aku bantu nona muda?"
Dia mengelap kacamatanya sebelum bertanya demikian.
"Aku ingin tahu apa Anda bisa mengetahui tentang tongkat ini?"
Aku mengulurkan tongkat yang aku miliki dan seketika wajahnya memucat.
"Bukannya ini."
Dengan tergesa-gesa pria tua itu menutup jendela, pintu dan menggantung tanda tutup. Apa dia mencoba berniat jahat padaku.
Aku sempat memikirkan hal itu namun jelas itu sangat berlebihan.
"Dari mana kamu mendapatkan tongkat ini nak?"
"Seseorang memberikannya padaku."
Aku melewatkan soal siapa yang memberikannya padaku. Sosok tanpa kepala terlalu mengerikan untuk diceritakan.
"Apa kau bisa menggunakannya?"
Aku mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau begitu kamu pasti memiliki darah terkutuk."
Aku langsung diam membeku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Frando Kanan
Haus hiburan huh? heh 😏....keasikan Haus hiburan tau2 roda berputar mlh klianlh di jdikn santapkn pda org yg klian bully itu...
2023-05-25
2
Narin
lanjut thor
2023-05-03
1