"Asal kau tahu, semua ini tidak akan terjadi kalau kau jujur dari awal"
Eva hanya diam duduk di sebelah pria yang tidak lama lagi akan menjadi mantan suaminya.
"Kalau saja kamu jujur dari awal menikah maka tidak akan berakhir seperti ini. Tentang penyakit anehmu dan juga kemandulanmu ... harusnya kamu jujur"
Meski terdengar kejam tapi yang dikatakan pria ini memang benar. Seandainya saja Eva jujur pada Jack tentang kecenderungan ****-nya yang aneh, maka mungkin mereka tidak akan pernah menikah. Dengan jujur, mungkin Eva tidak akan pernah berpikir kalau mereka adalah jodoh yang ditakdirkan sampai maut memisahkan. Dan dengan jujur mungkin Eva tidak akan merasakan sakit hati karena diselingkuhi oleh suaminya sendiri.
"Tuan dan Nyonya Hudson" panggil petugas pengadilan.
Eva dan suaminya berdiri, bersiap masuk ke dalam ruang pengadilan yang akan memutuskan perceraian mereka. Tanpa memakan banyak waktu, perceraian mereka terjadi begitu saja. Karena baik Eva maupun suaminya tidak ingin memperpanjang masalah. Lagipula, Jack harus segera pergi ke tempat calon istri barunya melahirkan bayi mereka.
"Aku pergi" kata Jack lalu memperlihatkan punggung yang selama ini selalu dirindukan oleh Eva. Tapi kehidupan terus berjalan seperti yang seharusnya. Jack sudah menemukan kebahagiaannya dengan wanita lain dan calon bayi mereka. Dan Eva, harus menjalani hidup tanpa keluarga, teman bahkan suami yang menemaninya.
Eva terlahir dengan keluarga yang bahagia. Sampai kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil saat dia berusia lima belas tahun. Tidak memiliki nenek, paman, bibi atau keluarga lainnya membuat Eva menjadi seorang diri di usia yang sangat muda. Meski memendam kesedihan, Eva tetap bersekolah dan menomor satukan pendidikan. Fokus pada sesuatu membuatnya berhasil menekan perasaan sepi karena ketiadaan keluarganya. Lalu pada saat berkuliah, dia menemukan ada yang aneh dengannya. Eva memiliki keinginan dari dalam dirinya yang terus memuncak dan tidak hilang dengan mudah. Dia pikir itu hasrat yang biasa dihadapi perempuan seusianya. Tapi ternyata tidak. Dari dokter Eva mengetahui bahwa dirinya memiliki kecenderungan seksual yang sedikit menyimpang.
High Libido, kata dokter yang memeriksanya.
Hal itu membuat Eva terus saja berpikir tentang "****" dimanapun dan kapanpun. Kecuali kalau dia terpuaskan. Dan hal itu membuat Eva mengangkat alisnya.Bagaimana bisa dia mengalami penyakit ini? Dia tidak pernah sekalipun berpikir tentang hal-hal itu. Dan juga tidak pernah memiliki pacar yang bisa membuatnya berpikir ke arah itu. Dia hanya berusaha hidup sendiri dan belajar sekeras mungkin agar dapat lulus kuliah tepat waktu. Lalu terpuaskan? Apa yang harus dia lakukan untuk bisa terpuaskan? Dia bahkan tidak memiliki pacar.
"Apa ini bisa diobati dan dihilangkan?" tanyanya ke dokter yang juga terkesan bingung.
"Tidak bisa dihilangkan tapi bisa ditekan dengan obat"
Akhirnya Eva mengkonsumsi obat penekan hasrat itu dengan teratur dan dapat kembali fokus pada kuliahnya. Targetnya lulus tercapai, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menemukan cinta pertamanya.
Jack Hudson. Seorang chef di sebuah restoran depan perusahaan tempat Eva bekerja. Setelah berpacaran selama tiga tahun, mereka memutuskan untuk menikah. Dan Eva pikir dia menjalani kehidupan yang sempurna. Sampai ... penyakit itu menjadi halangan baginya. Eva ... tidak mendapatkan kepuasan sama sekali saat berhubungan dengan suaminya. Eva juga tidak kunjung hamil padahal mereka tidak memakai pengaman sama sekali. Dia pikir itu normal tapi setelah menikah kurang lebih selama enam bulan, dia tahu ada yang tidak beres.
"Itu karena penyakit Anda dan juga ... Anda tidak memiliki sel telur yang sehat untuk dibuahi" jelas dokter seperti vonis bersalah yang dijatuhkan begitu saja pada Eva. Dia pulang ke rumah dan mendapati sesuatu yang lebih menyakiti hatinya. Jack, sedang bercinta dengan wanita lain di ranjang mereka. Wanita itu melenguh keras ketika mereka mencapai puncak bersama. Sesuatu yang tidak pernah sekalipun Eva rasakan selama menikah.
"Eva ... kau ... pulang?"
Jack terbata melihat Eva setelah memuaskan wanita yang bersamanya. Dan Eva hanya bisa berbalik pergi dari rumah tempat dia sempat bahagia selama beberapa bulan.
"Eva, tunggu!" kata Jack yang mengejarnya.
"Aku ... kau ... akan pergi kemana?"
Sebenarnya Eva tidak tahu dia akan pergi kemana. Dia tidak punya siapapun.Yang bisa dia pikirkan hanya rumah lama peninggalan orang tuanya di pinggir kota.
"Kita bercerai saja" ucapnya lirih lalu meneteskan air mata.
"Maaf, aku tidak tahu kalau kamu akan pulang. Hanya saja, kamu tidak pernah menunjukkan ekspresi yang sama dengan wanita itu. Kamu selalu tampak tidak puas dan membuatku kecewa sebagai seorang laki-laki. Aku janji tidak akan mengulangi hal ini. Kita akan pergi bulan madu dengan program membuat anak. Bagimana? Maafkan aku ya?" jawab Jack dengan wajah tanpa rasa bersalahnya.
"Aku memang susah puas dan tidak bisa punya anak"
"Apa?"
"Semua karena badanku yang tidak normal. Tidak bisa merasa puas dalam berhubungan badan. Dan aku juga tidak bisa punya anak" jelas Eva masih dengan air mata yang mengalir. Jack yang mendengarnya mundur selangkah dan memandang Eva dengan tatapan heran.
"Apa?"
"Aku akan mengurus perceraian kita" kata Eva lagi sebelum pergi meninggalkan Jack di depan rumah mereka. Eva bertemu lagi dengan suaminya di kantor pengadilan. Saat mereka resmi bercerai. Meski menyesali semua yang terjadi, Eva kini tidak ingin mengingat masa lalu. Dia hanya perlu melangkah maju meski harus berkawan dengan kesepian dan kesendirian.
"Sudah selesai?" tanya atasan Eva, satu-satunya orang yang tahu tentang perceraiannya. Itupun terpaksa karena Eva harus meminta ijin keluar dari kantor.
"Sudah"
"Baguslah. Sekarang pergilah ke ruangan Presdir!"
"Ruangan Presdir? Kenapa?"
"Kau akan tahu setelah kesana"
Eva berjalan dengan gugup ke lantai paling atas perusahaan. Dia tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di tempat ini. Tentu saja karena dia hanyalah salah satu pegawai rendahan di perusahaan ini.
"Evalia Hudson" sapa seorang pria dengan jas rapi di hadapannya.
"Iya, saya"
"Silahkan masuk"
Pria itu membawanya menghadap pemimpin tertinggi di perusahaan. Eva bahkan lupa bernapas saat memasuki ruangan luas dengan pemandangan terindah yang pernah dilihatnya.
"Kau Mrs Hudson?" tanya wanita dengan rambut pendek dan riasan wajah kuat yang duduk di balik meja. Wanita itu tampak sangat tangguh di matanya.
"Ms. Grey" jawab Eva
"Ms Grey?"
"Saya baru saja bercerai hari ini jadi nama saya berubah kembali" jelasnya tanpa bermaksud apa-apa.
Wanita di balik meja itu menatapnya tajam lalu tersenyum
"Kau perempuan yang unik dan jujur. Bagus"
Eva tidak mengerti dengan apa yang dikatakan wanita itu, tapi dia merasa sedikit bangga dengan dirinya sendiri.
"Mulai besok kau akan bekerja tepat diluar ruangan ini. Sebagai asisten pribadiku. Untuk masalah peraturan dan besaran gaji akan dijelaskan oleh Mr. Fint. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik"
Inikah yang mungkin disebut keberuntungan setelah keterpurukan? Eva tidak tahu kenapa bisa terpilih menjadi asisten pribadi Presdir. Tapi dia sangat bersyukur atas promosinya.
"Terima kasih Bu Presdir" jawabnya mantap lalu keluar dengan Mr. Fint yang merupakan sekertaris Presdir. Mungkin ayah dan ibunya yang membantu Eva kali ini. Agar dia tidak bersedih lagi dengan semua yang terjadi dengan pernikahannya. Ini merupakan hari yang membahagiakan untuknya. Sungguh bahagia meski tidak akan ada orang yang merayakan hal ini dengannya.
"Eva, apa sisa kegiatanku hari ini?" tanya Presdir pada Eva yang kini sudah lima tahun menjadi asistennya.
"Tidak ada lagi Bu Presdir"
"Aku akan pulang"
"Saya akan memberitahu Mr Fint untuk menyiapkan mobil" sahut Eva lalu mengirim text ke Mr Fint agar bersiap mengantarkan presdir mereka pulang.
"Besok kosongkan jadwalku! Aku harus mengantar Leonore ke dokter"
"Baik Bu Presdir. Saya akan pergi ke ruangan Wakil Presdir bila ada kepentingan yang mendadak"
"Jangan! Hubungi aku saja. Henry harus pergi ke perjodohan besok. Dia tidak akan bisa memutuskan apapun dengan benar"
Eva menghela napas dalam diam.
"Baik Bu Presdir"
Setelah mengantar atasannya ke mobil, Eva segera kembali ke ruangannya. Sebelum pulang dia harus memeriksa apa saja yang harus dilakukannya untuk besok.
Perusahaan tempat dia bekerja selama lima tahun ini merupakan perusahaan keluarga. Dimulai dari pencarian harta karun yang dilakukan oleh nenek moyang keluarga Ford yang menghasilkan tambang permata terbesar di negeri ini. Lalu merambah ke pendirian Universitas paling bergengsi juga perusahaan peralatan keamanan yang sekarang mempekerjakan Eva sebagai asisten Presdir. Keluarga Ford memiliki dua keturunan utama yang seharusnya mengambil kepemimpinan utama di Universitas dan Perusahaan.
Margareth Rose Ford yang seharusnya mengepalai Universitas dan Henry James Ford pemimpin perusahaan. Sayangnya, karena James Ford belum menikah, maka semua jabatan kepemimpinan tertinggi baik Universitas maupun Perusahaan masih dipegang oleh Margareth Ford. Hal itu membuat Bu Presdir kewalahan, apalagi putrinya yang lahir tiga tahun lalu memiliki kebutuhan khusus yang memerlukan banyak perhatian.
Karena itu perjodohan untuk Tuan Henry Ford alias wakil Presdir dilakukan hampir setiap bulan. Dan sampai sekarang sama sekali tidak membuahkan hasil sama sekali. Tidak tahu kenapa. Eva yang mengerti kesusahan Presdir sebenarnya juga heran kenapa seorang laki-laki di usia tiga puluh enam tahun dengan paras tampan, dan tubuh kekar, tinggi serta tegap itu belum juga menikah. Padahal yang dijodohkan dengan laki-laki itu kebanyakan adalah perempuan paling cantik dan terpandang di negeri ini.
