Isabel akhirnya sampai di Indonesia dengan masih membawa kartu debit milik suminya itu. Tuan Norman yang bingung melihat Isabel kembali lebih awal tetap menyambut cucu kesayangannya itu. Tuan Norman melihat cekungan hitam di mata dan wajah lusuh yang sangat lelah pada Isabel.
“Apakah mereka sepanas itu di ranjang? Isabel sangat lelah.” Gumam tuan Norman dalam hatinya melihat Isabel.
“Hehehe, sebentar lagi pasti ada kabar gembira! Aku akan punya cicit, hhihihi.” Ucap tuan Norman lagi dalam hatinya sambil senyum-senyum.
“Kek, aku sangat lelah!” Kata Isabel menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tengah.
“Ya, kau pasti sangat lelah! Anak muda jaman sekarang memang sangat panas dalam bertindak.” Sahut tuan Norman.
“Maksud kakek apa? Di Dubai kan memang panas.” Kata Isabel tidak mengerti maksud dari sang kakek.
“Hehehe, pergilah istirahat!” Kata tuan Norman pada Isabel.
Isabel pun menuruti apa yang kakeknya perintahkan, ia masuk ke kamar dan beristirahat sejenak sebelum jam 7 untuk pergi ke sekolahnya. Dia sangat merindukan teman-temannya di sana.
Pukul 7 tepat Isabel berangkat kesekolahnya dengan di antarkan oleh supir yang sudah lama bekerja dengan tuan Norman. Setibanya di sekolah dengan wajah bagaikan zombie belum makan otak, Ferry menghampirinya dengan duduk di samping Isabel.
“Si pirang akhirnya muncul juga!” Sapa Ferry pada Isabel.
“Hah, aku sangat lelah!” Sahut Isabel meletakan kepalanya di atas meja.
“Bel, anak-anak pada ribut tuh gara-gara kau tidak ikut latihan selama seminggu.” Kata Ferry.
“Mereka kan memang selalu buat keributan!” Ujar Isabel.
"Tapi itu karena ulahmu, markonah." Sahut Ferry.
“Eemm, si Caca sudah kembali?” Tanya Isabel pada Ferry.
“Sudah! Kemarin dia ngomel-ngomel karena kau tidak masuk.” Jawab Ferry.
Tak lama kemudian terdengarlah suara melengking dari pintu kelas.
“Isabel!” Teriak Caca yang sangat bersemangat pagi itu.
“Hah!” Sahut Isabel tak mau melihat Caca.
“Hei kau kenapa? Pulang dari liburan di Itali bukannya ceria malah lesu begitu.” kata Caca sambil menarik Ferry dan bergantian duduk di samping Isabel.
“Bagaimana dengan bulan madumu? Menyenangkan kah?” Tanya Isabel yang masih malas bangkit dari mejanya.
“Setiap hari kak Rudi membuatku senang! Hheemmmm, suamiku hebat!” Bisik Caca di telinga Isabel.
"Dasar pecinta om-om." Umpat Isabel.
“Hei, kenapa berbisik? Aku juga mau dengar!” Kata Ferry.
“Mau tau saja kau, bambang!” Teriak Caca pada Ferry.
"Berisik!" Balas Ferry ikut berteriak.
“Oh, iya! Bel, ini oleh–oleh dariku saat aku pergi bulan madu!” Kata Caca memberikan cendera mata untuk Isabel.
“Thanks ya.” Ucap Isabel masih tetap lesu.
“Mana oleh-oleh dari Itali, bel?” Tanya Ferry.
Isabel pun merogoh tasnya dan memberikan banyak oleh-oleh pada kedua temannya itu.
“Ini yang dari Itali, dan yang ini dari Dubai.” Kata Isabel pada kedua temannya.
“Dubai? Kau liburan ke Dubai?” Seu Ferry dan Caca serentak terkejut.
“Tidak, aku ke Dubai pergi bulan madu.” Sahut Isabel.
“Wah, pulang dari Itali, otak si markonah mulai jadi somplak!” Kata Caca menatap Ferry.
“Aku serius, bambang! Aku sudah menikah di Itali 2 minggu yang lalu.” Sahut Isabel pada kedua temannya itu.
“Apa? Menikah?” Teriak Caca sangat terkejut.
Mendengar Isabel sudah menikah, seperti biasa Ferry langsung jatuh pingsan seketika sangking kagetnya.
"Hah, dia pingsan lagi." Kata Isabel melihat Ferry terkapar di lantai.
“Isabel, tatap mataku! Apa kau benar sudah menikah?” Teriak Caca sambil menggoyang-goyangkan tubuh Isabel.
“Iya.” Sahut Isabel.
“Buktikan padaku!” Kata Caca.
Isabel pun memberikan ponselnya dan Caca melihat foto-foto Isabel bersama Zidan yang sedang honeymoon di Dubai.
“Tuan Zidan?” Teriak Caca lagi semakin terkejut.
“Hheemm.” Sahut Isabel mengiyakan.
“Aku sangat menyesal liburan ke Itali.” Sambung Isabel.
“Kenapa kau bisa menikah dengannya?” Tanya Caca sangat penasaran.
Isabel pun menceritakan semuanya pada Caca.
“Kualat! Makanya jangan meledekku karena menikah dengan om-om seperti kak Rudi, akhirnya kau menikahi om-om juga. Rasakan!” Ujar Caca.
“Hhhhuuuwwwaaa……………” Teriak Isabel menangis.
Pelajaran di kelas pun di mulai, Isabel yang masih sangat lelah mau tak mau harus mendengarkan cuap-cuap guru yang sedang mengajar di dalam kelas.
Kring……kring…….. bel istirahat berbunyi, Isabel menemui teman se geng taekwondonya untuk meminta maaf karena tidak ikut latiha selama seminggu.
“Guy’s, maaf ya! Aku akan traktir kalian makan sepuasnya di kantin.” Kata Isabel pada teman-teman taekwondonya.
“Yes, makan gratis!” Seru teman-temannya yang semuanya adalah lelaki.
Setelah membayar tagihan kantin, bel masuk kelas berbunyi.
“Bel, Apa kau mau ikut kita ?” Tanya salah seorang teman taekwondonya.
“Kemana?” Tanya Isabel.
“Halaman belakang! Kita kan sudah lama tidak main game bersama! Aku baru beli skin hero nih.” Kata temannya lagi.
“Oke!” Sahut Isabel.
“Fer, kau ikut apa tidak?” Tanya Isabel.
“Kau tidak masuk?” Kata Ferry balik bertanya.
“Malas masuk ah, di kelas berisik banget!” Sahut Isabel.
“Eh, yang bikin berisik di kelas itu dirimu, markonah!” Ujar Ferry pada Isabel.
"Huh, jadi ingin nampol!" Sambung Ferry gemas pada Isabel.
“Hehehe, makanya agar tidak berisik kita bolos saja! Main game.” Sahut Isabel mengajak Ferry.
“Oke! Hehehe.” Ucap Ferry yang memang sering bolos bersama Isabel hanya untuk bermain game.
Akhirnya mereka berlima pun pergi kehalaman belakang untuk bermain game di jam palajaran. Caca yang sudah mengerti tabiat Isabel dan Ferry berdecak kesal karena gak di ajak bolos bersama di jam pelajaran Kimia.
*****
Zidan yang baru saja kembali dari Dubai, menemui Liana yang masih berada di Itali menanti kedatangan menantu barunya itu. Saat melihat Zidan hanya pulang seorang diri, Liana pun panik dan kebingungan mencari menantu barunya itu.
“Kenapa kau pulang sendirian? Dimana menantuku?” Tanya Liana pada Zidan.
“Sudah kembali ke Indonesia! Dia harus sekolah.” Jawab Zidan dengan santai.
“Bagaimana aku akan menggendong bayi yang akan hadir dipernikahan kalian, kalau kalian berdua tinggal terpisah seperti ini?” Tanya Liana kesal.
“Ibu, Isabel itu masih SMA! Mana mungkin dia akan melahirkan anakku.” Sahut Zidan.
“Waktu aku melahirkanmu, usiaku masih 18 tahun! Tidak jauh beda dari Isabel.” Kata Liana.
“Ibu, aku istirahat dulu! Aku sangat lelah.” Kata Zidan.
“Hehehe, pengantin baru memang selalu lelah! Apalagi saat baru pulang dari bulan madu.” Ledek Liana pada Zidan.
“Ibu pasti berpikir kalau aku dan bocah menyebalkan itu sudah melakukan itu!” Gumam Zidan dalam hatinya.
Tanpa mau menggubris perkataan Ibu, Zidan langsung beranjak menuju kamarnya. Zidan beristirahat di kamarnya dan tertidur sangat pulas.
Beberapa hari setelah pulang dari berbulan madu, di ruang kantornya ia mencoba untuk menghubungi Isabel namun Isabel tak pernah mau mengangkat teleponnya sahingga membuat Zidan kesal dan membanting ponselnya ke lantai.
“Dasar bocah kurang ajar! Beraninya dia tidak mengangkat teleponku.” Umpat Zidan kesal dan di perhatikan Leo.
“Ada apa dengan belbelmu? Dia tidak angkat teleponmu lagi?” Tanya Leo.
“Aku sangat kesal padanya! Ingin ku cekik saja lehernya itu.” Ujar Zidan kesal.
“Dia masih marah padamu karena kau merampas ponselnya saat dia sedang asik chat dengan kakak kelasnya.” Kata Leo.
“Aku tak yakin kalau itu kakak kelasnya, itu pasti chat dari kekasihnya!” Kata Zidan curiga.
“Hei, ada apa denganmu? Apa kau jatuh cinta pada belbel mu itu?” Tanya Leo meledek Zidan yang sedang kesal.
“Tidak akan mungkin! Siapa juga yang jatuh cinta sama bocah judes seperti dia.” Sahut Zidan.
“Ppfffttt, aku ingin lihat sampai mana kau bisa menghindari pesona dari bocah itu.” Kata Leo sambil menahan tawanya.
Zidan pun menghubungi Isabel dengan menggunakan ponsel dan nomor yang lain.
Ttuuuttt….ttuuttt…….
“Halo!” Ucap Isabel mengankat telepon dari Zidan.
“Sialan, giliran pakai nomor lain dia menjawab telepon dariku!” Gumam Zidan dalam hatinya.
“Belbel, apa kau sudah bosan hidup, hah?” Kata Zidan dengan geram.
Isabel sangat terkejut mendengar suara Zidan dengan menggunakan nomor yang lain.
“Mati aku! Ini suaranya om Zidan.” Gumam Isabel ketakutan.
“Apa kau dengar aku belbel? Beraninya kau kabur dan membawa kartu debitku!” Teriak Zidan kesal.
“Ampun, om!” Sahut Isabel langsung mematikan sambungan teleponnya.
“Aaaarrgghhhh! Aku akan mencekikmu Isabel!” Teriak Zidan semakin kesal.
“Hei, daripada kau mati kesal seperti ini mendingan kau menyusulnya saja!” Kata Leo.
“Aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengan bocah itu!” Sahut Zidan menolak ide Leo.
“Hei, bersenang-senanglah dengan gadis kecil yang mempesona itu!” Kata Leo lagi.
“Pergi kau setan!” Umpat Zidan melemparkan sebuah buku pada Leo yang dapat menghindari lemparan Zidan.
Leo pun berlari keluar dari ruangan Zidan sambil tertawa puas telah membuat Zidan kesal.
Hampir seminggu Zidan terus menghubungi Isabel yang sibuk latihan taekwondonya untuk mengikuti kejuaraan di jepang. Namun Isabel tetap saja tidak mau mengangkat telepon dari Zidan yang membuat Zidan semakin kesal kepada Isabel.
Saat makan malam dengan Liana.
“Zidan, karena kau sudah menikah maka ibu akan kembali ke korea! Masih banyak yang harus ibu lakukan disana.” Kata Liana.
“Iya baiklah!” Kata Zidan tak bersemangat.
“Bawa Isabel untuk tinggal bersamamu! Ibu sudah mengurus segalanya untuk pendidikannya di sini.” Kata Liana lagi.
“Iya.” Sahut Zidan lagi.
“Ada apa denganmu? Kenapa kau hanya mengatakan iya iya saja?” Tanya Liana.
“Tidak ada! Aku hanya sedang tidak mood saja.” Jawab Zidan.
“Susul istrimu, bawa dia tinggal bersamamu disini.” Perintah Liana.
“Iya! Ibu tenang saja, aku pasti akan menyusulnya di sana.” Kata Zidan dengan menggenggam garpu dengan sangat erat.
“Belbel! Kau lihat saja apa yang akan aku lakukan saat aku bertemu denganmu nanti.” Ucap Zidan dalam hatinya sangat kesal pada Isabel.
Beberapa hari kemudian, Zidan mengantar Ibu kembali ke korea dan dari korea Zidan lanjut ke Indonesia untuk menyusul Isabel. Sampai di Indonesia Zidan langsung bertemu dengan tuan Norman dirumah.
“Zidan, cucu menantuku! Selamat datang di kediamanku.” Sambut tuan Norman pada Zidan.
“Tuan Norman, bagaimana kabarmu?” Sapa Zidan membalas sambutan tuan Norman.
“Panggil saja aku kakek, kau kan cucu menantuku! aku sangat sehat.” Sahut tuan Norman.
“Eeemm, dimana Isabel?” Tanya Zidan.
“Ini masih pukul 10 pagi, sudah pasti dia sedang berada disekolahnya.” Jawab tuan Norman.
“Hehehe, aku sangat memahamimu anak muda! Kau pasti sudah tak tahan karena berada jauh dari istrimu kan?” kata tuan Norman cengengesan.
“Hei, segerlah berikan aku cicit!” Sambung tuan Norman lagi.
“Hah, dia sama saja seperti ibuku!” Ucap Zidan dalam hatinya.
“Aku akan menemui Isabel di sekolahnya!” Kata Zidan.
“Baiklah.” Sahut tuan Norman.
“Hehehe, dia bahkan tidak sabar menunggu Isabel pulang dari sekolah.” Gumam tuan Norman dalam hatinya.
Zidan pun pergi kesekolah Isabel tanpa sepengetahuan Isabel pastinya. Sampai disekolah Zidan menemui kepala sekolah yang telah tau tentang pernikahan mereka. Kepala sekolah pun mengajak Zidan pergi kekelas Isabel untuk menemui Isabel. Namun saat menuju ruang kelas Isabel, langkah Zidan dan kepala sekolah terhenti karena mendengar suara berisik yang berasal dari halaman belakang sekolah.
“Aaarrgghh, aku di kejar Zilong!” Seru Ferry fokus pada ponselnya.
“Woi, berisik, bambang!” Sahut Isabel yang juga fokus dengan ponselnya.
“SHUT DOWN! Heroku mati.” Kata teman lainnya.
“KILLING SPREE! LEGENDARY!" Suara dari ponsel Isabel.
“YOU HAVE SLAIN AN ENEMY, DOUBEL KILL, TRIPLE KILL, MANIAK, SAVAGE!” Suara kebisingan game yang mereka mainkan di halaman belakang dengan bolos jam pelajaran.
“Apa yang kalian lakukan di sini, hah?” Teriak kepala sekolah yang mengagetkan kelima murid yang nakal itu.
Isabel yang kaget mendengar teriakan kepala sekolah menoleh orang yang berdiri di sebelah kepala sekolah sambil menatap tajam kepadanya.
“Om Zidan!” Ucap Isabel terkejut dan menjatuhkan ponselnya.
“Kurang ajar! Dia bolos jam pelajaran dan bermain game dengan teman lelaki disini.” Gumam Zidan kesal dalam hatinya.
“Kalian semua ikut keruanganku!” Teriak kepala sekolah lagi pada kelima murid SMA yang sering bolos itu.
Pergilah kelima murid itu termasuk Isabel mengikuti kepala sekolah keruanganya bersama juga dengan Zidan yang terus menatap kesal pada Isabel yang tertunduk ketakutan.
“Mau jadi apa kalian semua kalau bolos jam pelajaran seperti ini?” Teriak kepala sekolah marah-marah pada kelima murid itu yang sedang berdiri sambil menundukkan wajahnya.
“Siapa yang bertanggung jawab untuk hal ini?” Tanya kepala sekolah.
“Dia, pak!” Keempat siswa menunjuk kearah Isabel.
“Huh, sialan!” Gumam Isabel semakin ketakutan.
“Dia yang mengajak kami untuk bolos jam pelajaran dan main game di halaman belakang.” Kata salah seorang murid.
“Astaga, bahkan dia yang mengajak temannya untuk bolos.” Ucap Zidan dalam hatinya.
Kemudian Zidan berbisik pada kepala sekolah dan kepala sekolah menganggukan kepalanya.
“Kalian berempat, pergi pel setiap lantai yang ada di sekolah ini sebagai hukuman kalian.” Perintah kepala sekolah pada teman-teman Isabel termasuk Ferry.
“Bagaimana dengan Isabel pak?” Tanya Ferry pada kepala sekolah.
“Isabel biar aku saja yang menghukumnya.” Sahut Zidan.
“Matilah aku!” Gumam Isabel dalam hatinya sambil ketakutan.
Tak lama kemudian Zidan yang sudah meminta izin pada kepala sekolah membawa Isabel ke apartemen yang di belinya saat mengunjungi kedua adiknya itu. Saat tiba di apartemen itu, Zidan menyeret Isabel masuk kedalam dan menatapnya dengan tajam.
“Aku sudah pernah bilangkan padamu, jangan buat aku malu dengan tingkahmu yang menjadi murid nakal disekolah itu.” Teriak Zidan kesal pada Isabel.
Isabel hanya tertunduk diam dan ketakutan tak mau membalas tatapan Zidan padanya.
“Apa begini caramu menjadi siswi disekolah? Kau pasti sudah sering bolos kan? Teriak Zidan memarahi Isabel.
Isabel masih tak bersuara.
“Sini ponselmu!” Kata Zidan merampas ponsel di tangan Isabel dan membantingnya.
Prraaaanggg………………….
Ponsel Isabel pecah dan hancur berserakan di lantai.
“Kau jadi bocah nakal gara-gara ponselmu dan game yang kau mainkan itu setiap hari!” Bentak Zidan yang membuat tubuh Isabel bergetar.
“Maaf.” Ucap Isabel lirih sambil terisak menangis.
“Hanya itu yang katakan?” Teriak Zidan semakin kesal.
“Dasar kau bocah bodoh! Bisa-bisanya kau bolos jam pelajaran hanya demi game yang gak berguna itu.” Teriak Zidan lagi yang membuat Isabel sakit hati.
“Iya! Aku memang bodoh! Karena aku bodoh makanya gak ada orang yang sayang padaku! Karena aku suka main game dan olahraga, makanya semua orang yang tidak menyayangi aku mengatakan aku bodoh!” Teriak Isabel kesal sambil menangis.
Zidan terkejut melihat Isabel yang berteriak kesal padanya sambil menangis.
“Aku benci kalian semua! Kalian tidak pernah mau menyayangi anak bodoh seperti aku.” Kata Isabel menangis sambil terduduk di lantai.
“Kenapa dia? Apa mungkin aku sudah keterlaluan memarahinya tadi?” Gumam Zidan dalam hatinya.
Zidan berjongkok dan memeluk tubuh Isabel yang terus menangis.
“Maafkan aku Isabel! Aku sudah keterlaluan memarahimu tadi.” Ucap Zidan memeluk Isabel.
“Tidak ada yang menyayangi aku!” Kata Isabel terus menangis.
“Bahkan orang tuaku sendiri membenciku karena aku tidak suka belajar.” Sambung Isabel.
“Tidak, itu tidak benar! Setiap orang tua menyayangi anaknya.” Sahut Zidan mencoba menenangkan Isabel.
“Sudah, berhentilah menangis! Aku minta maaf.” Ucap Zidan.
Zidan melihat Isabel tampak lelah karena menangis, lalu ia menggendong dan membawa Isabel ke kamarnya.
“Istirhatlah! Sebentar lagi kita akan makan siang bersama.” Kata Zidan.
Zidan pun melangkah keluar dari kamar dengan menyesal karena telah memarahi Isabel. Zidan berdiri di sisi jendela menatap keluar.
“Aku sudah keterlaluan padanya tadi! Sebenarnya itu adalah masalah kenakalan remaja diusianya! Dia pasti sakit hati karena aku mengatakan dirinya bodoh.” Gumam Zidan dalam hatinya.
“Tapi tadi dia bilang tidak ada yang menyayanginya dan bahkan orang tuanya juga. Apa maksud ucapanya tadi?” Zidan bingung dengan perihal yang belum di ketahuinya tentang istrinya itu.
“Lebih baik aku mencari tau dari tuan Norman saja.” Kata Zidan lagi.
Saat Zidan sedang memikirkan tentang Isabel, ponselnya berdering telepon dari Balqis.
“Kak, kata Ibu kau sedang berada di Indonesia ya? Kenapa tidak menemuiku?” Tanya Balqis.
“Iya, setelah urusanku selesai aku akan menemuimu dan Clara.” Sahut Zidan.
“Hehehe, urusan apa maksudmu? Urusan mengejar istri kecilmu itu?” Tanya Balqis meledek Zidan.
“Diamlah!” Ujar Zidan menahan kesalnya.
“Hahaha, aku tak menyangka kau begitu merindukannya sehingga kau menyusulnya padahal hanya beberapa minggu saja terpisah.” Kata Balqis lagi menggoda kakaknya.
“Kalau kau terus meledekku aku tidak akan menemui kau dan Clara selama aku disini.” Teriak Zidan kesal.
“Hahaha, kakak jadi kesal!” Sahut Balqis.
“Baiklah, aku tutup dulu ya kak! Abrar memanggilku.” Kata Balqis seraya menutup teleponya.
“Dia buat aku bertambah pusing saja.” Kata Zidan beranjak pergi menuju kamar untuk menemui Isabel.
Didalam kamar ternyata Isabel masih menangis sambil menutupi wajahnya dengan selimut. Zidan mendekat berupaya membujuk Isabel yang masih menangis.
“Jangan menangis lagi, nanti wajahmu jadi jelek karena sembab.” Kata Zidan pada Isabel.
“Kau yang jelek!” Sahut Isabel sewot.
“Berhentilah menangis! Ayo kita makan siang dulu.” Ajak Zidan seraya membuka selimut yang menutupi wajah Isabel.
“Aku tidak mau makan!” Kata Isabel ngambek.
“Apa kau yakin? Aku menyuruh palayan untuk masak pasta daging loh!” Kata Zidan.
“Pasta daging! Aku mau!” Seru Isabel langsung berlari turun dari ranjang dan menuju ke ruang makan.
“Dasar bocah!” Ucap Zidan tersenyum melihat tingkah lucu Isabel yang tak bisa menolak makanan kesukaannya itu.
Isabel sangat lahap makan makanan kesukaannya itu satu meja bersama Zidan.
“Om, kenapa kau kesini? Apa kau rindu padaku? Hehehe.” Tanya Isabel cengengesan.
“Uhuk…uhuk…uhuk…” Zidan tersedak saat mendengar ucapan Isabel.
“Pelan-pelan, om! Makan begitu saja tersedak, apa efek dari usiamu yang sudah tua itu makanya kau sering tersedak.” Kata Isabel.
“Beraninya kau meledekku!” Ujar Zidan memukul kepala Isabel dengan sendok.
“Aduh, sakit om! Huh, selalu saja menindasku.” gumam Isabel sewot.
“Apa kau tidak merasa bersalah karena kabur saat di Dubai? Bahkan kau mengambil kartu debitku dan menggunakannya.” Kata Zidan kesal.
“Itu juga salahmu om! Kau merampas ponselku waktu itu.” Kata Isabel.
“Eh, ponselku?” Kata Isabel lagi baru menyadari kalau ponselnya rusak di banting Zidan.
Saat itu Zidan langsung pucat takut Isabel ngambek lagi karena ponselnya rusak.
“Huuuuwwwwaaaaaa, ponselku!” Teriak Isabel nangis melihat pecahan ponselnya.
“Om Zidan! Ganti ponselku.” Teriak Isabel kesal.
“Iya, bocah! Aku akan mengganti ponselmu.” Kata Zidan.
“Om, nanti beli ponsel yang ada gambar apel separo ya om, hehehe.” Pinta Isabel pada Zidan.
“Iya, terserah kau mau yang mana.” Sahut Zidan.
“Wah, om Zidan memang yang terbaik!” Seru Isabel senang.
Setelah makan siang mereka pun pergi untuk membeli ponsel baru dan kembali kerumah tuan Norman untuk menginap disana selama Zidan berada di Indonesia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Lusiana Sari
markonah dan bambang
2020-04-19
4
Siska Indriyani
bagus ceritanya
2020-01-09
3
Cana Yemima
ahsiap .. beli hp baru terserah mau yg mana .. orang kaya mah bebas
2019-12-31
3