Isabel masih bingung melihat orang yang berbicara padanya. Lalu senyumannya melebar saat ia sadari kalau orang itu adalah kakak sepupunya bernama Albi yang asli berdarah itali. Albi sering berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan Isabel dan kangen dengan masakan bibi Yona.
“Kakak Albi! Wah senang banget ketemu kakak lagi!” Seru Isabel memeluk Albi.
“Aku juga sangat terkejut melihatmu di sini! Kau belanja sebanyak ini untuk suamimu ya?” Kata Albi sangat ramah.
“Eh, kakak kok tau aku sudah menikah? Kan kakak waktu itu lagi di belanda.” Tanya Isabel bingung.
“Tau lah, Luisa si mulut ember itu yang bilang padaku, katanya kau menikah dengan tuan Zidan.” Sahut Albi.
“Hah, Luisa memang mulut ember! Kesel aku kalau ingat tingkahnya itu.” Kata Isabel.
“Iya, kau benar! Luisa itu menyebalkan.” Kata Albi yang memang tak menyukai sikap Luisa.
“Sudah lama kita tidak ngobrol, ayo kita cari café untuk ngobrol.” Ajak Albi.
“Baiklah, aku bayar barang belanjaan ku dulu ya kak.” Kata Isabel.
“Sudah, belanjaanmu aku yang traktir!” Kata Albi.
Isabel dan Albi pun pergi ke sebuah café untuk ngobrol sekedar sharing karena sudah lama tidak berjumpa. Albi yang sebaya dengan Vani, kuliah di belanda dan kini ia kembali karena sudah lulus S-I dan melanjutkan S-II nya di Itali.
“Jadi bagaimana dengan kehidupanmu bersama tuan Zidan, apa dia bersikap baik padamu?” Tanya Albi.
“Ya, dia sangat baik! Kami saling mencintai.” Sahut Isabel.
“Syukurlah, mudah-mudahan kau bahagia dengannya.” Kata Albi.
Saat sedang asik mengobrol tiba-tiba tangan Isabel ditarik oleh seseorang dengan kasar. Isabel melihat dan kaget. Ternyata Zidan yang juga sedang berada di café itu untuk menemui rekan bisnisnya.
“Eh, om!” ucap Isabel.
“Ayo ikut aku pulang!” Ujar Zidan kesal pada Isabel.
Zidan terus menyeret Isabel untuk masuk kedalam mobilnya. Zidan menyuruh supir pribadinya untuk melajukan mobilnya dengan kencang menuju rumah. Di perjalanan Zidan hanya dia saat Isabel bertanya-tanya dengan sikap Zidan yang sangat kasar padanya tadi.
Setibanya dirumah Zidan kembali menyeret Isabel masuk kedalam kamar mereka.
“Apa kau mencoba untuk mempermainkan aku, hah?” Teriak Zidan pada Isabel.
“Maksud om apa? Aku tidak ngerti.” Sahut Isabel ketakutan.
“Siapa laki-laki yang bersamamu tadi?” Bentak Zidan.
“Itu kak Albi.” Jawab Isabel yang langsung di potong Zidan.
“Kemarin kak Nathan, sekarang kak Albi! Apa begitu murahannya dirimu sehingga kau dengan mudah mempermainkan kakak kelasmu, hah?” Teriak Zidan terbakar api cemburu butanya.
“Kau bilang apa? Aku murahan?” Tanya Isabel kecewa pada Zidan.
“Iya! Kau murahan!” Bentak Zidan.
Pppplllaaakkk……….
“Kalau aku murahan, lebih baik lupakan saja aku, om!” Kata Isabel kesal menampar Zidan.
Isabel yang kecewa dengan sikap Zidan yang cemburu buta padanya, langsung berlari keluar rumah dan pergi ke apartemen Caca. Isabel nangis saat menceritakan kekecewaanya pada Zidan yang selalu cemburu buta padanya.
“Sudah dong bel, jangan nangis lagi! Mungkin benar tuan Zidan salah, tapi itu karena dia terlalu cinta padamu.” Kata Caca.