"Apa kakakku sudah pulang?"
Eva terkejut karena laki-laki yang sedang dia pikirkan tiba-tiba muncul di hadapannya
"Sudah wakil Presdir. Apa ada yang Anda butuhkan?"
"Tidak......."
Eva menunggu kata selanjutnya yang akan diucapkan, tapi ternyata tidak ada. Dia menduga tuan muda Henry ingin membatalkan rencana perjodohan yang akan dilaksanakan besok.
"Apa saya harus menyampaikan sesuatu pada Bu Presdir?" tanya Eva berusaha mengkonfirmasi.
"Tidak. Aku pergi ke rumah utama saja"
"Baik"
Eva melihat wakil presdir pergi meninggalkannya dan hanya bisa mendesah pelan. Menyayangkan keadaan Presdirnya yang kesusahan karena adik laki-lakinya.
Eva sampai di rumah sebelum tengah malam. Tanpa makan malam, dia meletakkan tas lalu segera pergi ke sebuah lemari yang selalu terkunci di dalam kamarnya. Eva mengeluarkan kunci dan membuka lemari itu. Beberapa detik dihabiskannya untuk memilih lalu dia membawa sebuah alat ke dalam kamar mandi. Kurang lebih sepuluh menit dia habiskan di dalam kamar mandi tanpa suara air yang mengalir. Setelah meraih apa yang tubuhnya butuhkan untuk hari ini, Eva keluar dari kamar mandi dalam keadaan lemas.
Seandainya saja Eva memiliki sifat egois seperti teman satu kantornya. Yang memanfaatkan pria hanya untuk kesenangan pribadinya dengan ganjaran menghabiskan malam bersama, maka mungkin dia tidak akan menderita seperti sekarang. Tapi dia bukanlah perempuan yang seperti itu. Dia tidak bisa berhubungan dengan sembarang pria. Dan kalau sudah memiliki perasaan dengan satu pria, maka dia akan menjadi terlalu terikat. Hal itu menjadi boomerang baginya, karena ... keadaan tubuhnya yang tidak sempurna. Karena itu Eva lebih memilih seperti sekarang saja.
Setelah meringkuk selama sepuluh menit di atas ranjang untuk mengembalikan kekuatannya, Eva bangun dan kini benar-benar membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Keesokan harinya, Eva disibukkan dengan rencana kerja yang sengaja harus dibatalkan hari itu karena Presdir akan pergi ke terapi putrinya. Eva tidak bisa berpikir yang lain sampai waktu makan siang tiba.
"Menurutmu apakah Tuan muda kita akan menikah tahun ini?"
Eva mendengar beberapa karyawan perempuan dengan berani bergosip tentang masalah wakil Presdir.
"Malam ini katanya seorang artis yang baru naik daun itu yang akan menjadi wanita yang akan dijodohkan dengan Tuan muda kita"
"Apa? Bagaimana bisa kau tahu?"
"Asisten artis itu sendiri yang bicara di pers pagi tadi"
"Apa benar?"
"Mereka pasti berpikir kalau ini akan menjadi promosi gratis artisnya meski perjodohan tidak berhasil"
"Apa artis itu cantik?"
"Sangat cantik dan badannya idaman baik bagi laki-laki maupun perempuan seperti kita"
"Pasti nanti ada beritanya, kan?"
"Pasti, kita lihat saja di internet"
Kelima karyawan itu keluar dari kantin tanpa berhenti membicarakan tentang wakil presdir. Eva juga berharap perjodohan kali ini berhasil, siapapun calon pengantin wakil Presdir nantinya. Alasannya tentu saja karena dia kasihan melihat Bu Presdir selalu tersiksa setiap kali harus memilih antara pekerjaan dan kewajibannya sebagai seorang ibu. Meski kemungkinan besar dia tidak akan bisa memiliki anak, Eva tetaplah perempuan.
"Miss Grey" panggil seseorang yang sedang menjadi bahan gosip di perusahaan.
"Wakil Presdir, apa ada yang bisa saya bantu?"
Tuan muda ini memang sangat gagah dan tampan. Apalagi dengan balutan setelan jas ber merk yang melekat pas di tubuh kekarnya. Meski selalu terkesan dengan penampilan wakil Presdir, Eva tidak pernah memendam perasaan lain. Karena dia tahu posisinya di dalam perusahaan itu.
"Pekerjaan kakak hari ini alihkan semua padaku. Fint akan membantuku hari ini" kata wakil Presdir lalu berlalu pergi dan digantikan dengan Mr Fint berdiri di depan Eva.
"Semua pekerjaan Presdir akan dialihkan?" tanya Eva memastikan.
"Tidak semua tapi buat seperti semua dialihkan"
Eva mengerti sekarang. Ini adalah cara wakil Presdir untuk menolak perjodohannya lagi.
"Baik"
Untuk sisa hari itu, Eva berusaha memilah pekerjaan yang bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sehingga wakil Presdirnya tidak akan terlambat untuk perjodohan malam ini.
"Apa ada lagi setelah ini?" tanya wakil presdir padanya.
"Tidak ada. Semua pekerjaan Presdir hari ini sudah selesai."
"Kau yakin?"
"Sangat yakin"
"Sial"
Baru kali ini Eva melihat kekesalan yang terpampang nyata di wajah wakil Presdir. Ternyata gosip tentang wakil Presdir membenci perjodohan itu benar. Apa sebenarnya alasan laki-laki ini menolak semua perjodohan itu? Kini Eva sungguh penasaran. Tapi tentu saja dia tidak akan pernah mencari tahu tentang alasannya. Toh, itu bukan urusannya yang hanya pekerja kecil di perusahaan.
AKTRIS PENDATANG BARU MEMENANGKAN HATI SANG PEWARIS
PERNIKAHAN AKBAR AKAN DIPASTIKAN BERLANGSUNG TAHUN INI
AKHIRNYA PERUSAHAAN BESAR ITU AKAN MEMILIKI PENERUS YANG DIHARAPKAN.
Eva membaca setiap judul berita online di bus yang mengantarkannya ke halte dekat perusahaan.
"Apa kau sudah melihat semua berita itu? Akhirnya ... aku akan terbebas dari perusahaan" kata Bu Presdir dengan semangat pagi ini saat Eva masih di rumah. Terdengar sekali Presdirnya puas dengan apa yang terjadi semalam. Eva ikut senang dengan kemajuan yang dilakukan oleh wakil Presdir. Akhirnya ...laki-laki yang tampak kesal dengan perjodohannya semalam itu akan menikah juga. Pasti pesona sang aktris itu berhasil memukau wakil Presdir. Meski sampai saat ini Eva tidak pernah melihat wajah dan penampilan aktris itu.
Secara mengejutkan perusahaan berjalan seperti biasanya hari ini. Tidak ada perayaan khusus atas berhasilnya perjodohan sang pewaris perusahaan. Bahkan Presdir yang tadi pagi terdengar senang juga tampak biasa saja. Dan semua terjawab saat wakil Presdir hadir di penghujung hari di kantor kakaknya.
Belum sempat Eva undur dari dari pertemuan kedua saudara itu, sebuah tempat pena melayang di dekat kakinya.
"KAUU KETERLALUAN" teriak Bu Presdir lalu Eva dan Mr Fint dengan cepat meninggalkan ruangan Presdir.
Teriakan demi teriakan yang terdengar dari ruangan Presdir berhasil membantah semua berita yang muncul pagi ini. Tampaknya perjodohan itu gagal lagi.
