Dengan penuh amarah Vani melemparkan setiap benda yang ada didalam kamarnya. Ia bahkan menghancurkan cermin riasnya dengan melemparkan benda yang tebuat dari batu yang terpajang menghiasai kamarnya.
“Kurang ajar! Apa mata si Zidan itu buta, hah? Kenapa Zidan tidak melihatku dan malah memilih Isabel untuk menjadi istrinya? Aaarrrgghhh!” Teriak Vani penuh dengan kekesalan karena Zidan menolak menikah dengannya.
“Nona, nona Vani tenanglah!” Ucap Inggrid pelayan setianya itu.
“Aku sangat membenci Isabel! kenapa dia harus pulang dan berlibur disini? Dan kenapa ibu bisa melahirkan dia kedunia ini!” teriak Vani lagi sambil melemparkan benda-benda yang ada di kamarnya.
Ppprraaanggg…………
Suara pecahan kaca dari dalam kamar Vani yang terdengar oleh Luisa saat melintasi ruangan itu.
Dengan kebiasaan buruknya itu, Luisa langsung menguping dari balik pintu.
“Nona, tenanglah! Kau bisa melukai dirimu dengan serpihan kaca yang pecah itu.” Kata Inggrid mencoba untuk menenangkan Vani.
“Ingin rasanya aku mencoreng wajah cantiknya Isabel dengan pecahan kaca ini! Awas saja kau Isabel, kau tidak akan menang dariku!” Ujar Vani penuh dendam kepada adik bungsunya itu.
“Hahaha, ternyata kak Vani menyukai tuan Zidan! Hihihi, ini pasti akan sangat menarik.” Gumam Luisa yang terus menguping dari balik pintu kamar Vani.
Didalam kamarnya Isabel langsung lemas saat teringat perkataan Zidan di ruang tamu tadi. Ucapan Zidan seakan bermain-main di telinganya meskipun ia berusaha menutup rapat telinganya dengan kedua telapak tanganya.
“Aaarrrgghhh! Kenapa kau malah mempersulitku om sinting?” Teriak Isabel sangat kesal pada Zidan.
“Aku harus cari cara agar om sinting itu, tidak menikah denganku!” Kata Isabel mondar-mandir mencari ide.
Selama berjam-jam ia berfikir, namun tak menemukan ide apapun, hingga akhirnya Isabelpun menjadi semakin kesal.
“Aaarrrgghhh! Setan apa yang merasuki dirimu, om sinting? Kenapa kau malah memilihku?” Teriak Isabel lagi kehabisan akal di dalam kamarnya.
Keesokan paginya saat sedang sarapan bersama, Luisa memperhatikan tampang kedua saudaranya yang aneh pagi itu. Vani dengan mata bengkak dan wajah sembab menatap Isabel dengan kesal. Sementara Isabel bertampang bagaikan Zombie dengan kantung mata yang menghitam akibat tidak bisa tidur memikirkan jalan keluar agar tak menikah dengan Zidan.
“Kak, apa kau masih bersimpati pada Isabel setelah tuan Zidan memilihnya untuk menjadi istri?” Bisik Luisa yang megolok-olok Vani.
“Diam kau!” Bentak Vani sambil membantingkan sendok diatas piring membuat Isabel membelalakan matanya karena kaget.
“Isabel, mulai sekarang kau harus tetap tinggal dirumah ini sampai hari pernikahanmu.” Kata Aftur.
“Tapi ayah, bagaimana dengan sekolahku? Aku hanya libur 2 minggu!” Sahut Isabel.
“Jangan membantahku! Biar aku yang mengurus semuanya.” BentakAftur yang membuat Isabel tak berkutik.
Vani semakin kesal mendengar pernikahan Isabel dan Zidan akan di laksanakan dalam kurun waktu yang sangat dekat. Sambil bangkit dari kursi makannya, Vani dengan sengaja menyenggol gelas hingga jatuh kelantai dan pecah.
“Vani, apa kau sudah selesai sarapan? Mengapa kau tidak makan apapun dari tadi?” Tanya Aftur pada anak kesayangannya itu.
“Aku tidak selera sedikit pun.” Sahut Vani dengan ketus dan beranjak pergi ke kampus.
“Ayah, ini semua gara-gara Isabel! Kak Vani menyukai tuan Zidan, tapi Isabel malah mencoba merayunya makanya Zidan memilih dia untuk menjadi istrinya.” Kata Luisa mengompori Aftur.