“Cintakah dia sampai harus mengatakan aku murahan?” Tanya Isabel kecewa pada Zidan.
Ponsel Isabel berdering dan itu panggilan dari Zidan untuk yang 32 kali panggilan tak terjawab. Isabel kesal pada Zidan yang mengatakan dirinya murahan, langsung membanting ponselnya hingga rusak.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.” Zidan berusaha menghubungi Isabel lagi.
“Sial, dia mematikan ponselnya!” Umpat Zidan.
“Aku tau dia ada dimana sekarang!” Gumam Zidan langsung bergegas pergi mencari Isabel.
Zidan pun kini sudah berada di depan pintu apartemen Rudi. Zidan tau Isabel pasti berada di sana untuk bertemu dengan Caca.
Ting tong…
Caca mengintip melihat Zidan berdiri di depan pintu.
“Mati aku, tuan Zidan kesini.! apa yang akan aku lakukan sekarang? Yang di satu sahabatku satunya lagi bos suamiku! Aku jadi pusing.” Gumam Caca frustasi.
Zidan yang kesal terus menekan bel pintu apartemen itu. Caca gugup saat membuka pintu untuk Zidan.
“Tu..tuan.” Ucap Caca gugup.
“Dimana Isabel?” Tanya Zidan dengan wajah penuh amarah.
“Ada di …….
“Isabel, dimana kau?” Teriak Zidan.
Isabel yang masih menangis di kamar, langsung terdiam saat mendengar suara Zidan mencarinya. Isabel pun keluar menemui Zidan dengan wajah sembab habis menangis.
“Ada apa mencariku! Aku kan cewek murahan, lebih baik kau pergi jauh dariku saja.” Kata Isabel kesal.
Zidan tak memperdulikan ucapan Isabel, ia langsung menyeret Isabel kembali kerumah mereka.
“Jangan pernah keluar dari kamar ini lagi! Apa kau dengar, hah?” Bentak Zidan.
Zidan langsung mengurung Isabel di kamar itu.
“Om, jangan kurung aku! Om, buka pintunya!” Teriak Isabel menggedor-gedor pintu kamar yang di kunci dari luar oleh Zidan.
Zidan kembali ke kantornya dengan perasaan yang sangat kesal bercampur galau. Ia sangat cemburu saat melihat Isabel tertawa riang bersama seorang pria yang tak di kenalnya itu.
“Siapa pria itu? Kak Albi? Apa itu seniornya di kampus?” Kata Zidan bertanya-tanya dalam hatinya.
“Aaarrgghh, sial! Aku tak ingin hal ini terulang lagi! Cukup Raisa yang menyakiti aku, jangan sampai Isabel juga berselingkuh di belakangku.” Kata Zidan lagi.
Di kantornya Zidan tak bisa fokus dalam pekerjaannya. Ia menyerahkan pekerjaannya kepada sang asisten yaitu Rudi. Hingga tengah malam Zidan belum kembali ke rumah. Isabel yang menatap jam dinding berkali-kali hanya pasrah dan juga sedih saat mengingat perlakuan kasar dari Zidan kepadanya.
“Dia kemana sih? Kenapa jam segini belum pulang? Sudah hampir jam 2 pagi.” Gumam Isabel meringkuk di ranjang.
Tak lama pintu kamar terbuka, Isabel menoleh kearah pintu dan tercium bau alcohol yang menyengat. Ternyata Zidan yang sempoyongan mabuk saat pulang kerumah. Saat Zidan hampir jatuh karena sempoyongan, Isabel langsung menangkapnya.
“Om, kenapa kau harus mabuk sih? Dasar bodoh! Cemburu boleh saja, tapi tidak udah sampai mabuk begini, om.” Ujar isabel memapah Zidan ke ranjang.
Isabel pun melucuti semua pakaian Zidan dan menggantikannya dengan pakaian yang bersih. Zidan terus meracau dalam mabuknya.
“Aku mencintaimu, belbel.” Racau Zidan.
“Iya, tau om.” Sahut Isabel.
