OH TIDAK.., SI OM MABUK..!!!

Pagi hari Isabel terbangun di dalam dekapan Zidan yang mendekapnya semalaman setelah setelah terjadi adegan yang membuat Isabel takut akibat ulah Abrar yang ingin menyatukan mereka berdua. Isabel memandangi wajah Zidan yang tampan.

“Sebenarnya si om tampan juga! Hehehe.” Gumam Isabel menatap wajah Zidan.

“Jangan lama-lama lihatnya, nanti kau jatuh cinta padaku!” Kata Zidan secara tiba-tiba dengan mata tertutup.

“Lebar banget telinganya, dia selalu dengar apa yang aku gumamkan!” Isabel kembali bergumam.

“Tentu saja aku dengar, jarakmu dan aku kan sangat dekat.” Kata Zidan menyahut lagi.

“Menyingkirlah! Aku mau ke kamar mandi.” Kata Isabel berupaya terlepas dari dekapan Zidan.

“Tidak mau!” Ucap Zidan tambah mengeratkan dekapannya.

“Om, aku mau pipis!” Kata Isabel.

“Kalau begitu cium aku dulu.” Pinta Zidan.

“Tidak mau!” Sahut Isabel menolak.

“Ya sudah, silahkan ngompol di sini.” Kata Zidan.

“Huh, rasanya aku ingin sekali memberikan jurus taekwondoku padanya si om yang genit ini!” Kata Isabel dalam hatinya.

Cuup……

“Apa kau sudah senang om?” Ujar Isabel setelah mencium pipi Zidan.

“Hehehe, kau manis sekali kalau sedang kesal padaku.” Sahut Zidan mencubit pipi Isabel dengan gemas.

Pipi Isabel memerah karena senang mendengar ucapan Zidan untuknya. Untuk menutupi rasa senangnya, Isabel langsung berlari masuk ke kamar mandi. Di depan cermin Isabel mengingat Zidan yang berkata manis padanya pagi itu.

“Tapi aku tidak mau jatuh cinta pada om Zidan, karena om Zidan mencintai orang lain! Kalau aku jatuh cinta padanya, aku akan tersakiti jika suatu saat orang yang dicintai om Zidan kembali lagi!” Gumam Isabel.

“Aku harus berhenti memikirkan perlakuan om Zidan padaku! Anggap saja om Zidan hanya berbaik hati padaku.” Gumam Isabel lagi.

Setelah selesai mandi Isabel menggunakan pakaian yang di pesan oleh Zidan untuk menggantikan kemejanya yang dirobek oleh Zidan. Kemudian Isabel keluar dari kamar Zidan dan pergi menuju kamarnya di hotel itu. Namun saat Isabel baru saja keluar dari kamar Zidan, Nathan melihatnya.

“Itu kan Isabel? Dari kamar siapa dia? Bukankah dia sekamar dengan teman perempuannya di lantai 10? Ini kan lantai 12, sedang apa dia disini?” Banyak pertanyaan yang ada di pikiran Nathan ketika melihat Isabel keluar dari kamar Zidan.

Saat itu tiba-tiba ia di kagetkan oleh Abrar yang menepuk pundaknya dari belakang.

“Hei, kau sedang apa disini?” Tanya Abrar pada Nathan.

“Tu..tuan Abrar! Aku baru saja mau turun ke bawah untuk sarapan bersama yang lainnya.” Jawab Nathan.

“Pergilah cepat!” Kata Abrar.

“Iya.” sahut Nathan langsung melangkah dengan cepat menuju lift.

“Kenapa si Zidan sangat ceroboh membiarkan Isabel keluar disaat peserta laki-laki akan turun sarapan? Si Nathan jadi melihat Isabel keluar dari kamarnya tadi,” Gumam Abrar.

Abrar yang melintasi kamar Zidan, berniat untuk singgah sebentar mengajak sarapan bersama.

Ting…tong…..

Suara bel berbunyi dan Zidan mengintip melihat Abrar berdiri di depan pintu.

“Itu dia si pengacau yang membuat aku kesal pada Isabel.” Gumam Zidan melihat Abrar.

Zidan membuka pintunya dan menarik kerah baju Abrar dan hendak memukulnya.

“Hei, Zidan! Tenanglah.” Teriak Abrar.

“Kau membuatku kesal dengan foto yang kau kirim semalam.” Teriak Zidan kesal.

“Lepaskan aku dulu, bodoh! Biarkan aku menjelaskan semuanya.” Kata Abrar.

Zidan pun melepaskan kerah baju Abrar.

“Hah, aku jadi tidak keren lagi!” Gumam Abrar berdiri di depan cermin merapikan bajunya.

“Hei, aku sedang berusaha untuk mendekatkan dirimu dengan Isabel! Makanya aku mengajakmu ikut ke jepang dan membuatmu cemburu, biar aku tau kalau kau sebenarnya punya perasaan pada Isabel.” Kata Abrar menjelaskan semuanya.

“Tapi rencanamu itu terlalu kekanak-kanakan!” Ujar Zidan.

“Hampir saja aku melakukan hal yang gak wajar pada Isabel semalam.” Sambung Zidan.

“Kau mau lakukan apa padanya?” Tanya Abrar.

“Aku hampir saja memaksanya untuk melakukan hal itu padanya!” Jawab Zidan.

“Pppfftt, memang itu yang aku inginkan! Hehehe.” Sahut Abrar.

“Aku ingin kau segera punya anak dengannya.” Sambung Abrar lagi.

“Sialan kau! Apa kau lupa Isabel masih bocah? Bagaimana bisa dia hamil diusianya yang masih 17 tahun dan masih menjadi siswi SMA? Aku tidak setega itu, Abrar.” Kata Zidan sambil melemparkan bantal pada Abrar.

“Hehehe, yang penting rencanaku berhasil kan? Apa ada kemajuan dengan hubungan kalian semalam?” Tanya Abrar.

“Hehehe, tentu saja ada!” Sahut Zidan senang mengingat dirinya memeluk Isabel semalam suntuk.

“Makanya ikutilah ide-ide konyolku! Hehehe.” Kata Abrar.

Abrar dan Zidan pun pergi sarapan bersama di hotel tersebut. Saat Ferry melihat Zidan dan Abrar masuk keruangan dan sarapan bersama mereka, Ferry dengan cepat mengambil posisi duduk di sebelah Isabel padahal saat itu Nathan berniat untuk duduk di samping Isabel juga.

“Hehehe, maaf ya senior Nathan! Ada yang ingin aku bicarakan dengan Isabel, makanya aku duduk di sebelahnya.” Kata Ferry sambil cengengesan pada Nathan.

“It’s oke!” Sahut Nathan tersenyum ramah.

Isabel hanya kebingungan melihat Ferry yang duduk disamping sambil memberikan kode padanya.

“Apa?” Bisik Isabel pada Ferry.

“Ada suamimu!” Sahut Ferry.

Isabel pun menoleh dan melihat Zidan yang duduk santai di samping Abrar sambil menatapnya.

“Gawat! Untung saja kau bertindak cepat.” Kata Isabel langsung menundukkan wajahnya.

“Berterima kasihlah padaku, markonah!” Kata Ferry.

“Hehehe, terima kasih ya bambang!” Ucap Isabel.

"Aahh eelaahh., markonah sssaaa aaeee! Jadi pengen nampol." Sahut Ferry gemas pada Isabel.

 

*****

Setelah selama seminggu di jepang, mereka semua kembali pulang ke negaranya dan menjalani aktivitas mereka sebagai seorang pelajar di SMA. Begitu pula dengan Isabel yang pagi itu ingin berangkat kesekolah seperti biasanya. Zidan menatap heran saat Isabel keluar dari kamar mandi dengan seragam sekolahnya.

“Kau mau kemana?” Tanya Zidan pada istrinya itu.

“Pergi berenang! Ya sekolah lah, apa tidak lihat kalau aku pakai baju seragam sekolah?” Sahut Isabel.

“Kau bukan siswi di sekolahmu itu lagi.” Kata Zidan.

“Maksud om?” Tanya Isabel bingung.

Zidan kemudian memberikan surat pindah sekolah untuk Isabel.

“Ini surat keterangan pindahmu dari sini dan kau akan pindah ke sekolah lain di Itali!” Kata Zidan yang masih menggunakan piyamanya.

“Teganya kau om! Kau membuatku terpisah dengan teman-temanku yang baik hati itu.” kata Isabel nangis.

“Temanmu semuanya banyak bocah nakal! Sama sepertimu.” Ujar Zidan.

“Maksudku Caca dan Ferry, om..!!” Kata Isabel.

“Siapkan barang-barangmu, besok kita akan berangkat ke Itali.” Kata Zidan.

