Pleasure Partner
"Asal kau tahu, semua ini tidak akan terjadi kalau kau jujur dari awal"
Eva hanya diam duduk di sebelah pria yang tidak lama lagi akan menjadi mantan suaminya.
"Kalau saja kamu jujur dari awal menikah maka tidak akan berakhir seperti ini. Tentang penyakit anehmu dan juga kemandulanmu ... harusnya kamu jujur"
Meski terdengar kejam tapi yang dikatakan pria ini memang benar. Seandainya saja Eva jujur pada Jack tentang kecenderungan ****-nya yang aneh, maka mungkin mereka tidak akan pernah menikah. Dengan jujur, mungkin Eva tidak akan pernah berpikir kalau mereka adalah jodoh yang ditakdirkan sampai maut memisahkan. Dan dengan jujur mungkin Eva tidak akan merasakan sakit hati karena diselingkuhi oleh suaminya sendiri.
"Tuan dan Nyonya Hudson" panggil petugas pengadilan.
Eva dan suaminya berdiri, bersiap masuk ke dalam ruang pengadilan yang akan memutuskan perceraian mereka. Tanpa memakan banyak waktu, perceraian mereka terjadi begitu saja. Karena baik Eva maupun suaminya tidak ingin memperpanjang masalah. Lagipula, Jack harus segera pergi ke tempat calon istri barunya melahirkan bayi mereka.
"Aku pergi" kata Jack lalu memperlihatkan punggung yang selama ini selalu dirindukan oleh Eva. Tapi kehidupan terus berjalan seperti yang seharusnya. Jack sudah menemukan kebahagiaannya dengan wanita lain dan calon bayi mereka. Dan Eva, harus menjalani hidup tanpa keluarga, teman bahkan suami yang menemaninya.
Eva terlahir dengan keluarga yang bahagia. Sampai kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil saat dia berusia lima belas tahun. Tidak memiliki nenek, paman, bibi atau keluarga lainnya membuat Eva menjadi seorang diri di usia yang sangat muda. Meski memendam kesedihan, Eva tetap bersekolah dan menomor satukan pendidikan. Fokus pada sesuatu membuatnya berhasil menekan perasaan sepi karena ketiadaan keluarganya. Lalu pada saat berkuliah, dia menemukan ada yang aneh dengannya. Eva memiliki keinginan dari dalam dirinya yang terus memuncak dan tidak hilang dengan mudah. Dia pikir itu hasrat yang biasa dihadapi perempuan seusianya. Tapi ternyata tidak. Dari dokter Eva mengetahui bahwa dirinya memiliki kecenderungan seksual yang sedikit menyimpang.
High Libido, kata dokter yang memeriksanya.
Hal itu membuat Eva terus saja berpikir tentang "****" dimanapun dan kapanpun. Kecuali kalau dia terpuaskan. Dan hal itu membuat Eva mengangkat alisnya.Bagaimana bisa dia mengalami penyakit ini? Dia tidak pernah sekalipun berpikir tentang hal-hal itu. Dan juga tidak pernah memiliki pacar yang bisa membuatnya berpikir ke arah itu. Dia hanya berusaha hidup sendiri dan belajar sekeras mungkin agar dapat lulus kuliah tepat waktu. Lalu terpuaskan? Apa yang harus dia lakukan untuk bisa terpuaskan? Dia bahkan tidak memiliki pacar.
"Apa ini bisa diobati dan dihilangkan?" tanyanya ke dokter yang juga terkesan bingung.
"Tidak bisa dihilangkan tapi bisa ditekan dengan obat"
Akhirnya Eva mengkonsumsi obat penekan hasrat itu dengan teratur dan dapat kembali fokus pada kuliahnya. Targetnya lulus tercapai, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menemukan cinta pertamanya.
Jack Hudson. Seorang chef di sebuah restoran depan perusahaan tempat Eva bekerja. Setelah berpacaran selama tiga tahun, mereka memutuskan untuk menikah. Dan Eva pikir dia menjalani kehidupan yang sempurna. Sampai ... penyakit itu menjadi halangan baginya. Eva ... tidak mendapatkan kepuasan sama sekali saat berhubungan dengan suaminya. Eva juga tidak kunjung hamil padahal mereka tidak memakai pengaman sama sekali. Dia pikir itu normal tapi setelah menikah kurang lebih selama enam bulan, dia tahu ada yang tidak beres.
"Itu karena penyakit Anda dan juga ... Anda tidak memiliki sel telur yang sehat untuk dibuahi" jelas dokter seperti vonis bersalah yang dijatuhkan begitu saja pada Eva. Dia pulang ke rumah dan mendapati sesuatu yang lebih menyakiti hatinya. Jack, sedang bercinta dengan wanita lain di ranjang mereka. Wanita itu melenguh keras ketika mereka mencapai puncak bersama. Sesuatu yang tidak pernah sekalipun Eva rasakan selama menikah.