“Tapi aku juga benci padamu.” Racau Zidan lagi.
“Iya, terserah kau!” Sahut Isabel.
Kemudian Zidan duduk dan Isabel kaget melihatnya.
“Kau gadis murahan.” Ucap Zidan sambil menunjuk kepada Isabel.
“Beraninya kau mengatakan itu lagi untukku, Zidan tua bangka!” Ujar Isabel geram.
Isabel pun memberikan tonjokan kepada Zidan yang membuat Zidan pingsan.
“Ini kedua kalinya aku memukulmu, om! Jangan salahkan aku kalau besok wajahmu memar, hhheeemmpppp!” Isabel langsung pergi tidur di kamar lainnya.
Keesokan siangnya, Zidan terbangun saat jam dinding menunjukkan pukul 12 siang. Dengan menyentuh wajah dan kepalanya yang sedikit sakit, ia pun bangkit dan mencari Isabel.
“Dimana Isabel?” Tanya Zidan pada pelayannya.
“Nona sudah pergi dari tadi pagi ke kampus.” Jawabnya.
“Kenapa kalian membiarkan dia pergi hah?” Zidan ngamuk seketika yang membuat semua pelayannya ketakutan.
Setelah membersihkan dirinya, ia langsung pergi ke kampus Isabel. dengan kaca mata hitam untuk menutupi memar akibat pukulan dari Isabel yang semalam, Zidan memasuki halaman kampus. Albi yang ternyata satu kampus juga dengan Isabel, sedang duduk bersama Isabel di bangku taman kampus.
Zidan kembali melihat Isabel yang ceria ngobrol bersama Albi. Zidan semakin mendidih melihat mereka berdua. Zidan langsung menghampiri Isabel dan Albi saat itu. Kini Zidan berdiri tepat dihadapan mereka berdua. Isabel sangat terkejut saat melihat Zidan berdiri dihadapannya.
“Om.” Ucap Isabel.
“Aku sudah katakan padamu, kau tidak boleh keluar dari kamar! Kenapa kau tidak menurutiku hah?” Teriak Zidan.
“Tuan Zidan, tunggu dulu! Maaf aku menyela, tapi aku rasa kau salah paham tentang hubungan kami.” Kata Albi ingin menjelaskan yang sebenarnya pada Zidan.
“Jangan mencampuri urusanku!” Ujar Zidan kesal.
“Tuan, kalau menyangkut Isabel, aku harus ikut campur, apalagi ini masalah salah paham yang kemarin?” Kata Albi.
“Beraninya kau menantangku hah?” Bentak Zidan hendak memukul Albi.
“Om, kenapa kau seperti ini sih?” Teriak Isabel.
“Kau membela selingkuhanmu?” Tanya Zidan.
“Kak Albi ini sepupuku, om! Dia anak dari kakaknya ayahku.” Jawab Isabel.
“Apa?” Kata Zidan kaget.
“Aku adalah kakak sepupunya! Apa kau tidak lihat aku sangat mirip denganya?” Kata Albi.
Zidan melihat bolak balik wajah Isabel dan Albi yang memang mirip karena bersaudara sepupuan.
Zidan mulai gelisah saat Isabel kesal menatapnya.
“Kalau pun kalian sepupu bukan berarti kau boleh menyentuh istriku.” Kata Zidan marah pada Albi.
Zidan langsung membawa Isabel kembali kerumah. Sementara Albi hanya tersenyum melihat Zidan yang cemburu kepadanya.
“Syukurlah, kalau suaminya menyayangi Isabel! Aku harap Isabel bahagia dengan tuan Zidan.” Kata Albi yang tau persis hubungan Isabel dengan orang tuanya yang tidak baik.
Saat di perjalanan pulang.
“Kenapa kau tidak bilang padaku kalau dia kakak sepupumu?” Tanya Zidan.
Isabel hanya diam dan memalingkan wajahnya menghadap kaca jendela.
“Jawab aku Isabel.” Bentak Zidan.