“Hhuuuuuuwwwaaaaaaaa, bibi Yona! Aku pasti akan merindukanmu.” Teriak Isabel berlari keluar kamar dan menghampiri bibi Yona yang sedang membuat sarapan.

“Dasar bocah manja!” Gerutu Zidan yang hendak kembali tidur di ranjang.

 

 

Ding dong ding dong………

Bel sekolah berbunyi pertanda masuk kelas dan memulai paelajaran.

“Sssttt, Fer! Isabel mana? Kenapa tidak masuk?” Bisik Caca pada Ferry saat jam pelajaran matematika.

“Mana aku tau!” Sahut Ferry.

“Gimana sih? Bukannya kau baru saja pulang dari jepang bersamanya?” Tanya Caca.

“Tetap saja aku tak tau, aku bukan kakeknya!” Sahut Ferry.

“Hei, yang disana! Beraninya berbincang saat pelajaranku!” Teriak guru matematika memarahi Ferry dan Caca.

“Ferry pak yang mulai!” kata Caca lempar badan.

“Ferry, ke depan! Selesaikan soal di papan tulis! Kalau kau benar, maka kau boleh duduk jika kau salah maka kau harus berdiri di depan kelas selama jam pelajaran berlangsung.” Kata guru itu lagi.

“Sialan kau Ca!” Umpat Ferry yang beranjak maju kedepan kelas.

Sepanjang waktu pelajaran, Caca terus memikirkan Isabel yag tak masuk sekolah hari itu. Saat jam istirahat Caca menghubungi ponsel Isabel yang sedang mengepak pakaiannya di dalam kamar.

“Halo Ca!” Sapa Isabel menghidupkan speakernya karena tanganya sedang sibuk melipat pakaian.

“Hei, gadis bule! Kenapa kau tidak masuk hari ini? Apa kau bolos jam pelajaran lagi?” Tanya Caca.

“Hah, aku sudah bukan siswi di sekolah itu lagi!” Sahut Isabel.

“Apa? Apa maksudmu? Jangan membuatku takut!” Teriak Caca.

“Aku serius Ca!” Sahut Isabel.

“Bagaimana bisa sih? Kita sudah kelas 3 dan sebentar lagi akan lulus.” Kata Caca panik.

“Ada om-om yang ingin membuatku pindah ke Itali, makanya dia membuatku bukan siswi di sekolah lagi!” Ucap Isabel menyindir Zidan yang sedang berleha-leha di atas ranjang.

“Caca aku pasti akan sangat merindukanmu dan juga Ferry.” Ucap Isabel lagi sambil menangis.

“Kapan kau akan berangkat ke Itali?” Tanya Caca.

“Besok siang!” Jawab Isabel.

“Tunggu aku dan Ferry! Jangan coba-coba naik pesawat jika aku dan Ferry belum bertemu denganmu! Apa kau dengar aku?” Teriak Caca.

“Iya!” Sahut Isabel.

Setelah menutup sambungan teleponya, Isabel masih terisak menangis. Zidan turun dari ranjang dan menghampirinya.

“Hei, bocah manja! Kenapa kau begitu sedih? Kau kan masih bisa bertemu dengan mereka suatu saat nanti.” Kata Zidan.

“Hikks…hikks…Kapan? Itali dan Indonesia itu sangat jauh, bagaimana aku bisa bertemu dengan mereka?” Kata Isabel.

“Kalau kau ingin bertemu dengan kedua sahabatmu itu di Itali, maka kau harus bersikap baik saat tinggal bersamaku dan harus menuruti semua perkataanku.” Kata Zidan.

“Bagaimana mungkin mereka bisa ke Itali, Caca hanya istri seorang asisten, dan Ferry hanya anak dari pemilik mini market yang menjual sayuran dan buah-buahan! Mana mungkin mereka bisa bertemu denganku disana.” Kata Isabel.

“Ongkos tiket dan biaya selama disana juga sangat mahal.” Kata Isabel lagi.

“Kau tenang saja, asalkan kau patuh padaku, kau pasti akan bertemu dengan mereka nanti!” Sahut Zidan.

“Aku pegang janjimu, om!” Kata Isabel.

Kemudian Zidan dengan jahilnya menyentuh dan mengangkat pakaian dalam Isabel yang sudah disusun rapi di koper.

“Apa kau sering menggunakan ini, belbel?” Tanya Zidan sambil tersenyum mesum.

“Itu BH ku om! Dasar mesum.” Teriak Isabel kesal pada Zidan.

Zidan hanya terkekeh saat Isabel merebut BH itu dari tangannya.

“Jangan lupa nanti malam, kita akan ke rumah Balqis! Dia mengundang kita untuk makan malam.” Kata Zidan.

“Iya!” Sahut Isabel.

“Eh, om! Aku harus bawa hadiah apa untuknya?” Tanya isabel.

“Kenapa kau harus bawa hadiah?” Zidan malah balik bertanya.

“Kau ini sangat payah om! Ini kali pertama aku berkunjung, ya bawa hadiah lah!” Sahut Isabel.

“Pikirannya dewasa juga nih bocah.” Gumam Zidan dalam hatinya.

“Bawa saja mi instan, dia pasti kegirangan saat kau memberinya hadiah itu untuknya.” Kata Zidan.

“Hah, mi instant?” Tanya Isabel tercengang.

“Iya, itu makanan kesukaannya!” Sahut Zidan.

“Wah, kak Balqis sama sepertiku yang juga suka makan mi instant!” Seru Isabel.

“Kau…kau suka mi instant juga?” Tanya Zidan terkejut.

“Tentu saja! Tapi tetap tidak boleh makan terlalu sering.” Jawab Isabel.

“Ya Tuhan, apa dia benar jodohku? Disaat dulu Raisa menentangku makan mi instant, dan sekarang Tuhan mengirimkan bocah ini yang sama persis sepertiku pecinta mi! Aaaarrgghhh, aku seakan sedang di permainkan oleh takdir!” Jerit Zidan dalam hatinya.

“Om…om…., Kenapa om? Kok malah bengong?’ Tanya Isabel bingung.

“Apaan bocah, mau tau saja!” Ujar Zidan sewot.

“Huh, menyebalkan!” Umpat Isabel.

Malam harinya Isabel dan Zidan pun telah tiba di kediaman Abrar. Begitu pula dengan Clara dan Devan.

Saat masuk ke dalam rumah ternyata disana sudah menunggu teman-teman yang lainnya juga, termasuk Luky, Romi dan Aska yang juga membawa istri serta anak mereka.

“Lama tidak bertemu denganmu Zidan.” Sapa mereka.

“Ya, aku sangat terkejut ternyata kalian ada disini juga!” Sahut Zidan senang bertemu dengan teman yang lainnya.

“Hai, Isabel!” Sapa Dewi istrinya Aska.

“Hai kak!” Balas Isabel sedikit canggung.

“Kau tidak perlu canggung pada kami, kami adalah sekelompok orang-orang somplak! Hehehe.” Ucap Clara pada Isabel.

“Ayo duduk lah Isabel!” Kata Balqis.

Isabel pun duduk disamping Zidan. Mereka semua makan bersama sambil berbincang. Para suami berbincang tentang bisnis, sementara para istri tentang masa pertumbuhan anak-anak mereka. Si Isabel hanya bengong sana sini mendengarkan obrolan mereka.

“Isabel, kenapa kau diam saja?” Tanya Dewi.

“Hehehe, aku bingung harus bicara apa!” Sahut Isabel.

“Hah, benar juga! Dia kan masih pengantin baru.” Sambung Lita.

“Hei, setelah makan malam, kita akan berkumpul di ruang atas! Kau bisa cerita apa saja pada kami nanti.” Kata Melda istrinya Romi.

Setelah acara makan malam selesai, para suami berkumpul sambil minum-minum di ruang tengah, sementara para istri berkumpul di ruang atas.

“Hei, ayo ceritakan pada kami! Bagaimana malam pertamamu dengan kak Zidan?” Tanya Clara penasaran.

“Kami tidak melakukan apa-apa!” Sahut Isabel polos.

“Hei, mungkin kak Zidan tak tega padanya karena dia kan masih sekolah.” Kata Balqis.

“Benar juga.” Sahut Clara.

“Kak Zidan tahan juga ya membiarkan gadis cantik sepertinya di anggurin, hehehe.” Bisik Clara.

“Mereka sedang bicara apa?” Tanya Isabel dalam hatinya bengong melihat Balqis dan Clara senyum-senyum.

“Isabel, aku harap kau sabar ya menghadapi kak Zidan! Walaupun kak Zidan itu menyebalkan, tapi hatinya sangat baik.” Kata Clara.

“Hehehe, iya kak!” Sahut Isabel.

Pukul 11 malam para istri turun setelah berbincang-bincang malam itu. Mereka melihat suami mereka sudah pada teler akibat pesta minuman di ruang tengah, termasuk Zidan yang tak bisa berjalan sangking mabuknya. Dengan bantuan para pelayan, Zidan masuk kedalam mobilnya dan diantarkan oleh supir kembali kerumah. Sampai dirumah tuan Norman melihat Isabel yang sedang memapah Zidan.

“Ada apa dengannya?” Tanya tuan Norman.

“Mabuk!” Sahut Isabel.

“Belbel, cium aku sini!” Racau Zidan dalam mabuknya.

“Diam!” Bentak Isabel.

“Bawa dia kekamar, kakek akan menyuruh bi Yona untuk membuatkan minuman menghilangkan rasa mabuknya.” Kata tuan Norman.

Isabel pun dengan susah payah membawa Zidan masuk kedalam kamar. Setelah masuk kedalam kamar, Isabel menjatuhkan tubuh Zidan ke atas ranjang. Isabel mulai melucuti semua pakaian Zidan untuk di ganti dengan piyama tidurnya. Saat Isabel membuka satu perstu kancing kemejanya, Zidan malah menangkap tangan Isabel dan berbalik menimpa Isabel.

“Om, apa yang kau lakukan? Kau sedang mabuk, om!” Kata Isabel pada Zidan.

“Aku memang mabuk! Mabuk karena dirimu Isabel.” Racau Zidan saat mabuk.

“Apaan sih! Kau itu mabuk, ngapain bicara seperti itu.” Kata Isabel.

Tak lama kemudiana, bibi Yona mengetuk pintu membawakan minuman untuk Zidan yang sedang mabuk berat. Isabel langsung mendorong tubuh Zidan yang telah telanjang dada itu.

“Om bangunlah sebentar minumlah ramuan ini agar mabuknya cepat hilang.” Kata Isabel mencoba untuk membantu Zidan duduk.

Saat Zidan duduk ia kembali menangkap Isabel dan kini Isabel duduk dipangkuannya.

“Om, ayo minumlah cepat!” Kata Isabel.

“Kalau aku minum itu apa kau mau menciumku?” Tanya Zidan dalam keadaan mabuk.

“Hehehe, iya.” Sahut Isabel asal bicara agar Zidan mau minum ramuan penghilang rasa mabuk itu.

Zidan pun meminum ramuan itu sampai habis.

“Aku sudah meminumnya sampai habis, sekarang cium aku disini!” Kata Zidan menunjuk bibirnya.

Cuup….

Isabel pun mengecup bibir Zidan.

“Sekarang cium disini, disini, disini, dan disini.” Racau Zidan sambil menunjuk keseluruh tubuhnya.

“Kurang ajar! Dasar mesum kau.” Teriak Isabel seraya menonjok sisi wajah Zidan dengan kesal.

Karena Isabel menonjoknya dengan keras, Zidan langsung pingsan.

“Baguslah, kau memang lebih baik pingsan saja om! Agar aku mudah membersihkan dirimu.” Gumam Isabel.

Esok paginya Zidan bangun dengan rasa kepala yang sangat pusing. Ia melihat kesisi lain namun tak ada sosok bocah itu. Ia pun bangun dan masuk kedalam kamar mandi, seketika ia menjerit saat melihat bekas bogeman dari Isabel semalam.

“Aaarrgghh, ada apa dengan wajahku yang tampan ini? Kenapa memar?” Teria Zidan yang tak ingat apapun.

Zidan pun mandi dan sudah rapi untuk berangkat ke bandara bersama Isabel. tak lama Isabel masuk dan melihat tanda memar yang disebabkan oleh ulahnya semalam. Isabel hanya senyum-senyum saat melihat Zidan yang sedang berupaya menutupi memarnya.

“Om, wajahnya imut sekali pagi ini! Hehehe.” Kata Isabel terkekeh geli.

Zidan langsung menoleh menatapa tajam pada Isabel.

“Ini pasti kerjaanmu kan?” Tanya Zidan kesal.

“Bukan!” Sahut Isabel entengnya.

“Tidak ada orang lain yang bisa melakukan hal ini kecuali kau yang memang terbukti sebagai juara taekwondo! Cepat mengaku.” Kata Zidan.

“Salah kau sendiri kenapa semalam bertindak mesum padaku.” Gumam Isabel.

“Apa? Aku bertindak mesum?” Tanya Zidan hilang ingatan akibat mabuk.

“Lupakan saja!” Kata Isabel.

“Ayo turun sarapan dulu, kakek sudah menunggu!” Ajak Isabel pada Zidan.

“Dasar kau menyebalkan Isabel! Gara-gara kau wajah tampanku jadi rusak.” Teriak Zidan kesal.

Isabel tak perduli dengan umpatan kekesalan Zidan terhadapnya, dia malah tertawa kecil karena melihat wajah memar Zidan yang tepat di bagian bawah matanya. Setelah selesai sarapan, mereka pun berangkat kebandara karena menurut Zidan lebih baik menunggu daripada terlambat dan ketinggalan pesawat.

 

Caca dan Ferry datang sebelum keberangkatan Isabel ke Itali bersama Zidan. Disana ketiga sahabat itu sedang tangis menangis karena akan terpisah jauh. Zidan hanya melihat dengan menghela nafas saat ketiga sahabat itu nangis-nangis lebay di bandara. Tak lama kemudian, Abrar datang bersama dengan Balqis, Clara dan juga Devan.

Mereka bengong melihat ketiga sahabat yang akan terpisah jauh itu.

“Jangan lupakan kita ya markonah.” Kata Ferry pada Isabel.

“Iya bambang, hehehe.” Sahut Isabel.

“Hhuuuwwaaaaa, Isabel jangan lupakan aku!” Teriak Caca nangis histeris.

“Hah, anak-anak remaja ini, sungguh imut!” Ucap Clara melihat persahabatan ketiga bocah yang masih duduk di bangku SMA itu.

“Tentu saja imut, tidak sepertimu, judes!” Sahut Devan mengatai istrinya.

“Begitu ya, aku judes? Kalau begitu nanti malam tidur di parkiran mobil ya, sayang?” Kata Clara mengancam Devan.

“Hehehe, maksudku walaupun kau judes, tapi kau itu sangat cantik.” Sahut Devan merelat perkataannya.

“Isabel, banyak-banyak bersabarlah menghadapi om-om yang tua ini ya!” Kata Balqis menyindir Zidan.

“Hei, siapa yang kau bilang om-om?” Ujar Zidan tak terima.

“Iya, walaupun dia sudah om-om, tapi tingkahnya seperti anak-anak!” sahut Clara.

Zidan hanya bisa diam saat kedua adik kesayangannya membuat dirinya kesal. Tak tahan di bully Zidan langsung menarik Isabel dengan cepat untuk masuk kedalam pesawat. Diantara mereka yang paling sedih saat Isabel masuk adalah Ferry. Ferry yang sudah menganggap Isabel seperti saudara kandungnya itu akan sangat kehilangan Isabel saat Isabel jauh darinya.

“Hei, Ferry! Kenapa kau sebegitu sedihnya?” Tanya Abrar yang sejak awal menyukai sikap setia kawan dari Ferry.

“Aku menganggap Isabel sudah seperti saudara kandungku! Dulu aku punya adik perempuan, namun ia meninggal karena sakit yang di deritanya! Karena aku ingin punya adik perempuan lagi, makanya aku selalu menganggap Isabel sebagai adikku.” Jawab Ferry.

“Oh, kau sangat baik.” Ucap Balqis untuk Ferry.

“Tak disangka, bocah ini sangat baik dan setia kawan.” Gumam Abrar dalam hatinya menanggapi sikap Ferry.

Siburung besi itu pun membawa Zidan dan Isabel terbang menuju Itali. Setelah menempuh perjalanan panjang, tibalah mereka disana. Isabel sangat lelah begitu pula dengan Zidan. Isabel kembali menginjakkan kakinya lagi dirumah Zidan.

“Baiklah, aku rasa aku akan tidur di kamar yang itu saja, hehehe.” Ucap Isabel memilih kamar yang dekat dengan ruang tengah.

Saat Isabel melangkah, Zidan langsung menarik kerah bajunya dan menyeretnya.

“Tidak ada yang bisa pilih-pilih kamar disini! Kau harus tidur di kamar utama yang biasa aku tempati.” Ujar Zidan terus menyeret Isabel menuju kamar utama.

“Huhuhuhuhuh, aku sekamar lagi dengannya! Teganya kau om, begitu banyak kamar dirumah ini tapi kau tetap saja ingin sekamar denganku!” Kata Isabel pasrah diseret Zidan.