"Eva ... kau ... pulang?"
Jack terbata melihat Eva setelah memuaskan wanita yang bersamanya. Dan Eva hanya bisa berbalik pergi dari rumah tempat dia sempat bahagia selama beberapa bulan.
"Eva, tunggu!" kata Jack yang mengejarnya.
"Aku ... kau ... akan pergi kemana?"
Sebenarnya Eva tidak tahu dia akan pergi kemana. Dia tidak punya siapapun.Yang bisa dia pikirkan hanya rumah lama peninggalan orang tuanya di pinggir kota.
"Kita bercerai saja" ucapnya lirih lalu meneteskan air mata.
"Maaf, aku tidak tahu kalau kamu akan pulang. Hanya saja, kamu tidak pernah menunjukkan ekspresi yang sama dengan wanita itu. Kamu selalu tampak tidak puas dan membuatku kecewa sebagai seorang laki-laki. Aku janji tidak akan mengulangi hal ini. Kita akan pergi bulan madu dengan program membuat anak. Bagimana? Maafkan aku ya?" jawab Jack dengan wajah tanpa rasa bersalahnya.
"Aku memang susah puas dan tidak bisa punya anak"
"Apa?"
"Semua karena badanku yang tidak normal. Tidak bisa merasa puas dalam berhubungan badan. Dan aku juga tidak bisa punya anak" jelas Eva masih dengan air mata yang mengalir. Jack yang mendengarnya mundur selangkah dan memandang Eva dengan tatapan heran.
"Apa?"
"Aku akan mengurus perceraian kita" kata Eva lagi sebelum pergi meninggalkan Jack di depan rumah mereka. Eva bertemu lagi dengan suaminya di kantor pengadilan. Saat mereka resmi bercerai. Meski menyesali semua yang terjadi, Eva kini tidak ingin mengingat masa lalu. Dia hanya perlu melangkah maju meski harus berkawan dengan kesepian dan kesendirian.
"Sudah selesai?" tanya atasan Eva, satu-satunya orang yang tahu tentang perceraiannya. Itupun terpaksa karena Eva harus meminta ijin keluar dari kantor.
"Sudah"
"Baguslah. Sekarang pergilah ke ruangan Presdir!"
"Ruangan Presdir? Kenapa?"
"Kau akan tahu setelah kesana"
Eva berjalan dengan gugup ke lantai paling atas perusahaan. Dia tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di tempat ini. Tentu saja karena dia hanyalah salah satu pegawai rendahan di perusahaan ini.
"Evalia Hudson" sapa seorang pria dengan jas rapi di hadapannya.
"Iya, saya"
"Silahkan masuk"
Pria itu membawanya menghadap pemimpin tertinggi di perusahaan. Eva bahkan lupa bernapas saat memasuki ruangan luas dengan pemandangan terindah yang pernah dilihatnya.
"Kau Mrs Hudson?" tanya wanita dengan rambut pendek dan riasan wajah kuat yang duduk di balik meja. Wanita itu tampak sangat tangguh di matanya.
"Ms. Grey" jawab Eva
"Ms Grey?"
"Saya baru saja bercerai hari ini jadi nama saya berubah kembali" jelasnya tanpa bermaksud apa-apa.
Wanita di balik meja itu menatapnya tajam lalu tersenyum
"Kau perempuan yang unik dan jujur. Bagus"
Eva tidak mengerti dengan apa yang dikatakan wanita itu, tapi dia merasa sedikit bangga dengan dirinya sendiri.
"Mulai besok kau akan bekerja tepat diluar ruangan ini. Sebagai asisten pribadiku. Untuk masalah peraturan dan besaran gaji akan dijelaskan oleh Mr. Fint. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik"
Inikah yang mungkin disebut keberuntungan setelah keterpurukan? Eva tidak tahu kenapa bisa terpilih menjadi asisten pribadi Presdir. Tapi dia sangat bersyukur atas promosinya.
"Terima kasih Bu Presdir" jawabnya mantap lalu keluar dengan Mr. Fint yang merupakan sekertaris Presdir. Mungkin ayah dan ibunya yang membantu Eva kali ini. Agar dia tidak bersedih lagi dengan semua yang terjadi dengan pernikahannya. Ini merupakan hari yang membahagiakan untuknya. Sungguh bahagia meski tidak akan ada orang yang merayakan hal ini dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kusmiati
semangat
lanjut
2024-02-06
1
Erni Fitriana
mampir
2024-02-06
0
#ayu.kurniaa_
.
2024-02-06
0