Beberapa monster yang tidak pernah aku temui berlalu lalang di sekitar, syukurlah bahwa tidak ada dari mereka yang menyadari keberadaanku. Sebelumnya aku telah menemukan buah-buahan aneh dan sebanyak mungkin aku hancurkan untuk dioleskan ke seluruh tubuhku.
Karena aromanya yang menyengat, itu berjalan dengan baik. Aku akhirnya bisa melihat kolam yang dimaksud, itu mengejutkan karena ada seorang berdiri di depannya dia adalah wanita tanpa kepala yang aku temui sebelum datang kemari.
Menyadari kedatanganku, dia berbalik.
Akan jauh lebih mudah diketahui jika dia memiliki kepala untuk menunjukkan ekspresi apapun, ia hanya menunjuk ke arahku dengan satu jari sebelum berjalan melewatiku.
Aku akan menganggapnya sebagai sapaan.
Tapi sebelum itu aku memanggil satu nama.
"Merlim Ratmir."
Dia berhenti sesaat sebelum kembali berjalan. Sulit untuk menebak hal barusan apa dia orang yang aku maksud atau bukan.
Mari kesampingkan hal itu, aku memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan. Aku mengambil daun teratai sebelum berbalik untuk pergi. Ada gelembung di kolam tersebut namun aku tidak memiliki waktu untuk memperhatikannya.
Teratainya sendiri berwarna merah jadi aku sedikit ragu apa ini sebuah obat atau bukan, pada akhirnya aku berhasil keluar dari hutan, mengendarai sapu lalu menyerahkan teratai itu untuk diolah oleh pria tua.
"Syukurlah kamu berhasil Anna."
"Tentu saja aku akan berhasil, pria tua cepatlah."
"Aku tahu."
Pria yang aku maksud telah menjadikan teratai yang kami buat sebagai teh lalu ia minumkan pada Sarah. Secara perlahan racun yang berada di tubuh Sarah mulai menghilang dan kondisinya kembali stabil.
Sebelum dia bisa siuman kami jelas tidak bisa pergi dari sini.
"Jadi kenapa hal seperti ini bisa terjadi?" tanya pria tua.
"Sepertinya Oliheim yang Anda katakan telah bergerak kembali, aku tidak tahu siapa dalangnya, yang jelas mereka bisa saja menyusup sebagai murid ataupun pengajar."
"Ini mengejutkan, akademi mungkin bukan tempat aman lagi untuk kalian para murid."
"Seperti itulah."
Sarah mulai membuka matanya dan ia memeriksa keadaan tubuhnya.
"Apa ada yang sakit?"
"Aku rasa aku baik-baik saja sekarang."
Aku maupun Marick menghela nafas lega.
"Sebaiknya kalian pergi dari sini."
Atas usulan pria tua kami kembali ke akademi, di depan bangunan banyak orang-orang telah berkumpul termasuk nona Silia yang menjemput kami.
"Kalian sebenarnya kemana?"
"Kami hanya pergi ke kota terdekat, apa yang terjadi?" balasku demikian. Tidak ada yang menjawabnya namun aku bisa melihat bahwa tiga siswa telah ditemukan terbunuh.
Ketiganya berasal dari keluarga elit.
Walau kami tidak dituduh sebagai pelakunya, kami tetap mendapatkan hukuman yaitu membersihkan seluruh area akademi dengan sapu di tangan kami.
Marick terbaring di rerumputan sementara aku berdiri di dekatnya bersama Sarah.
"Ini tidak terlalu buruk, seminggu bukan waktu yang lama."
"Satu hari juga sudah cukup melelahkan," balas Marick padaku, untuk Sarah hanya tersenyum masam.
Aku berkata ke arahnya.
"Maaf membuatmu dalam bahaya dan terima kasih sudah menolongku."
"Itulah gunanya teman, kita harus saling membantu."
Aku tidak akan hentinya merasa beruntung telah mengenal keduanya. Sejauh ini tidak ada yang tahu kejadian soal ruang bawah tanah namun hanya menunggu waktu saja bahwa semuanya akan terkuak. Soal Chimera, soal pembunuhan dan lainnya.
Beberapa hari berikutnya aku telah dipanggil oleh nona Silia setelah selesai membersihkan halaman.
"Apa ada sesuatu yang Anda butuhkan nona Silia?"
"Aku hanya penasaran akan satu hal," katanya tanpa mengubah ekpresinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Narin
buset brutal up gak tuh
2023-05-06
0