Karena asrama empat hanya memiliki sedikit murid kami memiliki kamar untuk dua orang, aku dan Sarah berada di tempat yang sama yang membuatku menjadi lebih nyaman lagi.
Makan malam akan diadakan satu jam lagi karena itulah selama itu aku bisa sedikit menenangkan diriku.
"Para profesor terlihat keren bagaimana menurutmu Anna?"
"Aku tidak terlalu mempedulikannya, lagipula kepala sekolahnya terlalu lama berpidato."
"Aku juga sedikit memikirkan hal sama."
Semua yang barusan kukatakan bohong, dari sekian staf pengajar aku sudah menandai tiga guru yang sangat mencolok. Pertama adalah wanita dengan pakaian penyihir serba hijau, ia memiliki rambut selaras yang dikepang ke depan.
Walau hanya sekilas dia jelas sedikit memperhatikanku. Jika aku ingat dia memperkenalkan dirinya sebagai Silia Roven.
Kedua adalah pria bernama Goven Ironhand. Ia memiliki rambut panjang hitam dengan jubah hitam, dia memiliki wajah dingin dan sangat membenci kaum rakyat jelata, aku bisa melihat itu dengan jelas.
Ketiga Helena Everclaw, dia mengenakan gaun terbuka tanpa topi serta rambut merah sebahu. Ia terlihat cantik dan seolah tidak peduli dengan siapapun kecuali dirinya, itu terbukti saat dia terus melihat wajahnya di depan cermin.
Ngomong-ngomong untuk kepala sekolahnya dia hanya pria tua berjenggot putih dengan tubuh sedikit gemuk serta mengenakan lensa kacamata satu di mata kirinya.
"Ada yang kamu pikirkan Anna?"
"Apa kamu pernah melihat seorang wanita tanpa kepala dan tangan kanan?"
"Eh, bukannya itu menyeramkan? Apa dia hidup."
"Dia hidup namun entahlah, dialah yang memberikanku satu tempat di akademi ini."
"Aku belum pernah mendengarnya, tapi aku yakin itu bukan sesuatu yang bisa dengan mudah kamu ceritakan ke banyak orang."
Sesuai yang aku duga, analisis dari Sarah begitu akurat karena itu juga aku tidak ragu mengatakan padanya.
Kami mendapatkan makan malam mewah sebelum akhirnya tidur untuk memulai pembelajaran sihir keesokan paginya, untuk pembelajaran setiap asrama digabung karena itulah kamu bisa melihat beberapa orang sombong yang menatap ke arahku, Sarah dan juga Marick. Khususnya Marick.
"Apa mereka semua jatuh cinta padaku, aku sangat terharu."
"Bodoh, jika kamu mengatakan itu kamu akan dihajar mereka," kata Sarah pada Marick.
"Benarkah?"
Ketika Sarah dan Marick melakukan obrolan ringan, tiga orang telah berdiri di depanku. Pemimpinnya adalah seorang pemuda gemuk dan dua pengawalnya yang kurus.
Mereka berasal dari asrama satu.
"Gilbert Marway, ada yang bisa aku bantu?" tanyaku sarkas.
"Gaya rambutmu benar-benar mengganggu, rakyat jelata sepertimu kenapa terlihat seperti bangsawan."
"Mungkin saja aku sebenarnya bangsawan juga."
Gilbert tertawa lalu menatapku dengan permusuhan.
"Jangan bercanda, rakyat jelata tetap rakyat jelata, aku ingin kau memotong rambutmu plontos itu lebih baik untukmu."
Sarah dan Marick hendak bergerak namun dihalangi pengawal Gilbert, atau lebih cocok disebut hewan peliharaannya.
Keduanya menodongkan tongkat sihir mereka.
"Sayang sekali tapi aku tidak akan melakukan itu, kamu memandang rendah rakyat jelata apa menurutmu kamu lebih baik dari kami."
"Dalam segala hal memang benar, aku juga masih berfikir kenapa akademi masih mau-maunya menerima kalian di sini, sihir bukan untuk kalangan rendahan."
"Heh, kalau begitu apa kamu mau berduel melawanku. Jika aku kalah aku akan mengakuinya termasuk menggunduli kepalaku, tapi jika aku menang sebaiknya kamu mentraktir kami semua makanan enak."
"Memangnya aku takut."
Kami saling mendekatkan wajah di jarak begitu dekat. Tak lama guru Silia muncul.
"Kalian ingin melakukan duel, biar aku yang menjadi jurinya, tapi setelah pelajaranku selesai... oke."
Guru ini sama sekali tidak berniat melarangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Frando Kanan
jika benci dgn rakyat jelata mka abaikn aja....gk ush cari mslh bila d situ suka buang2 wkt
2023-05-25
1