Isabel kembali tercengang saat melihat kamar Zidan. Namun kali ini bukan karena takjub melainkan agak ngeri karena kamar Zidan hanya berwarna hitam dan putih.

“Ttaaadddaaa, ini kamar kita!” Seru Zidan memperlihatkan kamarnya.

“Om, kau pasti orang yang sangat membosankan.” Ujar Isabel.

“Apa maksudmu hah, bocah?” Teriak Zidan kesal.

“Hitam putih, seperti kotoran cicak saja!” Sahut Isabel.

“Itu warna favoritku tau!” Zidan kembali teriak.

“Minggir! Aku mau masuk dan mandi setelah itu aku mau tidur sampai besok pagi! Ingat ya om, jangan ganggu aku.” Kata Isabel.

“Hehehe, ini rumahku belbel! Aku pasti akan sangat leluasa untuk mengganggumu.” Gumam Zidan dalam hatinya seraya terkekeh jahat.

Seperti biasa Isabel selalu berlama-lama di kamar mandi untuk bermain busa sabun. Sementara Zidan dengan kesal menunggunya keluar dari kamar mandi karena sudah tak sabar untuk mengganggu Isabel. Zidan berguling kesana kemari menunggu Isabel yang masih kegirangan dengan busa sabunnya.

“Dia pasti sedang main busa sabun! Dasar bocah.” Kata Zidan.

Tak lama kemudian Isabel pun keluar dengan menggunakan handuk saja, ia mengira Zidan sedang tak berada di dalam kamar. Isabel kaget saat melihat Zidan yang sedang menatapnya, ia berniat untuk masuk kembali kedalam kamar mandi. Namun langkahnya terhenti saat Zidan menarik tanganya dan langsung membopong tubuhnya ke atas ranjang.

“Hehehe, apa kau sedang menggodaku, belbel?” Tanya Zidan terkekeh jahat.

“Kau salah paham om! Aku mengira kau sedang berada di luar kamar, jadi aku hanya menggunakan handuk saja, hehehe, maaf ya om? Ingat aku masih bocah!” Sahut Isabel.

“Benarkah masih bocah? Aku rasa 4 bulan lagi kau akan menjadi wanita dewasa.” Kata Zidan mengenai ulang tahun Isabel.

“Hehehe, iya om! Masih 4 bulan lagi, masih lama banget, iya kan om?” Sahut Isabel.

“Kau mau hadiah apa, belbel kecil?” Tanya Zidan menatap ke aset Isabel.

“Hehehe, tidak perlu om! Aku sudah punya segalanya.” Sahut Isabel.

“Apa kau yakin?” Tanya Zidan seraya jari telunjuknya siap akan membuka kaitan handuk yang ada di tubuh Isabel.

“Aaaarrgghhh! jangan om.” Teriak Isabel.

“Kalau begitu mintalah sesuatu padaku untuk hadiah ultahmu.” Kata Zidan.

“Oke…oke! Aku ingin jalan-jalan ke swiss, jadi aku minta jalan-jalan ke swiss aja.” Sahut Isabel.

“Baiklah.” Sahut Zidan langsung bangun dan keluar dari kamar sambil tertawa jahat karena berhasil membuat Isabel ketakutan.

Isabel sangat kesal saat Zidan tertawa jahat sambil keluar dari kamar itu. Dengan kesal ia melemparkan sebuah bantal yang mengenai daun pintu kamar tersebut.

“Asem! Dia sengaja mengganggu hanya untuk menindasku!” Ujar Isabel.

“Awas kau om, akan ku balas tindakanmu hari ini! Hehehe.” Gumam Isabel yang mempunyai ide konyol untuk balik mengerjai Zidan.

Setelah beristirahat, Isabel merencanakan sesuatu untuk membalas perbuatan Zidan padanya. Dengan tawa jahatnya, Isabel siap untuk membalas serangan dari Zidan.

Terpopuler

Comments

Darknight

Darknight

lha kok pasangan somplak 🤣🤣🤣

2020-09-09

0

Nara Nda

Nara Nda

hitam putih jg wrn favoritku!!!!
b'art q sk sm kotoran cicak dong😱😱😱🤪🤪🤪🤪

2020-04-24

2

Triisnaa Rahayyu

Triisnaa Rahayyu

aku ikut terharu mlihat persahabatn markonah dan bambang. 😆 jdi pngn deh punya sahabat kyak ferry

2020-03-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!