“Isabel, apa benar yang dikatakan oleh Luisa?” Teriak Aftur marah.
“Untuk apa aku merayu tuan Zidan, sedangkan aku sangat tidak ingin menikah denganya! Luisa, mulutmu memang sangat tajam dan suka mengadu domba orang.” Teriak Isabel begitu kesal pada kakaknya tersebut.
“Isabel! apa yang kau lakukan pada kakakmu, hah? Jangan berteriak padanya! ” teriak Dania marah pada Isabel dan membela Luisa.
“Beraninya kau berteriak padaku!” Teriak Luisa kesal pada Isabel.
Luisa ingin menyerang Isabel, namun Isabel yang telah banyak menguasai jurus taekwondo yang di pelajarinya disekolah, berhasil mengelak dan Luisa malah jatuh tersungkur dengan bibir yang terbentur lantai.
“Ibu, bibirku berdarah!” Teriak Luisa sambil memegang bibirnya yang terluka akibat terbentur lantai.
“Rasakan karma yang kau dapat karena mengadu domba orang.” Ujar Isabel pada Luisa.
“Sudah hentikan!” Teriak Aftur kesal kepada kedua anaknya tersebut.
“Isabel, cepat masuk ke kamarmu! Dania cepat obati luka Luisa.” Perintah Aftur begitu pusing menghadapi putri-putrinya yang tidak pernah akur.
Dania mengobati luka dibibir Luisa di kamarnya, namun Dania bingung dengan kondisi anak kesayanganya tersebut. Karena Luisa mengaku tengah hamil, tapi saat jatuh tadi tidak ada terjadi apapun pada kehamilannya.
“Luisa, jawab pertanyaan ibu dengan jujur! Apa kau benar-benar sedang hamil?” Tanya Dania.
“I..iya!” Jawab Luisa gugup.
“Kalau kau memang sedang hamil, mengapa tidak terjadi apa-apa saat kau jatuh tadi, hah? Apa kau mencoba membodohi ibu?” Teriak Dania kesal.
“Iiya! Aku bohong soal kehamilanku! Aku tidak mau menikah dengan tuan Zidan itu.” Sahut Luisa akhirnya mengakui kebohongannya.
“Kenapa?” Tanya Dania.
“Aku memiliki kekasih di sekolahku.” Sahut Luisa.
“Dasar kau anak bodoh! Ibu pikir kau benar hamil, membuatku resah saja.” Kata Dania kesal kepada Luisa.
“Ibu, ayo kita berbelanja! Kemarin aku melihat gaun yang indah di toko langganan kita.” Rayu Luisa pada ibunya.
“Iya, nanti kita pergi berbelanja.” Sahut Dania.
“Yes! Ibu memang paling baik!” Seru Luisa senang.
Siang harinya Isabel bergegas akan keluar rumah, namun saat dia hendak melewati gerbang rumahnya, ia dihadang oleh beberapa penjaga dirumahnya.
“Menyingkirlah! Aku sedang tidak ingin menghajar kalian.” Ucap Isabel pada penjaga yang menjaga pintu gerbang rumahnya tersebut.
“maaf nona, tapi tuan Aftur melarangmu untuk keluar rumah sampai hari pernikahanmu.” Sahut salah seorang penjaga itu.
“Tapi aku ada keperluan diluar!” Kata Isabel kesal.
“Maaf nona, kami…..
Tak ingin mendengar ucapan panjang lebar dari para penjaga tersebut, Isabel langsung lari namun penjaga tersebut menghalanginya dan terjadilah perkelahian antara Isabel dengan dua orang penjaga tersebut. Isabel yang telah banyak mendapatkan gelar kejuaraan dari taekwondo sejak SMP, menghajar kelima penjaga itu dengan jurus-jurus yang mematikan. Tidak butuh waktu yang lama untuknya melumpuhkan kelima penjaga tersebut. Semuanya terkapar tak berdaya di hajar oleh Isabel.
Zidan yang hendak menjemput Isabel untuk membeli persiapan pernikahan, melihat semua adegan yang terjadi di depan pintu pagar rumah. Zidan melihat aksi Isabel melumpuhkan satu persatu penjaga yang menghalanginya tersebut.
“Dia itu perempuan apa laki-laki sih? Aku jadi meragukannya.” Gumam Zidan menatap Isabel yang ngos-ngosan setelah berkelahi.
Setelah melumpuhkan kedua penjaga tersebut, Isabel langsung bergegas keluar dan hendak pergi. Namun ada suara panggilan yang menghentikan langkahnya.
“Hei, bocah! Mau kemana kau?” Panggil Zidan pada Isabel dari dalam mobilnya.
“Hah, ini dia om sinting! Tanpa dicari dia malah datang sendiri.” Gumam Isabel menatap Zidan kesal.
“Ayo masuk!” perintah Zidan pada Isabel untuk masuk ke dalam mobilnya.
Dengan segera Isabel pun masuk dan duduk di samping Zidan.
“Jalan!” Perintah Zidan pada supir pribadinya.
Mobilpun melaju menuju tempat yang sudah Zidan katakan pada supirnya.
“Om, kau mau bawa aku kemana?” Tanya Isabel pada Zidan.
“Diamlah!” Sahut Zidan.
“Om, kenapa kau selalu mempersulitku, hah?” Teriak Isabel pada Zidan.
“Apa maksudmu?” Tanya Zidan pura-pura bodoh.
“Kenapa kau malah memilihku kemarin? Jelas-jelas yang akan dijodohkan denganmu itu kak Vani, bukan aku!” Ujar Isabel kesal.
“Hei, apa kau lupa saat kita berada di lorong sempit beberapa hari yang lalu? Kau sendiri yang bilang kalau kau akan dinikahkan, kenapa bisa jadi Vani?” Sahut Zidan.
“Apa? Jadi waktu itu kau sudah tau kalau sebenarnya aku yang akan dinikahkan denganmu?” Tanya Isabel kaget.
“Yap!” Sahut Zidan cuek.
“Kurang ajar kau, om sinting!” Teriak Isabel mengumpat Zidan.
“Apa? Kau bilang aku sinting? Apa kau ingin mati, hah?” Teriak Zidan kesal.
“Iya, lebih baik aku mati daripada menikah dengan om-om pedofil sepertimu!” Teriak Isabel dongkol.
Supir yang mengendarai mobilnya akhirnya tertawa karena tak dapat lagi menahan tawanya saat ia mendengar Isabel mengatakan Zidan pedofil.
“Supir, apa kau ingin mati, hah?” Ancam Zidan menakuti supir pribadinya.
“Ampun,tuan! Ppfftt……..” Sahut supir itu sambil menahan tawanya.
“Hei, bocah ingusan! Dengarkan aku baik-baik, kau pikir aku mau apa menikah denganmu? Kalau bukan karena perjanjian konyol diantara kedua keluarga kita aku juga tidak tertarik dengan gadis bodoh sepertimu.” Kata Zidan melukai hati Isabel dengan perkataan gadis bodoh.
Tak mau membalas ucapan Zidan, Isabel langsung menangis karena sedih.
“Semua orang mengatakan aku bodoh! Ayah mengatakan kalau aku anak yang bodoh, ibu juga, kak Vani dan kak Luisa juga sering mengatakan aku bodoh! Sebenarnya aku bukan anak yang bodoh, aku hanya tidak suka belajar saja!” Jerit Isabel dalam hatinya sambil menangis sedih.
“Hei, kenapa kau menangis?” Tanya Zidan bingung.
“Turunkan aku disini!” Kata Isabel terus menangis.
“Tidak! Kau harus ikut denganku membeli gaun pengantin dan cincin pernikahan.” Sahut Zidan.
“Aku bilang, turunkan aku disini!” Teriak Isabel penuh luapan amarah dan linangan air mata menatap Zidan.
Zidan kaget saat melihat reaksi Isabel yang tak pernah terduga menatapnya dengan marah dan linangan air mata. Sekesal-kesalnya Isabel saat bersamanya, namun tidak seperti saat ini. wajah Isabel sangat menyeramkan.
Zidan pun akhirnya menurunkan Isabel di pinggir jalan. Isabel langsung keluar dengan membanting pintu mobil dengan keras. Mobil Zidan langsung melaju, namun Zidan masih dapat melihat Isabel yang sedang berjongkok sambil menangis sejadi-jadinya di pinggir jalan itu.
“Kenapa dia begitu sedih? Apa perkataanku tadi terlalu menyakitkan hatinya?” Zidan bertanya-tanya dalam hatinya saat melihat Isabel dari spion mobilnya.
“Aaarrgghh, bukan urusanku!” Gumam Zidan tak mau ambil pusing.
