Kami kembali duduk saat nona Silia mulai menjelaskan sihir yang akan diajarkan pada kami, sihirnya sendiri sangatlah bermanfaat untuk banyak orang walaupun terlihat sepele.
Kami menempatkan benih tanaman di dalam sebuah pot, kemudian sedikit ayunan tongkat itu membuatnya tumbuh sekejap.
Hanya saja untukku malah gagal.
"Anna kau tak apa?" tanya Sarah.
"Lebih sulit dari yang terlihat."
"Cobalah lagi, Marick juga hanya bisa menumbuhkannya sekitar satu inchi."
"Masalah buatmu."
Nona Silia mengitari pandangan ke penjuru kelas sampai dia tertarik dengan apa yang dilakukan oleh murid kelas atas.
"Kerja bagus tuan Gilbert Marway... lalu bagaimana denganmu Anna Holand?"
"Aku bisa melakukannya."
Gilbert menumbuhkan kacang setinggi satu meter aku paling tidak harus lebih dari itu. Aku mengayunkan tongkatku dan semua orang menertawainya.
"Menumbuhkan kacang juga tidak sanggup haha pulang saja sana."
"Benar-benar."
Rasa tertawa mereka berhenti saat tiba-tiba saja sebuah guncangan terjadi, dari pot milikku yang seharusnya menumbuhkan kacang berubah menjadi sesuatu yang mengerikan, itu merupakan tanaman pembunuh dengan mulut menyerupai rahang mengerikan, setiap sulur darinya menjerat seluruh kaki siswa lalu menyeretnya di udara termasuk temanku dan Gilbert.
Pertumbuhannya sangat cepat.
"Kyaaaaa."
Suasana kelas menjadi penuh kepanikan.
"Apa yang kamu lakukan Anna?" teriak Sarah.
"Aku tidak tahu, seharusnya aku menumbuhkan kacang."
Kaca-kaca mulai pecah dan dinding mulai retak, jelas sekali aku akan mendapatkan masalah karena ini, di sisi lain nona Silia hanya memegangi kepalanya bingung.
"Mundur anak-anak, akan aku atasi ini. Ekpentrum."
Satu mantra itu menciptakan kilatan petir yang menembus tubuh makhluk yang kubuat dengan sekali serangan, para murid mulai berjatuhan.
"Anna Holand, mari ikut ibu ke kantor."
"Dimengerti."
"Kau tamat sekarang Anna, pastikan kau tidak lupa untuk datang ke tempat duel."
Aku memilih mengabaikan perkataan Gilbert begitu saja, aku berpikir hanya akan menyiapkan apa yang harus kukatakan nanti.
Nona Silia memintaku untuk duduk sementara dia berada di depanku.
"Meski Anda menanyakan apapun aku tidak tahu apapun, aku hanya mengikuti instruksi Anda."
"Aku tahu itu, hanya saja apa kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?"
Aku mengangkat bahuku tidak tahu.
"Yang kamu tumbuhkan adalah tanaman pemakan daging manusia, bahkan jika itu penyihir tingkat menengah mereka belum tentu bisa melakukannya."
"Apa benar? Mungkin aku hanya salah mengucapkan mantra, semuanya murni kebetulan."
Ia diam sejenak untuk memikirkannya.
"Biar ibu lihat tongkatmu."
Aku melakukan seperti apa yang diinginkannya, dengan teliti nona Silia memeriksanya dari samping, depan ke belakang meski demikian dia tidak bisa menemukan apapun sebelum memberikannya kembali padaku.
Nona Silia menuliskan sebuah alamat di sebuah memo kertas lalu memberikannya padaku.
"Pergilah ke toko ini dan tanyakan apa dia tahu soal tongkatnya. Aku sedikit penasaran soal ini lalu laporkan padaku hasilnya."
"Aku mengerti."
"Dan sebelum itu jangan menggunakan mantra apapun."
"Apa ibu sudah lupa, hari ini aku ada duel.. mustahil untuk tidak menggunakannya."
"Kalau begitu lebih baik untuk menggunakan mantra-mantra sederhana."
"Bukannya ibu harusnya mencegah hal ini."
Ia tersenyum masam.
"Maafkan ibu, tapi jika seorang bangsawan masuk dalam duel tidak boleh ada yang mencampurinya."
"Sepertinya kepala sekolah berat sebelah."
"Dia juga orang yang tertekan di sini, kamu boleh pergi, untuk kelas akan ada orang yang memperbaikinya."
Sepertinya aku telah mengacaukan jadwal mengajarnya.
Aku meminta maaf sebelum keluar pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments