Leo yang sudah menyiapkan persiapan untuk pergi berlibur, akhirnya berangkat dengan pesawat untuk menuju ke Indonesia. Ia sangat antusias dan bahkan berkhayal sedang dikerumuni oleh wanita yang berkulit sexy di Indonesia. Menempuh perjalanan yang panjang, Leo beristirahat di sebuah hotel di Jakarta. Setelah seharian beristirahat ia menghubungi Abrar yang telah direkomendasi oleh Zidan.
“Halo, tuan! Apakah anda adalah iparnya Zidan?” Tanya Leo pada Abrar.
“Iya, kau temannya dari itali ya?” Kata Abrar.
“Iya.” Sahut Leo.
“Baiklah, besok tepat jam 8 pagi temui aku di kantor, aku akan menunggumu!” Kata Abrar.
“Baiklah.” Sahut Leo lagi.
Setelah menutup teleponnya, ada perasaan yang mengganjal dalam hati Leo.
“Kenapa sepertinya sangat aneh ya? Sepagi itu aku harus menemuinya di kantor?” Ucap Leo bingung.
Tanpa mau berpikiran buruk, esok paginya Leo datang ke kantor Abrar. Sampai disana, ia langsung menemui Abrar.
“Silahkan duduk!” Kata Abrar pada Leo.
“Terima kasih, tuan.” Ucap Leo.
“Dari cerita Zidan kau sangat baik dalam bekerja.” Kata Abrar.
“Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai asisten Zidan.” Sahut Leo.
“Baiklah, disana ruang kerjamu! Dan selamat datang dalam perusahaanku.” Kata Abrar yang membuat Leo tercengang.
“Apa tuan? Bekerja?” Tanya Leo.
“Iya! Zidan dan aku bertukar asisten, asistenku Rudi ikut dengan Zidan di Itali, dan kau menjadi asistenku di sini.” Sahut Abrar.
“Tapi aku disini untuk cuti dan liburan selama setahun.” Kata Leo.
“Kau di bohongi oleh mantan bos mu itu.” Kata Abrar.
“Tidak!” Teriak Leo frustasi karena ulah Zidan.
“Zidan kau sangat kejam padaku!” Sambung Leo lagi.
Abrar hanya tertawa jahat melihat Leo yang nangis bombai saat di tipu oleh Zidan. Dengan kesal Leo menghubungi Zidan yang lagi enak-enakan mendekap Isabel di ranjang.
“Zidan! Kurang ajar kau, kenapa kau malah menipuku?” Teriak Leo kesal.
“Hei, sobat, tenanglah! Apa disana kau melihat para pekerja wanita di kantor Abrar?” Tanya Zidan kembali memperdaya Leo.
“Iya, lalu kenapa?” Sahut Leo.
“Mereka sangat cantik kan?” Tanya Zidan.
“Hehehe, kau benar! Kulit mereka sangat bagus.” Sahut Leo.
“Nah, nikmati lah hari-harimu bekerja dengan di kelilingi oleh wanita yang berkulit sexy itu, hehehe.” Kata Zidan.
“Wanita Indonesia sangat menyukai bule tampan sepertimu.” Sambung Zidan lagi.
“Benarkah?” Tanya si Leo yang begoknya tak ketulungan.
“Tentu saja! Maka dari itu kau harus menebarkan pesonamu disana.” Kata Zidan.
“Baiklah! Aku akan rajin masuk kantor dan menebarkan pesonaku ke setiap wanita yang ada disini, hehehe.” Kata Leo.
Setelah menutup teleponnya.
“Om, tengah malam begini kau bicara dengan siapa?” Tanya Isabel.
“Si Leo, dia sedang liburan.” Jawab Zidan.
“Oh! aku mau pipis.” Kata Isabel turun dari ranjangnya menuju kamar mandi.
Zidan yang masih teringat dengan Leo yang selalu setia padanya hanya tertawa puas setelah berhasil mengerjainya.
“Hehehe, semoga kau ketemu dengan jodohmu, Leo.” Gumam Zidan.
Pagi-pagi setelah selesai sarapan Zidan memeluk dan mencium Isabel saat hendak pergi ke kantor. Isabel yang belum memiliki jadwal kuliah duduk santai di ruang tengah sambil membuka majalah fashion setelah kepergian Zidan. Isabel yang kini tampil feminim sangat gemar merawat tubuhnya dan juga mengikuti trend masa kini.
Beberapa jam kemudian seakan bosan dengan majalah yang ia pegang, Isabel berniat untuk pergi jalan-jalan.
Saat sudah selesai mengganti pakaiannya, ia di kagetkan oleh dua orang yang berdiri di hadapannya.
“Aku pasti sedang bermimpi!” Ucap Isabel menutup matanya.
Lalu ia membuka matanya, dan dua orang itu tersenyum melihatnya.
“Aaarrggghh, aku pasti berkhayal! Mereka tidak mungkin ada disini! Aku pasti sudah gila.” Gumam Isabel.
“Hei, markonah! Kau tidak mau memeluk kami hah?” Kata Ferry pada Isabel.
Isabel masih tercengang saat melihat kedua sahabatnya itu berada di hadapannya.
“Dasar anak bodoh! Dia malah bengong.” Ujar Caca.
“Kalian ini nyata?” Tanya Isabel tak berkedip.
“Tidak, kami ini manusia jadi-jadian!” Sahut Ferry sewot.
“Bambang!” Jerit Isabel kegirangan melihat Ferry.
“Caca! Hahaha, aku sangat rindu pada kalian!” Sambung Isabel lagi.
Ketiga sahabat itu pun melompat membentuk lingkaran sambil bergandengan tangan sangking bahagianya.
“Kenapa kalian ada disini?” Tanya Isabel yang kini mengajak sahabatnya duduk di ruang tengah.
“Aku ikut dengan kak Rudi yang di pindahkan oleh tuan Abrar menjadi asisten suamimu.” Kata Caca.
“Jadi aku kuliah disini deh, dan bisa dekat denganmu lagi.” Sambung Caca.
“Kalau aku di biayai oleh kak Abrar untuk kuliah disini, sekalian sih agar bisa bertemu denganmu lagi.” Kata Ferry.
“Wah, aku gak nyangka kak Abrar sebaik itu!” Kata Isabel.
“Aku hubungi kak Abrar dulu deh.” Sambung Isabel.
Tut…tut…tut……tersambung ke ponsel Abrar.
“Ada apa gadis bule?” Sapa Abrar.
“Kak, thanks ya udah buat aku dan kedua sahabatku dekat lagi! Aku senang banget.” Kata Isabel.
“Hei, semua itu rencana Zidan untukmu! Apa kau tau Zidan merengek seperti anak kecil hanya untuk meminta Rudi menjadi asistennya disana agar Caca bisa dekat denganmu lagi! Kalau Ferry memang aku yang ingin dia menjagamu selama kau di kampus.” kata Abrar.
“Kenapa?” Tanya Isabel.
“Di kampus banyak cowok-cowok tampan, nanti kau main gila dan meninggalkan si om-om itu! Bisa bunuh diri si Zidan kalau itu sampai terjadi! Makanya Ferry aku kuliahkan disana sekalian menjagamu.” Kata Abrar.
“Kau memang the best kak.” Ucap Isabel.
“So pasti!” Sahut Abrar.
Setelah menutup teleponnya dengan Isabel.
“Hehehe, dia percaya aja kalau aku menyuruh Ferry menjaganya di kampus, padahal si Zidan! Zidan takut Isabel di samber sama cowok-cowok tampan di kampus.” Gumam Abrar.
Ketiga sahabat itu pun merayakan pertemuan mereka dengan berjalan-jalan di Itali. Mereka banyak mengunjungi tempat-tempat wisata dan bersenang-senang seharian.
Malam harinya Zidan pulang terlambat karena banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan bersama dengan asisten barunya yaitu Rudi. Isabel menunggu suaminya pulang dengan duduk santai di sofa yang ada di kamarnya. Tak lama kemudian pintu terbuka dan Zidan melangkah masuk. Isabel langsung berlari kedalam pelukan Zidan.
“Kau belum tidur?” Tanya Zidan.
“Aku menunggumu.” Sahut Isabel.
“Jika aku pulang terlambat, kau tidur saja! Jangan memaksakan diri untuk menungguku selarut ini.” Kata Zidan.
“Aku rindu padamu.” Ucap Isabel.
“Hehehe, benarkah? Setiap hari kita bertemu.” Kata Zidan.
Isabel lalu menarik tangan Zidan dan membawanya duduk di sisi ranjang.
“Om, aku senang banget karena kau membawa kedua sahabatku kesini.” Kata Isabel duduk di pangkuan Zidan.
“Itu karena kau menjadi istri penurut, dan aku ingin menepati janjiku yang dulu padamu.” Kata Zidan.
“Terima kasih ya om!” Ucap Isabel mengecup bibir Zidan dengan manja.
“Cuma itu saja kah?” Tanya Zidan.
“Jadi kau mau apa?” Tanya Isabel bingung.
“Aku mau kau menari dengan di hadapanku.” Bisik Zidan pada telinga Isabel.
“Me…menari?” Tanya Isabel.
“Iya!” Jawab Zidan.
“Bagaimana aku bisa menari om? Aku ini anggota taekwondo.” Ujar Isabel.
“Kalau begitu biar aku yang ajarkan, hehehe.” Kata Zidan terkekeh jahat.
Zidan pun menyalakan musik untuk mengiringi mereka menari. Zidan yang lihai menari samba mulai dengan menarik Isabel kesana kemari dan sesekali memutar-mutar tubuh Isabel yang membuatnya pusing. Zidan sengaja melakukan itu untuk mengerjai Isabel.
One hour later.
“Yiiiihhhaa!” Seru Zidan memutar-mutar tubuh Isabel bagai gasing.
“Om, cukup! Aku pusing.” Kata Isabel mual.
Zidan menghentikan tariannya, sementara Isabel langsung masuk ke kamar mandi.
“Hhuueekkk…..hhhuuueekk.” Terdengar suara Isabel muntah-muntah.
Zidan hanya tertawa mendengar Isabel muntah. Tak lama kemudian Isabel keluar dari kamar mandi dan langsung telentang di ranjangnya.
“Kau kenapa?” Tanya Zidan sambil terkekeh jahat.
“Aku pusing, semuanya berputar-putar.” Sahut Isabel.
“Kau pasti sengaja melakukannya kan om?” Sambung Isabel.
“Hehehe, iya! Jawab Zidan jujur.
“Dasar jahat!” Ujar Isabel kesal.
Zidan pun kembali tertawa sambil melangkah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah pulang dari kantor.
“Awas saja kau om, aku pasti akan membalasmu, hehehehe.” Gumam Isabel.
Tak lama berselang Zidan yang sudah memakai baju piyamanya, berbaring di sebelah Isabel.
“Om, sini! Peluk aku.” Rengke Isabel merayu Zidan.
“Hehehe, apa kau ingin aku menyantapmu belbel?” Kata Zidan menatapnya dengan garisan senyuman yang mengambang.
“Tentu saja! Aku adalah kelinci kecilmu, om-om srigala yang lapar.” Sahut Isabel.
Zidan pun terbuai oleh rayuan dan godaan maut dari Isabel. ia pun terhanyut dalam dekapan Isabel yang manja di bawahnya. Saat pemanasan yang membuat Zidan berada di puncaknya, Isabel menghentikannya.
“Kenapa, belbel?” Tanya Zidan.
“Aku lupa kalau aku sedang datang bulan, hehehe.” Sahut Isabel dengan tampang tak berdosa.
“Aaarrgggghhhh, sialan kau belbel! Ternyata kau balas mengerjai aku.” Teriak Zidan kesal dan melangkah ke kamar mandi.
“Hahaha, sorry om!” Kata Isabel tertawa puas.
Tak lama Zidan kembali berbaring di sebelahnya, namun kali ini ia membelakangi Isabel.
“Om, marah ya?” Tanya Isabel.
Hening, tak ada jawaban.
“Om, aku cuma bercanda!” Ucap Isabel lagi.
Masih tidak ada jawaban dari Zidan. Isabel akhirnya menangis karena sedih Zidan marah padanya.
“Om, aku minta maaf, hiks…hiks.” Ucap Isabel dalam tangisnya.
Lalu Zidan membalikkan tubuhnya menghadap Isabel, dan Isabel pun menatap Zidan. Isabel tersadar kenapa Zidan tak menjawab omongannya karena Zidan sudah tertidur pulas.
“Astaga, pantas saja dia tidak menyahut, ternyata sudah tidur!” Kata Isabel.
“Dasar kerbau!” Sambung Isabel kesal.
Isabel pun menatap Zidan yang ia cintai.
“Mimpi yang indah ya suamiku.” Ucap Isabel mengecup kening Zidan.
“Belbel, kau istri yang judes.” Racau Zidan dalam igau nya.
Plaakkk…….
“Tidurlah, dasar tukang mengigau!” Ujar Isabel memukul bibir Zidan dengan pelan.
Isabel pun mulai memejamkan matanya dalam dekapan Zidan yang sudah tertidur pulas bagaikan kerbau.
*****
Jadwal belajar Isabel sebagai mahasiswi di salah satu universitas ternama di itali akhirnya dimulai. Bersama Caca dan juga Ferry yang beda jurusan denganya, ia sangat antusias dalam pendidikannya. Saat jam makan siang, ketiga sahabat itu duduk di salah satu café yang dekat dengan kampus mereka. Dengan canda tawa mereka makan bersama. Namun tawa Isabel terhenti saat Luisa menghampirinya dengan membawa teman-temannya yang sama sombongnya dengan dirinya.
“Ternyata kau berada di Itali, Isabel! kenapa kau tidak mengunjungi ayah dan ibu?” Tanya Luisa yang ternyata sekampus dengan Isabel.
“Hah, kau lagi! Pergi lah, aku sedang tak ingin buat keributan di sini.” Ujar Isabel.
“Hei, beraninya kau berbicara seperti itu pada ketua kami!” Ucap salah seorang teman Luisa yang ingin memukul Isabel.
Namun dengan cepat tanganya di tangkap oleh Isabel dan di pelintir kebelakang punggungnya. Ia menjerit kesakitan saat Isabel memelintir tangannya.
“Apa kau ingin mati hah? Jangan berani menggangguku, kalau kau ingin hidup tenang di kampus ini.” Ancam Isabel.
“Isabel, lepaskan tangannya!” Teriak Luisa.
“Kau ingin dirinya ya?” Kata Isabel sambil mendorong teman Luisa hingga menabrak Luisa dan mereka pun terjatuh.
“Ayo kita cabut! Banyak pengacau disini.” Ajak Isabel pada Caca dan Ferry.
“Dasar kurang ajar.” Teriak Luisa kesal pada Isabel.
Isabel dan kedua sahabatnya itu pun kini sedang berada di halaman kampus duduk di bawah pohon besar.
“Siapa itu tadi?” Tanya Caca.
“Dia kakakku, namanya Luisa.” Sahut Isabel.
“Oh, itu Luisa yang kau ceritakan menukar hasil ujianmu kan?” Tanya Ferry.
“Iya!” Sahut Isabel lagi.
“Sial! Ternyata dia kuliah di kampus ini juga.” Kata Isabel.
“Dia pasti akan membuat kegaduhan jika dekat denganku.” Sambung Isabel lagi.
“Hei, tenanglah! Ada aku dan Ferry yang akan selalu membantumu jika dia cari masalah lagi denganmu!” Kata Caca.
“Itu benar! Jika ada yang mencari masalah denganmu, berarti dia mencari masalah juga dengan kami.” Sambung Ferry.
“Wah, aku sangat beruntung punya teman seperti kalian.” Ucap Isabel merangkul kedua temannya itu.
“Ngomong-ngomong kau belum mengunjungi orang tuamu ya selama kau disini?” Tanya Caca.
“Tidak ada gunanya juga mereka aku kunjungi, mereka juga tidak pernah bertanya tentang kabarku selama aku menikah dengan om Zidan.” Sahut Isabel.
“Kau masih memanggilnya om?” Tanya Caca.
“Iya, kenapa?” Ujar Isabel.
“Astaga, bersikap romantislah dengan suamimu! Panggil sayang kek, atau ayang beb, gitu!” Kata Caca.
“Itu sudah biasa! Panggilan kesayanganku untuk dia adalah om, hehehe.” Kata Isabel.
“Ddiiihh, si markonah so sweet amat!” Ujar Ferry.
“Ddiiihhh, si bambang….sssaaa aaaee.” Sahut Isabel.
Sepulang dari kampusnya, Luisa sangat kesal mengingat kejadian yang membuatnya malu karena ulah Isabel.
“Kau kenapa sayang?” Tanya Dania pada anak kesayanganya.
“Aku sedang kesal sama Isabel.” Kata Luisa.
“Hah, Isabel?” Ucap Dania bingung.
“Iya, ternyata dia sudah lama kembali kesini dan sekaranga satu kampus denganku.” Kata Luisa.
“Kenapa dia tidak pernah kesini ya?” Kata Dania.
“Tuh kan bu, dia itu anak tidak tau diri, semenjak menikah dengan tuan Zidan tingkahnya semakin kurang ajar dan sombong!” Kata Luisa dengan hasutan mautnya.
“Anak itu, memang keterlaluan.” Kata Dania kesal termakan oleh hasutan Luisa.
Dania pun menghubungi kediaman Zidan untuk berbicara pada Isabel, karena saat menghubungi ponsel Isabel tidak aktif, Isabel sudah mengganti nomor ponselnya yang baru.
“Nona, ibu anda menelpon.” Kata Pelayan.
“Sial, ini pasti gara-gara Luisa.” Ucap Isabel dalam hatinya.
“Baiklah, aku akan menerimanya di kamar saja.” Kata Isabel.
Isabel pun melangkah masuk ke kamrnya dan mengambil gagang telepon yang ada di kamarnya.
“Ada apa ibu? Apa Luisa menghasutmu lagi?” Tanya Isabel pada Ibunya.
“Sasar anak tidak tau di untung, beraninya kau berbicara seperti itu pada ibumu.” Kata Dania.
“Oh, ternyata aku masih punya ibu! Aku pikir aku anak yatim piatu.” Sahut Isabel yang membuat Dania semakin jengkel.
“Apa kau menyumpahi kami mati hah?” Teriak Dania kesal.
“Tidak menyumpahi tapi berharap!” Gumam Isabel.
“Semenjak kau menikah dengan tuan Zidan, beginikah caramu menjadi istri dari orang terpandang di Negara ini.?” Ujar Dania.
“Iya, beginilah aku sekarang! Sudah ya bu, aku mau istirahat!” Kata Isabel menutup teleponnya.
Dania sangat kesal saat Isabel menutup teleponnya begitu saja. Dania merasa anaknya berprilaku tak sopan kepada dirinya.
“Dia bilang aku anak tak tau di untung! Ini semua gara-gara kalian juga, makanya aku menjadi seperi ini pada kalian, menyebalkan!” Ujar Isabel kesal dengan keluarganya yang memang tak pernah menganggapnya ada.
“Dari pada aku mati kesal memikirkan mereka, lebih baik aku pergi berbelanja bahan makanan di toko Asia! Aku akan masak makanan enak buat suamiku tercinta.” Kata Isabel bergegas pergi dengan supir pribadinya yang baru.
Isabel yang sedang asik berbelanja sambil mendorong sebuah troli yag sudah penuh dengan bahan makanan, melihat-lihat sebungkus plastik pete yang jarang sekali ia temukan di toko itu.
“Wah, pete! Pasti enak nih di buat sambel.” Kata Isabel yang doyan dengan sambel semenjak makan masakan bibi Yona.
“Terus saat om Zidan mau cium aku, dia jadi pingsan saat menghirup bau mulutku, hehehe.” Kata Isabel lagi.
Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya yang membuat Isabel kaget saat menatapnya.
“Kau masih tidak berubah ya Isabel! Kau masih suka dengan pete.” Kata orang itu tersenyum lebar pada Isabel.
Isabel masih bingung melihat orang yang berbicara padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Sri Haryati Aourie
aq suka karakter si Isabel jd wanita yg strong g mudah ditindas malah cenderung dia yg nindas, the best lah thor 👍👍👍👍
2020-07-27
0
Sartini Cilacap
Nathan kah yang bertemu dengan Isabel
2019-12-17
2
za
iya .. pasti Nathan.. kok ngikutin ke Itali jugaaa... bahaya mengancam.. wkwkwkwk
2019-12-11
8