Isabel menenangkan dirinya di taman kota sambil duduk di bangku taman tersebut.
“Mengapa hal sepele itu membuatku tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuaku? Di dalam hatiku, aku sangat ingin ibu dan ayah menyayangiku seperti mereka menyayangi kak Vani dan kak Luisa!” Kata Isabel dengan linangan air matanya.
“Karena kejadian itu, mereka tega menjauhiku dan bahkan mereka selalu mengatakan kalau aku anak yang bodoh!” Katanya lagi menagis sendirian di taman itu.
Flashback on
Saat Isabel dan Luisa duduk di kelas 1 SMP
“Anak-anak, hasil ulangan matematika dan Fisika kalian sudah keluar! Ibu akan membagikannya satu persatu pada kalian.” Kata Ibu wali kelas Isabel dan Luisa.
Karena Luisa dan Isabel berjarak hanya setahun, maka orang tua mereka mendaftarkan sekolah mereka secara bersamaan. Hingga Luisa dan Isabel duduk di kelas yang sama. Ibu wali kelas membagikan hasil ulangan dengan memanggil nama mereka satu persatu. Hingga tiba nama Isabel disebut.
“Isabel! Lagi-lagi kau berhasil mendapat nilai tertinggi di kelas.” Kata wali kelasnya.
“Terima kasih, bu.” Ucap Isabel.
Wali kelaspun menyebutkan nama Luisa dan memberikan hasil ujian milik Luisa.
“Luisa, nilaimu sudah cukup, namun kau harus banyak berlatihh dan contohlah saudaramu Isabel, dia sangat pintar di kelas ini.” Kata wali kelas itu membuat Luisa kesal pada Isabel.
Luisa sangat iri dengan apa yang dimiliki oleh Isabel. Ia sangat benci jika ada yang membanding-bandingkan dirinya dengan Isabel. Apa lagi saat ia melihat Ibu dan ayah selalu menyanjungnya dirumah, Luisa sangat marah.
Hingga saat jam istirahat, Luisa menukar hasil ujiannya dengan milik Isabel. Luisa menghapus nama Isabel dan menuliskan namanya pada lembar hasil ulangan tersebut.
“Setelah ini, ayah dan ibu pasti akan membencimu, Isabel.” Kata Luisa dengan prilaku curangnya itu.
Sekolah pun berakhir, Luisa dan Isabel pulang dengan mobil yang menjemput mereka seperti biasa.
“Ayah, ibu, lihatlah aku mendapat nilai terbaik dikelas.” Ucap Luisa.
“Benarkah? Coba ayah lihat.” Sahut Aftur.
“Wah, kau sangat hebat Luisa!” Ucap Dania.
“Bagaimana dengan anak kesayangan ayah ini? Mana hasil ujianmu?” Tanya Aftur pada Isabel.
Isabel pun memberikan hasil ujiannya yang sudah di tukar oleh Luisa tanpa sepengetahuannya.
“Isabel! Kenapa kau mendapatkan hasil ujian yang seperti ini, hah?” Teriak Aftur marah.
“Tapi ayah, kata wali kelas aku mendapatkan nilai tertinggi di kelas.” Ucap Isabel.
“Apanya nilai tertinggi? Hasil ujianmu cuma dapat nilai 60 saja.” Kata Aftur kesal.
“Tapi tadi aku dapat nilai 100 ayah!” Kata Isabel mengatakan yang sejujurnya pada Aftur.
“Dasar pembohong! Apa kau mencoba membohongi kami..??” Ujar Dania ikut marah pada Isabel.
“Tapi aku tidak bohong! Tadi nilaiku matematika dan fisika ku 100.” Sahut Isabel.
“Dasar anak kurang ajar, sudah mendapat nilai yang buruk kau malah mau berbohong pada orang tuamu! Kau harus dikurung di gudang agar kau tau kesalahanmu.” Ujar Aftur menarik tangan Isabel.
Isabel pun menangis ketakutan dikurung di dalam gudang gelap yang penuh dengan debu itu. Di ruang keluarga Luisa terus memfitnah Isabel kepada orang tuanya.
“Sebenarnya selama ini, Isabel sudah berbohong dengan nilai-nilainya itu! Nilai 100 itu hasil ulanganku ayah, Isabel menukar nilai jeleknya dengan nilai ku.” Kata Luisa memutar balikkan fakta.