Isabel masih diam tak mau menggubris Zidan. Kesal karena Isabel tak menghiraukannya, Zidan lantas menarik lengannya dengan kasar membuat Isabel menghadapnya.
“Kenapa kau diam saja?” Tanya Zidan.
“Hiks…hiks….hiks.” Isabel nangis sambil menundukkan wajahnya.
Melihat Isabel nangis, hati Zidan langsung bergetar. Ia merasa bersalah karena telah memperlakukan Isabel dengan kasar dan juga telah menghina Isabel sebagai cewek murahan.
“Maaf, maafkan aku, Isabel!” Ucap Zidan memeluk Isabel.
“Om jahat banget!” Sahut Isabel dalam tangisnya.
“Iya, aku memang jahat! Aku jahat karena telah berprasangka buruk padamu! Maafkan aku.” Ucap Zidan menyesali perbuatanya.
“Aku benci sama om! Aku gak mau tidur sama om lagi.” Kata Isabel.
“Kalau kau tidak tidur denganku lagi, bagaimana bisa kau akan hamil, belbel.” Ujar Zidan.
“Aku tak perduli! Pokoknya aku mau tidur di kamar lainnya selama sebulan penuh!” Teriak Isabel.
“Oke, oke!” Sahut Zidan mengiyakan agar Isabel tenang.
Saat sudah tiba dirumah, Isabel langsung masuk ke dalam kamar yang letaknya agak jauh dari kamar utama yang biasa menjadi kamar mereka. Zidan hanya diam saat Isabel mengambil keputusan itu. Zidan berfikir itulah hukuman untuknya karena telah menyakiti Isabel akibat cemburu buta.
Malam harinya setelah makan malam, Isabel dengan wajah yang cemberut masuk kedalam kamarnya.
Sementara Zidan hanya bisa melihatnya saja dari ruang makan. Isabel pun mengunci pintu kamarnya dan melompat ke atas ranjang tidurnya dengan bahagia.
“Wah, kasurnya empuk dan nyaman.” Seru Isabel kegirangan.
“Aku chat Ferry dulu deh, ajak main bareng!” Kata Isabel mengirimkan pesan pada Ferry.
Chat.
“Fer, main yok!” Isabel.
“Kau sudah buat akun baru?” Ferry.
“Sudah!” Isabel.
“Memangnya suamimu kasih izin kau main game lagi?” Ferry.
“Aahh eelah, bacot amat si bambang.” Isabel.
“Mau main apa tidak?” Isabel.
“Iya, markonah! Sebentar online dulu.” Ferry.
Chat berakhir.
“Selama sebulan ini aku memiliki kesempatan untuk bermain game lagi, hehehe!” Kata Isabel mulai dengan membuka game online yang ada di ponselnya.
“Huh, biar rasa tuh si om! Cemburuan melulu sih.” Kata Isabel lagi.
Isabel pun menghabiskan malamnya bermain game online di dalam kamarnya. Sementara Zidan yang biasanya tidur seperti kerbau tapi kini malah gelisah gak bisa tidur.
“Sialan! Aku tak bisa tidur.” Kata Zidan.
“Bodohnya aku yang terlalu cemburuan, jadi begini kan tidur sendirian!” Kata Zidan lagi nangis bombai.
Zidan kembali untuk berusaha tidur malam itu namun tetap saja matanya enggan mau terpejam. Akhirnya Zidan keluar dari kamarnya dan hendak pergi keruang kerjanya untuk memeriksa beberapa pekerjaanya. Saat melintas di depan pintu kamar Isabel, ia mendengar suara berisik dari ponsel Isabel. Zidan yang penasaran langsung menempelkan telinganya di pintu kamar Isabel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ayunina Sharlyn
gemesin ceritanya... 😁😁
boleh mampir ya ke novel hati putih Melati ☺☺
2020-02-16
2
IrmaWati
hp nya dibanting n gak dikasih hp lagi ...
2020-01-30
0
Diiach CuteElf
lucuuu bgtt asli ini ceritaaa... lagi tegang2.. masih ada aja kocakk2 nya😂😂😂❤
2020-01-24
6