"Bagaimana ini Anna, racunnya sudah menyebar?"
Aku mengigit ujung bibirku kesal, kalau saja aku sedikit lebih berhati-hati Sarah tidak akan terluka seperti ini.
"Apa kita harus membawanya ke guru saja?"
"Itu akan berbahaya, kemungkinan terburuk mereka akan menuduh kita sebagai pelakunya."
"Mustahil?"
"Bantu aku menggendongnya aku tahu tempat yang bisa kita kunjungi."
Marick menggendong Sarah di punggung sementara aku memandu jalan di depan, beberapa murid akademi telah menemukan kami namun aku membuat mereka tidak sadarkan diri dengan satu mantra yang baru ini aku pelajari.
"Memolost."
"Apa yang kamu lakukan Anna?"
"Aku menghapus ingatan mereka."
"Kamu bisa melakukan itu juga?"
"Tidak ada waktu untuk menjelaskannya, mari ambil dua sapu untuk kita terbang."
"Kita belum belajar menaikinya," protes Marick yang aku abaikan tanpa kompromi.
"Jangan khawatir, pastinya seperti saat kita mengendarai sepeda."
Awalnya aku meremehkan soal sapu terbang ternyata hasilnya lebih sulit dari yang aku bayangkan, Marick tidak terbang dalam posisi seharusnya singkatnya dia terbalik.
Sementara aku harus melakukannya secara perlahan dengan Sarah di belakangku yang diikat tali bersamaku agar tidak jatuh.
Setelah terbiasa akhirnya aku bisa bergerak sedikit lebih cepat, begitu juga Marick yang susah payah memperbaiki dirinya.
Pintu dibuka dan seorang pria tua yang duduk di loket terkejut dengan kedatangan kami.
"Kami perlu bantuan."
"Masuklah," dia menjawab dengan cepat.
Aku membaringkan tubuh Sarah di atas ranjang lalu menutupnya dengan selimut.
"Siapa orang ini?" bisik Marick.
"Semua orang menyebutnya pria tua, dia penjual tongkat sihir."
"Ah, jadi di sini kamu membeli tongkatnya."
Pria tua meletakan tangan Sarah setelah memeriksa nadinya.
"Ia hanya bisa bertahan 24 jam saja, jika dibiarkan dia akan mati."
"Apa ada sesuatu yang bisa menyelamatkannya?" tanyaku sedikit mendesak.
Pria tua diam memikirkannya.
"Racun Chimera pasti sesuatu yang jarang terjadi, aku ragu ada penawarnya namun..."
"Namun apa?" giliran Marick yang bertanya.
"Ada wilayah di sini yang disebut hutan terlarang, di tengahnya ada sebuah kolam yang dinamakan kolam kematian, di dalamnya tumbuh sebuah teratai darah jika bisa mengambil teratai itu gadis muda ini akan bisa diselamatkan, hanya saja untuk memasukinya sangatlah berbahaya."
"Kalau begitu aku yang pergi."
"Aku juga."
"Tidak, Marick kau tetap tinggal di sini dan jaga Sarah... aku akan kembali. Kemana aku harus pergi?"
Setelah mendapatkan rincian lokasinya aku pergi dengan menggunakan sapu terbang, ini sudah malam hari dan jika seseorang tahu bahwa kami tidak berada di akademi kami akan dapat masalah.
Tapi soal itu akan kami pikirkan nanti.
Menurut pria tua aku dilarang untuk terbang di hutan terlarang, jika melakukannya maka pepohonan ini akan bergerak lalu menjatuhkanku. Jalan satu-satunya hanyalah berjalan menerobosnya.
Aku beruntung karena sekarang bulan purnama yang memungkinkan aku bergerak tanpa kesulitan, ketika aku merasakan kehadiran janggal aku akan bersembunyi dan mematikan siapa di sana.
Contohnya yang sekarang terjadi, jauh di depanku sebuah bayangan hitam melayang ke sana kemari, jumlahnya cukup banyak dan terlihat seperti seseorang yang mengenakan mantel bertudung tanpa kaki.
Mereka seperti sebuah asap.
Aku tidak tahu apa makhluk ini berbahaya atau tidak, yang jelas menghindarinya pilihan baik, di dalam perjalananku juga aku bisa melihat beberapa orang yang hanya duduk mengobrol.
Mereka jelas bukan manusia melainkan roh, dan saat aku menengadah ke atas aku melihat tubuh manusia yang tergantung di sana.
Aku tersentak ke belakang lalu segera menutup mulutku agar tidak berteriak. Aku sekarang mengerti kenapa tempat ini terlarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments