Seorang secara tidak terduga menepuk pundakku, sesaat aku pikir ini motif hipnotis namun sepertinya aku salah, di sampingku seorang gadis seumuran berambut pirang panjang telah melirik ke arahku.
"Kamu terlihat bingung, kamu baik-baik saja?"
Mata kuningnya menatapku dengan khawatir.
"Apa perutmu sakit?"
"Tidak, kepalaku yang terasa sakit, sebenarnya tempat apa ini dan juga kemana kita pergi?"
Ia memasang wajah terkejut, ekpresinya sedikit menjengkelkan.
"Kamu pasti amnesia, kita ini penyihir sudah jelas kita harus pergi ke sekolah penyihir."
Aku sudah menduga hal itu dari awal, aku hanya perlu seseorang menjelaskannya. Aku mengatakan hal tersebut.
"Kita para penyihir selama ini berbaur di dunia manusia normal namun sesungguhnya kita juga punya tempat berbeda di tempat lain."
"Jadi kamu ingin bilang seperti dunia lain."
"Bisa dibilang begitu namun sesungguhnya itu dunia sama yang tersembunyi dari dunia ini."
Aku bisa mengerti apa yang coba dia katakan.
"Benar juga, namaku Sarah Gretel, namamu?"
"Anna Holand."
Kami saling berjabat tangan.
"Kamu datang sendirian?"
"Ibu asuhku sudah pergi, kamu sendiri?"
"Keluargaku juga, seharusnya mereka melihatku saat naik kereta."
Aku juga merasa demikian.
Banyak yang ingin aku tanyakan tapi aku memilih untuk menyimpannya dalam hati saja.
Tak lama kemudian kereta yang aku anggap tidak pernah ada datang secara mengejutkan, keretanya sendiri menggunakan bahan bakar batu bara jadi bisa dilihat jelas bahwa asap mengepul dari cerobongnya. Aku dan Sarah duduk bersama sampai seorang laki-laki berambut coklat muncul dengan banyak koper di tangannya.
Ia memiliki mata berwarna serupa.
"Apa tempat ini kosong, boleh aku duduk di sini?"
"Silahkan," balas Sarah atau sejujurnya aku lebih suka mengusir laki-laki ini.
"Namaku Marick Douglas."
"Anna Holand."
"Sarah Gretel, sepertinya kamu membawa banyak barang di sana."
"Aku hanya berjaga-jaga, aku membawa selimut perlengkapan lainnya serta payung."
"Kita sebenarnya diberikan asrama seharusnya barang-barang seperti itu tidak usah dibawa."
"Benarkah?"
Sebenarnya aku juga tidak tahu, tapi jika itu benar maka aku akan sangat terbantu. Aku memulai percakapan ke sisi yang lain.
"Lalu sihir seperti apa yang bisa kalian gunakan?"
"Fufu aku kira Anna tidak akan tertarik dengan itu, maka izinkan aku menunjukannya."
Sarah mengeluarkan tongkat dari balik jubahnya. Dia menunjuk ke arah tangan yang lain yang di atas telapak tangannya ada permen.
"Levirus."
Perlahan permen itu naik lalu melayang di udara.
"Bagaimana? Kalau kamu sudah ahli bukan hal sulit untuk melayangkan seseorang atau pun orang lain."
"Itu mengagumkan tapi hanya sihir biasa, ini baru luar biasa."
Giliran Marick yang mengeluarkan tongkatnya.
"Ignium," satu kata itu menciptakan api kecil di ujung tongkatnya. Mirip lilin kurasa.
"Aku bisa membuat api cukup besar tapi itu akan berbahaya jika melakukannya."
Dia menghilangkannya secepat mungkin, itu akan merepotkan jika seseorang menegurnya. Sarah mengembungkan pipinya.
"Aku juga bisa melakukannya."
Sebaiknya aku melarangnya, ketika aku melirik ke arah luar aku menyadari bahwa ujung rel yang seharusnya ada tidak ada.
"Tunggu, apa itu? Jangan bilang kereta ini akan terjun bebas ke bawah."
"Orang tuaku bilang begitu, seharusnya kereta ini tidak bisa dilihat siapapun kecuali penyihir."
"Kenapa kamu tidak bilang dari awal?"
"Eh, bukannya itu pengetahuan umum," balas Sarah.
Terlambat untuk mempersiapkan diri, kereta yang kami naiki benar-benar jatuh ke bawah jurang, aku sesaat menutup mataku, ketika aku membuka mata kembali aku menyadari bahwa kereta ini telah terbang di langit.
"Lihat ada burung."
"Ini memang mengagumkan," ucap Marick sesuai yang aku rasakan sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
yuri 100%
Semangat selalu thor
2023-05-02
2