"Akhirnya selesai juga"
Eva tersenyum melihat wajah puas Presdir.
"Pembahasan anggaran kali ini berjalan agak lebih lama. Maafkan saya Bu Presdir"
"Kenapa kau minta maaf. Semua ini terjadi karena tahun depan mungkin aku sudah bukan Presdir lagi. Semua pasti akan mengalami perubahan dan penyesuaian disana-sini"
Mendengar hal itu membuat Eva sedih. Dia pikir Bu Margareth adalah Presdir yang sangat kompeten. Tapi ... dia juga tahu kalau Presdir adalah seorang ibu yang menyayangi putrinya. Jadi ... yang bisa dia lakukan hanya mendukung tiap langkah yang diambil oleh atasannya itu.
"Aku akan langsung pulang ke rumah utama. Aku akan meminta mobil untuk mengantarmu"
"Tidak. Tidak perlu. Saya ... ingin naik bus saja dan berjalan kaki" tolak Eva lalu menggigit bibir bawahnya.
"Apa kau bercanda? Tentu saja aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu"
Setelah itu, Bu Presdir memanggil sopirnya dan memerintahkan sebuah mobil disiapkan untuk mengantar Eva pulang.
"Anda tidak perlu melakukan ini"
"Aku tidak ingin mengkhawatirkanmu sepanjang malam hanya karena kau belum sampai rumah"
Perhatian seperti inilah yang membuat Eva merasa sayang melepaskan pekerjaannya. Tapi hal itu akan tetap terjadi ketika wakil Presdir menikah dan mengambil alih perusahaan.
Di dalam mobil Eva lebih banyak diam. Dia banyak berpikir tentang usaha apa yang akan dia jalani saat tidak menjadi asisten Presdir lagi. Tabungannya cukup untuk membeli sebuah toko kecil di tengah kota. Apa Eva akan membuka kafe? Tapi dia tidak pandai memasak. Atau dia bersekolah lagi dan beralih menjadi seorang dosen. Begitu banyak pilihan yang bisa diambil. Dia harus memikirkannya dengan matang.
"Apakah rumah Anda ada di ujung jalan ini?" tanya sopir mengejutkannya.
"Ahhh iya. Saya turun disini saja. Rumah saya tinggal beberapa meter lagi"
"Tapi Presdir memerintahkan saya untuk mengantar Anda tepat di depan rumah"
"Saya akan menghubungi Bu Presdir nanti. Terima kasih"
Pilihan Eva untuk turun jauh dari rumahnya ternyata tepat. Karena di depan rumahnya, Eva melihat mobil dan laki-laki yang sangat dikenalnya.
"Wakil Presdir" sapanya lalu membungkuk sedikit kepada laki-laki itu. Eva memeriksa sekeliling juga dalam mobil dan tidak menemukan orang lain disitu. Laki-laki ini datang kesini sendiri, kenapa?
Dia berjalan mendekat dan melihat wajah tampan laki-laki itu. Meski disinari lampu yang remang, ketampanan laki-laki itu tidak pudar.
"Aku ingin masuk ke dalam rumahmu" kata laki-laki itu membuat Eva heran.
Untuk apa laki-laki ini datang ke rumahnya? Apa ini berhubungan dengan ketertarikan wakil Presdir pada lingkungan ini?
Malas memikirkan alasan laki-lai ini kemari, Eva mengangguk setuju.
"Silahkan" katanya lalu berjalan dibelakang laki-laki itu. Sebuah kebiasaan yang mengharuskannya berjalan di belakang eksekutif perusahaan. Dia membuka pintu dan wakil Presdir masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu. Eva bersyukur rumahnya dalam keadaan normal hari ini. Tidak terlalu berantakan. Dia ingin membersihkan sofa agar laki-laki itu bisa duduk tapi dua tangan besar menghentikan langkahnya. Tangan besar itu kemudian menjelajahi tubuhnya dan meremas dada Eva dengan perlahan. Dia mendesah pelan dan laki-laki itu memutar tubuhnya.
Kini mereka berhadapan. Eva bisa mendengar suara napas menderu laki-laki itu. Lalu sapuan panas bibir wakil Presdir membuatnya berhenti berpikir. Mereka berciuman lalu melepas satu persatu pakaian yang menempel di tubuh. Tunggu, apa benar mereka akan melakukan hal itu disini? Di rumah ini? Bukannya laki-laki itu begitu pemilih? Rumah ini sangat berbeda jauh dengan apartemen dan hotel serta villa mewah keluarga Ford. Bisa dibilang rumah ini hanyalah gubuk, kalau menurut kriteria pewaris utama keluarga Ford.
