Seminggu lagi Isabel akan berusia 18 tahun. Sesuai dengan permintaan Isabel padanya, Zidan mempersiapkan segalanya untuk memboyong Isabel ke swiss. Disana Zidan juga sudah memesan tempat untuk mereka berdua merayakan ultah Isabel dengan makan malam romantis di kapal pesiar.
Isabel yang lupa dengan permintaannya untuk jalan-jalan ke swiss diam-diam saja. Dia ingat hari ultahnya sebentar lagi, namun seperti biasanya dia hanya merayakannya dengan kedua temannya yang kini berbeda Negara denganya.
Zidan pulang dari kantornya langsung menemui Isabel yang sedang memasak di dapur. Isabel bosan dengan makanan yang bergaya itali, dan dia ingin makan makanan khas Indonesia yang bahan-bahannya dibeli di supermarket Asia di Negara itu.
“Sedang apa kau didapur?” Tanya Zidan heran.
“Karaoke! Ya masak lah.” Sahut Isabel sambil memotong sayuran.
“Apa dirumahku kekurangan pelayan sehingga kau harus masak sendiri?” Tanya Zidan.
“Pelayanmu hanya tau masakan itali, aku bosan, om!” Kata Isabel.
“Jadi kau mau makan apa?” Tanya Zidan.
“Tumis kangkung, telur dadar dan kerupuk dan nasi! Aku rindu sekali dengan nasi, om” Jawab Isabel.
“Ttaaaaaddaaaa! Sudah selesai! Om ayo makan bareng sama aku.” Ajak Isabel pada Zidan.
“Tidak! Aku tak yakin dengan rasanya! Lagian aku gak pernah makan makanan ini.” Kata Zidan.
“Makanya di coba, om! Kalau gak di coba mana mungkin tau rasanya.” Sahut Isabel.
Zidan pun mengambil pisau dan garpu untuk mencoba masakan yang Isabel buat.
“Om, makannya tidak perlu pisau dan garpu! Pakai sendok saja sudah cukup.” Kata Isabel.
Zidan pun mengikuti saran Isabel, dan ia pun mulai mencicipi sesuap makanan yang di hadapannya. Mata Zidan langsung terbelalak merasakan makanan yang sederhana itu.
“Bagaimana rasanya? Enak atau tidak?” Tanya Isabel.
“Wah, enak!” Seru Zidan yang kemudian langsung lahap memakannya.
Isabel sambil makan terus memperhatikan Zidan yang seakan sedang kelaparan, karena makan dengan begitu lahapnya. Beberapa menit kemudian makanan yang ada di meja ludes dimakan oleh kedua manusia rakus itu.
“Kenyang!” Seru Zidan mengusap perutnya.
“Apa nama masakanmu tadi?” Tanya Zidan yang memang besar di Itali dan Korea.
“Namanya tumis kangkung, telur dadar, kerupuk dan nasi!” Jawab Isabel.
“Om kan orang Indonesia asli, kenapa tidak tau makanan ini?” Tanya Isabel heran.
“Aku memang lahir di Indonesia, tapi aku di besarkan di itali dan korea! Makanya aku tidak tau makanan Indonesia, saat aku kesana Balqis dan Clara tak pernah masak makanan ini untukku.” Jawab Zidan.
“Eh, belbel! Kau ingin ke swiss kan?” Tanya Zidan.
“Iya, kenapa? Om mau mengajakku ke sana ya?” Kata Isabel bersemangat.
“Aku akan mengajakmu kesana sebagai kado ultahmu.” Sahut Zidan.
“Wah, om Zidan hebat!” Seru Isabel girang.
“Hehehe, aku memang hebat!” Sahut Zidan penuh percaya diri.
“Ayo siap-siap! Beberapa hari lagi ultahmu kan? Kita akan merayakannya disana.” Kata Zidan.
“Oke.” Sahut Isabel.
Isabel dan Zidan pun terbang ke swiss yang kebetulan sedang musim semi. Setibanya disana, lagi-lagi Isabel protes karena Zidan hanya memesan satu kamar di hotel yang akan menjadi tempat menginap. Isabel terus merengek kepada Zidan untuk pisah kamar, namun Zidan si kepala batu tidak memperdulikannya. Apa boleh buat Isabel hanya bisa pasrah untuk berbagi ranjang dengan Zidan.
Di swiss Zidan membawa Isabel jalan-jalan untuk membuatnya senang. Tak lupa kebiasaannya yang suka berfoto selfie ria di tempat-tempat yang indah dan unik. Zidan dan Isabel cukup dekat saat berada disana, merak tak segan-segan lagi berfoto mesra layaknya seperti pasangan kekasih.
Suatu ketika saat Isabel yang kegirangan sedang berfoto, tak memperhatikan langkahnya, ia terperosok dan kakinya terluka walaupun tidak begitu parah. Zidan yang panik langsung membawa Isabel kerumah sakit terdekat, walaupun sebenarnya Isabel sudah menolaknya.
Isabel pun didorong dengan menggunakan kursi roda oleh seorang perawat wanita di rumah sakit itu dan Zidan mengikuti dari belakang. Saat sedang mengikuti Isabel, mata Zidan melihat sosok seorang wanita yang tak asing terbaring di ranjang rumah sakit dan akan dibawa keruang operasi.
“Raisa!” Gumam Zidan dengan langkah kakinya yang seketika terhenti.
Zidan yang memang yakin bahwa itu Raisa langsung mengikuti parawat yang sedang membawanya ke ruang operasi. Zidan langsung menghentikan perawat itu.
“Suster! Ada apa dengannya?” Tanya Zidan panik.
“Maaf tuan, nona Raisa akan kami bawa keruang operasi.” Sahut perawat itu.
“Tapi ada apa dengannya? Apa yang terjadi?” Teriak Zidan panik.
“Tuan, jika kau ingin tau tentang kondisi pasien, tanyakan saja pada dokter.” Kata perawat itu yang berlalu membawa Raisa ke ruang operasi.
Zidan yang lupa akan Isabel, langsung bergegas untuk mencari informasi tentang apa yang terjadi kepada Raisa, wanita yang selama ini dicintainya.
FLASHBACK ON
Setelah Ibu memberikan uang yang diminta oleh Raisa, ia langsung menghubungi Erwin. Dengan membawa uang dengan jumlah yang fantastis itu, Erwin dan Raisa pergi bersenang-senang ke luar negeri meninggalkan Zidan yang sedang menantikannya di gedung pernikahan mereka.
Banyak Negara yang menjadi tempat persinggahan mereka untuk bersenang-senang disana. Dimana hari-hari Raisa sedang bersenang-senang dengan Erwin, hari-hari itulah Zidan sedang terpuruk merasakan kesedihan dan kekecewaannya terhadap Raisa yang pergi meninggalkan hari pernikahan mereka, tanpa Zidan tau alasan kenapa Raisa meninggalkannya.
Raisa dan Erwin terlalu bahagia untuk menghabiskan uang pemberian dari ibunya Zidan, hingga suatu hari kebahagiaan mereka sirna saat mereka memutuskan untuk berwisata ke swiss.
Raisa yang kala itu sedang menyetir mobil mewah yang mereka sewa, bertengkar dengan Erwin hanya karena Erwin menggoda wanita lain disana. Karena pertengkaran itu yang begitu memancing emosi dari keduanya, membuat Raisa yang sedang menyetir kehilangan kendali dan menabrak dinding pembatas jalas dan mobil tersebut terpental ke tengah jalan dan di tabrak oleh truk yang bermuatan besar.
Mobil yang di kendarai Raisa dan Erwin ringsek, hingga tak berbentuk yang membuat Erwin tewas seketika di dalam kecelakan tersebut, sementara Raisa terjepit badan mobil dan cidera parah di kepalanya hingga membuat dirinya koma selama bertahun-tahun.
FLASHBACK OFF
Isabel yang sudah selesai di obati dengan lukanya yang di perban, berjalan mencari Zidan yang kini sedang berada di ruangan dokter yang menangani Raisa.
“Om Zidan kemana sih?” Gumam Isabel mencari kesana kemari.
Lelah mencari Zidan, Isabel menunggu di sebuah kursi tunggu yang tak jauh dari ruang operasi. Selama hampir dua jam Isabel menunggu Zidan, namun ia belum juga terlihat bahkan Isabel mencoba berkali-kali untuk menghubunginya tetap saja Zidan tak mengangkat ponsetnya.
Tak lama kemudian, Isabel melihat Zidan yang jalan tergesa-gesa menuju kearah ruang operasi yang memang searah dengan Isabel yang sedang duduk menantinya. Bibir Isabel hendak memanggil Zidan kala itu, namun diurungkannya, saat ia mendengar Zidan memanggil-manggil nama seorang pasien yang baru saja di operasi dengan nama Raisa. Isabel sangat terkejut, saat mendengar Zidan menyebut namanya.
“Raisa? Apa itu wanita yang di cintai om Zidan?” Gumam Isabel dalam hatinya.
Dengan sangat penasaran, Isabel mengikuti dimana ruang rawat Raisa. Dari balik pintu, ia melihat Zidan sedang menatap khawatir pada Raisa sambil menggenggam tangannya. Hati Isabel sangat perih melihat hal itu, namun apa yang hendak ia perbuat karena Zidan memang pernah mengatakan kalau Raisa lah yang ia cintai.
Isabel melangkah pergi dari rumah sakit itu dengan air mata yang tak bisa ia tahankan lagi. Ia berniat pergi kesebuah kapal pesiar yang sudah di janjikan oleh Zidan untuk makan malam romantis dengannya sambil menunggu tengah malam menyambut hari ultahnya yang ke 18 tahun.
Isabel hanya duduk diam di kapal pesiar itu. Matanya menatap jauh di perairan yang berwarna biru. Ia mengenang saat pertama kali bertemu dengan Zidan dan semua yang telah mereka lewati bersama. Tepat pukul 12 malam hari dimana yang seharusnya orang bahagia menyambut hari ulang tahunnya, tak berlaku bagi Isabel yang masih duduk dengan kesedihannya.
“Selamat ulang tahun untuk diriku!” Ucap Isabel berlinang air mata.
“Hah, setiap tahun aku selalu melewati ulang tahunku seperti ini.” Gumam Isabel.
Ponsel Isabel berdering, tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Isabel menjawab ponselnya.
“Isabel, happy birthday!” Seru Caca dan Ferry.
Isabel semakin haru dengan kesedihanya. Air matanya tumpah saat kedua sahabatnya lah yang tidak pernah lupa dengan hari lahirnya itu.
“bel, kenapa kau menangis? Seharusnya kau bahagia ini kan hari ulang tahunmu.” Kata Caca.
“aku….aku merindukan kalian berdua! Hiikss….hhiikkkss.” Sahut Isabel menangis sedih.
“Kami juga rindu padamu, Isabel!” Kata Ferry.
“Jangan menangis lagi, kami akan bernyanyi untukmu.” Kata Caca.
Ferry dan Caca mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Isabel. Isabel menahan tangisnya untuk mendengar kedua sahabatnya yang sedang bernyanyi. Ini kali pertama Isabel merasakan hari ultah yang membuatnya begitu sedih.
Isabel kembali ke hotel dan mengemasi pakaianya lalu pergi ke bandara untuk kembali ke Indonesia. Ia juga sempat mengganti nomor ponselnya agar Zidan tidak bisa menghubunginya lagi.
Zidan tertidur saat menunggu Raisa dirumah sakit hingga pagi. Saat ia bangun ia melihat Raisa yang masih belum sadarkan diri dari operasinya yang ke 4 kali untuk menyelematkan hidupnya itu. Zidan melihat ponselnya dengan panggilan tak terjawab dari Isabel hingga puluhan kali. Jantung Zidan langsung berdebar saat ia baru teringat akan Isabel. Zidan berlari keluar dari ruang rawat Raisa dan mencari Isabel yang memang sebenarnya sudah dalam perjalanan menuju Indonesia. Zidan bergegas kembali ke hotel dan melihat tidak ada satupun pakaian Isabel yang tersisa di dalam lemari.
“Sial! Dia pergi!” Ujar Zidan panik.
Zidan menghubungi ponsel Isabel yang sudah tidak aktif lagi, karena Isabel telah mengganti nomor ponselnya. Zidan menghubungi orang yang menjaga kapal pesiar.
“Apa kau melihat seorang gadis disana?” Tanya Zidan pada penjaga kapal pesiar itu.
“Iya tuan! Gadis itu menangis semalaman.” Sahutnya.
"Tapi sekarang gadis itu sudah pergi." Katanya lagi.
Zidan langsung menutup teleponnya.
“Sial! Aku merusak segalanya! Isabel pasti kecewa padaku.” Gumam Zidan sangat menyesali apa yang ia perbuat kepada Isabel.
“Aku yakin dia pasti kembali ke Itali sekarang! Aku harus cepat kembali ke Itali dan menjelaskan semuanya yang terjadi.” Kata Zidan lagi.
Tiba-tiba ponsel Zidan berdering, ternyata itu telepon dari rumah sakit tempat dimana Raisa dirawat.
“Tuan, nona Raisa sudah sadar!” Kata perawat yang bertugas dirumah sakit itu.
Dengan sekejap Zidan melupakan Isabel dan bergegas menuju kerumah sakit untuk bertemu dengan Raisa. Setibanya disana Zidan melihat Raisa yang masih dalam kondisi lemah terbaring di ranjang rumah sakit.
“Raisa! Akhirnya kau sadar.” Ucap Zidan menggenggam tangan Raisa.
“Zidan.” Ucap Raisa lirih.
“Sssstt, jangan bicara dulu, kau masih lemah! Istirahat lah, aku akan menjagamu disini.” Kata Zidan mengelus pipi Raisa dengan lembut.
Dengan setia Zidan terus menjaga Raisa dirumah sakit tanpa memikirkan bagaimana dengan keadaan Isabel yang telah ia tinggalkan begitu saja. Malam hari, Isabel tiba di Indonesia dengan perjalanan yang menempuh jarak hingga berjam-jam lamanya. Dengan wajah yang murung, Isabel mengetuk pintu rumah tuan Norman. Terlihat bibi Yona yang membukakan pintu untuknya.
“Nona Isabel? Nona kembali?” Ucap bibi Yona terkejut.
“Iya! Aku rindu dengan kakek dan bibi Yona, jadi aku kembali.” Kata Isabel dusta dan berusaha menutupi kesedihannya.
Isabel pun masuk dan beristirahat di kamarnya. Saat melihat sisi ranjangnya ia kembali teringat kepada Zidan yang sering mengganggu dirinya saat mereka sedang berdua di kamar tersebut.
“Mengapa kau begitu bodoh, Isabel! Kenapa kau harus memiliki perasaan pada pria yang jelas-jelas mencintai wanita lain?” Ucap Isabel menangis.
Dua hari setelah Isabel meninggalkan swiss, Zidan menghubungi kediamannya di Itali untuk menanyakan perihal tentang Isabel. Namun kata pelayan disana Isabel tidak kembali kerumah. Zidan semakin panik saat tau kalau Isabel tidak kembali ke Itali.
"Kemana kau pergi, Isabel? Bahkan aku tidak bisa menghubungimu.” Gumam Zidan.
Selama seminggu Isabel hanya berdiam diri di rumah, setelah ia merasa dirinya butuh teman untuk mencurahkan kesedihannya, ia pergi menemui kedua sahabat yang sangat setia padanya. Isabel pun menceritakan apa yang telah ia lalui di swiss.
“Bel, jangan nangis lagi!” Kata Ferry.
“Iya bel, kau tak perlu menangisinya.” Sambung Caca.
“Kenapa aku harus merasakan perasaaan yang sepahit ini pada cinta pertamaku, Ca?” Ucap Isabel dengan kesedihannya.
“Om Zidan adalah cinta pertama untukku!” sambung Isabel lagi.
“Lupakanlah dia!” Kata Caca.
“Jika dia tidak mencintaimu, maka tinggalkan dan lupakanlah dia.” Sambung Caca lagi.
“Kau benar, aku akan berusaha untuk melupakan dia!” Kata Isabel.
“Kami berdua ada untukmu, bel! Kami akan membantumu untuk melupakan dia.” Sambung Ferry.