"Mr. Fint, apa Anda tahu siapa aktris yang ditemui oleh wakil Presdir kemarin?" tanya Eva, sekedar penasaran.
"Tidak ada urusan dengan kita. Mengertilah tempatmu!" jawab Mr. Fint tegas membuat Eva mengunci mulutnya. Dia lupa kalau Mr. Fint merupakan orang kepercayaan keluarga ini. Eva tidak akan mungkin mendapatkan informasi apapun dari orang ini. jadi ... dia menyerah dan mengerjakan tugas-tugasnya selama wakil Presdir masih ada di dalam ruangan kakaknya.
Setelah wakil Presdir akhirnya keluar. Eva melihat Bu Presdir dengan sisa kekesalannya pergi dari kantornya. Tidak memberikan instruksi tugas selanjutnya atau apapun. Dan itu berarti Eva akan pulang tepat waktu setelah jam kerjanya berakhir.
Tiba saatnya pulang, Eva mematikan komputer dan membereskan semua barangnya. Tepat sebelum dia masuk ke dalam lift, ponselnya berdering. Bu Presdir menghubunginya.
"Bu Presdir"
"Apa kau masih ada di kantor?"
"Iya. Apa ada yang harus saya lakukan?"
"Bawa berkas tentang kerjasama dengan Perusahaan Tuan Hardy ke apartemen Henry. Biar dia yang ambil alih"
"Malam ini Bu?" tanya Eva lalu mendapatkan jawaban berupa nada telepon yang telah terputus.
Terpaksa Eva masuk kembali ke dalam ruangan Presdir, mengambil berkas yang dibutuhkan dan bersiap mengantarnya ke apartemen wakil Presdir. Malam ini juga.
"Kau sudah sampai"
Eva tidak terkejut melihat kehadiran Mr Fint ada di depan pintu apartemen wakil Presdir.
"Ini berkas yang harus saya antarkan ... "
Belum selesai Eva bicara Mr. Fint memotong
"Kamu antar masuk. Setelah itu cepat pergi" kata Mr. Fint lalu pergi dengan lift ke lantai bawah.
Ini bukan pertama kalinya Eva masuk ke dalam apartemen wakil Presdir. Tapi ini pertama kalinya dia masuk apartemen ini saat pemiliknya ada di dalam. Eva mencari-cari keberadaan sang pewaris tapi tidak menemukannya. Dia mulai bertanya-tanya dalam hati, apakah harus meninggalkan berkas di atas meja begitu saja lalu pergi. Atau menunggu sang pewaris muncul entah dari mana? Tak sampai dua menit dia ragu, sebuah pintu kamar terbuka. Seorang laki-laki tanpa pakaian di bagian atas tubuhnya muncul dan menebarkan aroma maskulin di seluruh ruangan.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Sungguh, kini otak Eva seakan berhenti beroperasi. Yang bekerja dalam tubuhnya hanyalah hormon yang dalam waktu lama sengaja ditekan oleh obat-obatan. Apalagi saat tubuh kekar itu berada tepat di depan matanya.
"Eum ... "
Seluruh pendidikan dan pengalamannya menjadi asisten Presdir seakan terbang tertiup angin dan pergi entah kemana. Tiba-tiba dia tersadar saat tangannya telah mendarat di dada laki-laki itu.
Eva tidak bisa berpikir lagi, kini nafsu telah mengambil alih tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan?" samar terdengar pertanyaan dari laki-laki itu. Tapi Eva tidak mempedulikannya. Dia menggerakkan tangannya untuk menjelajahi setiap otot yang ada di hadapannya. Lalu tanpa merasa malu, Eva mendaratkan beberapa kecupan di kulit laki-laki itu. Dia begitu menikmati sampai tersadar beberapa saat kemudian.
"Maaf. Saya seharusnya tidak ... " katanya lalu menjauh dari godaan tubuh pria di hadapannya.