"Aku ingin kau teriak" kata laki-laki itu membuyarkan pikiran Eva.
"Apa?"
Belum juga bersiap, ada sesuatu yang menerobos masuk ke dalam tubuh Eva. Begitu keras sampai punggungnya melengkung ke belakang.
"Teriaklah!" kata laki-laki itu lagi lalu kembali mendorong keras.
Eva tidak ingin melakukan perintah wakil Presdir tapi tidak tahan lagi dengan hentakan-hentakan yang begitu ekstrim ini
"AHHHHHH" terlepas juga teriakan dari mulut Eva.
Namun teriakan Eva tidak membuat kekuatan laki-laki itu berkurang. Malah semakin bertambah dan teriakan demi teriakan lain kembali terdengar.
Satu jam kemudian semuanya selesai, meninggalkan Eva dlam keadaan lemah tak berdaya di atas ranjangnya. Laki-laki itu ... tidak tahu kemana. Mungkin sudah pergi begitu saja seperti biasanya.
Alarm berbunyi dan Eva terpaksa harus bangun. Berbeda dari semalam, badannya kini terasa segar. Dia mandi lalu keluar dari kamar. Terpana saat melihat meja makan yang penuh dengan makanan. Eva mendekat dan menemukan sebuah kertas yang bertuliskan :
Makanlah sebelum berangkat kerja
Eva membalik kartu itu dan menemukan inisial nama HJF. Kapan laki-laki itu menyiapkan semua ini? Sesuatu yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Mengingat mereka melakukan semua ini hanya untuk sebuah kesepakatan tanpa perasaan.
Malam berikutnya, Eva menemukan mobil yang sama terparkir di depan rumahnya. Lagi-lagi, wakil Presdir datang tanpa kehadiran orang lain. Mereka melakukannya lagi malam ini. Lengkap dengan desahan dan teriakan penuh kenikmatan. Keesokan harinya, Eva menemukan sarapan juga secangkir teh hangat. Kali ini dengan catatan yang berbunyi :
Teh hangat akan melegakan tenggorokanmu
Lengkap dengan inisial HJF di balik catatannya
Malam berikutnya, hal yang sama terjadi lagi. Kali ini Eva tidak merasa terlalu lelah setelah melakukannya, mungkin karena mulai terbiasa. Dia memilih untuk melihat laki-laki itu pergi. Tapi laki-laki itu tidak pergi dan menemaninya di atas ranjang.
"Kau tidak lelah?" tanya wakil Presdir lalu menyentuh kepala Eva.
"Tidak"
"Tidurlah"
Laki-laki ini sepertinya suka sekali memerintah, padahal Eva sedang tidak ingin tidur cepat. Dia bangun dan memakai bajunya lagi lalu keluar dari kamar. Memeriksa ponsel dan membuka laptop untuk bekerja.
Tak lama wakil Presdir keluar telah memakai pakaiannya kembali. Lengkap, seakan memberitahu Eva kalau laki-laki itu akan segera pergi dari rumahnya. Tapi ternyata salah. Laki-laki itu duduk di sebelahnya dan mengamati apa yang dikerjakan oleh Eva.
"Apa ini?"
"Laporan Anggaran tahun depan"
Laki-laki itu kemudian berdiri seakan tidak tertarik dengan apa yang dilakukan Eva. Tapi tidak pergi juga. Melihat-lihat setiap foto yang ada di atas lemari Eva allu kembali lagi ke kamar. Saat Eva kembali fokus pada pekerjaannya terdengar suara laci yang ditarik. Teringat akan isi laci lemarinya, Eva berlari ke kamar dan merasa sangat malu. Laki-laki itu menemukan tempat persembunyian mainannya.
'Kenapa Anda?" tanya Eva lalu merampas mainannya dri tangan wkil Presdir dan mengembalikan ke dalam laci.
"Ada berapa? Aku lihat lebih dari lima"
"Itu bukan urusan Anda" Eva merasa malu sekali. Dia berada diantara laki-laki itu dan lemari, seakan ingin mencegah laci dibuka lagi.
"Apa kau memakainya akhir-akhir ini?"
Eva menatap wajah laki-laki yang ada di hadapannya. Dengan tegas dia menjawab.
"Tidak lagi"
Sedetik kemudian Eva terpana. Dia melihat sebuah senyum terpasang di wajah laki-laki itu. Senyum yang tak pernah tampak di wajah wakil Presdir selama dia mengenalnya. Perlahan hati Eva yang dingin mulai menghangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kusmiati
kenapa gk nikah aja
lanjut
2024-02-06
1
Maria lace W
haahaha
2024-01-31
0