Isabel merasa sedikit ketenangan saat kedua temannya itu sangat setia padanya. Senang susah sedih telah mereka jalani bersama-sama dalam 4 tahun bersahabat.
*****
Beberapa bulan kemudian, Zidan kembali ke Itali dengan membawa Raisa yang kini sudah sembuh total walaupun masih perlu beristirahat. Zidan mengantar Raisa ke rumah yang dulu ia belikan untuk menjadi tempat tinggal Raisa dan Zidan juga membayar beberapa pelayan untuk melayani Raisa.
Zidan kembali kerumahnya dan langsung menuju ke sebuah kamar yang berubah warna menjadi ungu ulah dari seorang gadis yang pernah menghiasi hidupnya sebelum ia bertemu lagi dengan Raisa. Ia melihat ke segala sisi ruang kamar itu, terkenang dengan tawa dan canda Isabel yang masih terngiang di telinganya. Seperti ada perasaan rindu yang mendalam pada saat ia mengenang senyuman manis dari gadis yang sering ia juluki bocah itu.
Zidan berusaha menepis perasaan rindunya kepada Isabel. ia merasa harus fokus kepada Raisa saja. Setelah membersihkan dirinya, ia pergi menuju ruang makan untuk makan malam, saat melintas ruang belajar Isabel, entah mengapa tanganya begitu mudah ingin membuka pintu ruangan itu. Saat membukanya ia kembali teringat akan Isabel yang sedang melakukan aktifitas yang ia sukai di ruang itu.
“Huh, kenapa aku selalu saja memikirkan tentangnya?” Gumam Zidan kesal pada dirinya sendiri.
Zidan pun terus melangkahkan kakinya ke ruang dapur, makanan telah tersaji di meja dengan makanan ala Itali yang biasa ia makan. Namun entah mengapa saat itu ia teringat akan masakan Isabel yang pernah ia makan dengan lahap. Kesal akan bayangan Isabel yang bermain di pikirannya, Zidan menghancurkan semua makanan yang tersaji dimeja. Piring dan makanan itu berserakan di lantai.
Zidan kembali keruang kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Tiba-tiba ponselnya berdering.
“Iya, ada apa?” Tanya Zidan dengan nada dinginnya.
“Kak, aku hanya ingin menanyakan kabarmu saja! Apa kau baik-baik saja?” Tanya Balqis.
“Iya, aku baik-baik saja.” Sahut Zidan singkat.
“Eemm, kak, aku merindukanmu! Kapan kau akan mengunjungiku lagi?” Tanya Balqis.
“Nanti kalau aku ada waktu luang aku akan kesana.” Jawab Zidan.
“Eemmm, Balqis!” panggil Zidan ragu-ragu.
“Iya kak, ada apa?” sahut Balqis.
“Tidak, tidak ada apa-apa! Sudah dulu ya.” Kata Zidan langsung memutuskan sambungan teleponnya.
“Aku tak mungkin bertanya tentang Isabel padanya, nanti kalau Balqis tau semuanya pasti akan menjadi runyam.” Gumam Zidan dalam hatinya.
Disisi Balqis.
“Ferry tidak berkata bohong pada kita, Abrar! Isabel dan kak Zidan sedang ada masalah.” Kata Balqis.
“Kau benar! Namun kita tidak boleh gegabah dalam masalah ini, kita harus mencari cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini." Sahut Abrar memikirkan cara agar Isabel dan Zidan kembali bersama.
Ternyata Balqis dan Abrar telah tau masalah yang sedang di hadapi oleh Zidan dan Isabel dari Ferry yang kini telah menjadi adik angkat dari Abrar. Abrar menyukai sikap Ferry yang setia kawan dan juga baik hati. Karena Abrar tidak memiliki saudara kandung, maka selain Rudi sang asisten, Abrar juga menganggap Ferry seperti adiknya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Dewi Sinta
Mnurutku ibunya Salah cwekny selingkuh gk bilang
2020-06-02
0
Triisnaa Rahayyu
siapa yg kupas bawang disini.. dasar zidan. gk punya perasaan bgt. masa iya istrinya pergi gk dicari
2020-03-02
4
annin
pelakor masih eksis aja ya thor...bikin gemezzzz....dech
2020-02-01
3