"Kau yakin mau melakukan ini?" tanya laki-laki itu mengejutkannya. Ternyata wakil Presdir tidak keberatan dia melakukan hal ini? Kenapa? Bukankah wanita yang bersedia melakukan hal ini pada wakil Presdir kalau dibariskan akan membentuk garis pantai? Tapi ... bukankah ini kesempatan yang bagus untuknya? Mungkin sekarang adalah waktu untuknya merasakan seorang pria daripada benda mati yang dibelinya.
Tidak. Dia pasti sudah gila. Bagaimanapun laki-laki ini adalah adik dari atasannya. Pewaris perusahaan besar yang berasal dari keluarga tingkat paling atas di negeri ini. Sedangkan dia? Dia harus menjawab tidak lalu segera angkat kaki dari apartemen ini.
"Iya" jawab Eva lalu membuka mata lebar-lebar.
Ternyata fungsi otak dan tubuhnya sudah tidak sejalan lagi. Dia tadi berpikir untuk menolak tapi kenapa bibirnya setuju?
"Kau tidak boleh menyesalinya" kata laki-laki itu lalu mendekat dan semakin mendekat. Memberi kehangatan di wajah Eva dengan napasnya yang memburu. Mata mereka bertemu dan Eva tahu tidak bisa mundur lagi. Dia akan melakukannya. Tidak peduli apa yang akan terjadi nanti.
Eva mengambil langkah pertama dengan mencium bibir laki-laki itu. Lalu tubuhnya seakan melayang ke atas ranjang. Satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya telah terlempar entah kemana. Menyisakan dua tubuh polos yang saling bertaut. Eva begitu bersemangat meski tertindih oleh batu panas di atasnya. Mungkin karena sudah lama sekali dia tidak merasakan "laki-laki".
"Tahan teriakanmu!" perintah laki-laki itu lalu memulai aksinya. Eva mendesah dan terus berusaha bernapas saat laki-laki itu memberikan apa yang dibutuhkan olehnya selama ini. Setelah beberapa dorongan yang keras dan penuh, Eva terkejut dengan apa yang dirasakannya saat ini. Seperti perasaan bahagia dan aneh yang membuat tubuhnya kesemutan dan ringan di waktu yang bersamaan.. Apa ini? Tunggu, apakah ini? Eva mengalami puncak kenikmatan dengan laki-laki ini?
Eva yang baru pertama kali merasakan kenikmatan itu tertegun di dalam pelukan laki-laki yang napasnya sama-sama berangsur tenang. Dia tidak pernah menyangka akan bisa merasakan hal ini saat berhubungan badan dengan seorang laki-laki. Dan ternyata ... rasanya sungguh luar biasa. Seperti semua sel di dalam tubuhnya terpecah lalu berkumpul lagi dan membentuk sebuah kristal kehidupan yang baru. Sungguh ... berbeda dengan saat dia melakukannya dengan sebuah benda mati.
Seandainya saja dia bisa merasakan hal ini setiap hari. Tidak. Tidak setiap hari. Sekali lagi saja. Maka dia akan merasa sangat bersyukur. Dia mulai menggerakkan tangan ke bagian vital laki-laki itu. Tapi akal pikirannya tiba-tiba kembali seperti kilat. Dan menyadarkannya.
Tidak
Semua tentang kenikmatan ini membuatnya benar-benar gila. Dia harus pergi dari sini sekarang. Eva melepaskan diri dengan susah payah dari tubuh laki-laki itu, mengambil semua bajunya yang terlempar, dan memakainya dengan kecepatan kilat. Eva siap untuk keluar dari apartemen lalu menoleh kembali ke arah ranjang. Hanya untuk melihat tubuh wakil Presdir yang telah membuatnya merasakan kenikmatan dalam berhubungan badan untuk pertama kalinya. Setelah keluar dari apartemen, Eva berniat untuk melupakan semuanya. Menyimpan kejadian malam ini sebagai kenangan indah dalam hidupnya yang sepi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!