“Ayahkan tau sendiri, Isabel kan tidak pernah belajar dirumah, mana mungkin dia akan mendapatkan nilai 100 pada hasil ulanganya.” Sambung Luisa lagi.
“Jadi kenapa selama ini kau diam saja?” Tanya Aftur.
“Aku takut, ayah akan memukulnya, jadi aku diam saja. Aku tidak mau ayah menyakiti adikku!” Sahut Luisa dengan pintarnya berbohong.
“Oh, Luisa! Kau anak yang baik.” Ucap Diana memeluk Luisa dengan penuh kasih sayang.
Semenjak kejadian itu, Isabel tidak pernah mendapatkan perhatian lagi dari kedua orang tuanya.mIsabel sangat kesepian karena merasa tak ada yang menyayanginya. Luisa terus mencurangi hasil ulanganya sehingga membuat tuan Aftur marah besar pada Isabel dan mengirimnya untuk bersekolah di Indonesia dan tinggal bersama kakeknya.
Flashback Off
Di kursi taman kota, Isabel terus menangis mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Ia menyadari kalau Luisa lah penyebab dirinya tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya lagi.
“Sudah sore, lebih baik aku pulang atau ayah akan memarahi aku nanti.” Gumam Isabel melangkahkan kakinya meninggalkan taman itu.
Saat Isabel tiba dirumahnya, ia langsung masuk kedalam kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk itu. Isabel menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong.
“Hei, bocah! Jam segini baru kembali. Dari mana saja kau?” Ucap Zidan yang menatapnya dari sudut ruang kamar.
“Aaarrrgghhh! Kenapa kau ada dikamarku, hah?” Teriak Isabel kaget karena Zidan berada di dalam kamarnya.
“Aku menunggumu dari tadi! Darimana saja kau sampai sore begini baru pulang? Dasar liar!” Ujar Zidan melangkahkan kakinya dan duduk di meja rias milik Isabel.
“Bukan urusanmu! Pergi sana.” Kata Isabel mengusir Zidan.
“Ini, coba gaun pengantin yang sudah aku beli tadi.” Kata Zidan sambil melemparkan kotak besar pada Isabel.
“Aku tidak mau mencobanya, aku tidak mau menikah dengan om-om sinting sepertimu!” Sahut Isabel.
“Jangan buat aku kesal, cepat pakai!” Bentak Zidan.
“Tidak! Dasar kau pedofil sinting.” Teriak Isabel.
Terjadilah peperangan sengit diantara mereka berdua hanya karena mencoba gaun pengantin yang sudah di beli oleh Zidan untuk Isabel. Zidan terus memaksa Isabel untuk mencoba gaun pengantin itu. Zidan menarik paksa baju Isabel agar terlepas dari tubuhnya, namun bukannya terlepas Zidan malah merobek pakaian Isabel.
“Dasar kau pedofil bodoh! Apa yang kau lakukan, hah? Kau merobek bajuku.” Teriak Isabel kesal pada Zidan.
“Kau sendiri yang salah, tidak mau menurut padaku.” Balas Zidan balik kesal.
“Cepat coba gaun itu, atau aku akan merobek semua pakaian yang ada ditubuhmu itu.” Ancam Zidan pada Isabel.
Dengan terpaksa bercampur kesal Isabel mencoba gaun pengantin yang di beli Zidan untuknya. Tak lama kemudian, Isabel keluar dari kamar mandi dengan mengenakan gaun pengantin tersebut.
“Hei, om lihat nih!” Ucap Isabel pada Zidan.
Zidan pun menoleh dan melihat betapa cantiknya Isabel mengenakan gaun pengantin yang pas ditubuhnya.
“Sial, manis sekali dia!” Gumam Zidan dalam hatinya dengan pipi merah merona ketika menatap Isabel yang menggunakan gaun pengantin tersebut.
Lama Zidan menatap Isabel dengan gaun pengantin berwarna putih itu.
“Hei, om! Sudah siap menatapnya? Apa aku secantik Angelina Jolie sehingga hidungmu mimisan saat menatapku?” Kata Isabel yang membuat Zidan memalingkan wajahnya.
“Cantik, tapi tetap saja dia bocah ingusan!” Gumam Zidan.
“Apa?” Tanya Isabel kurang jelas mendengar ucapan Zidan.
“Sudahlah, aku mau pulang!” Kata Zidan melangkah keluar dari kamar Isabel.
“Pergi keneraka saja sana sekalian!” Ujar Isabel kesal pada Zidan.
Isabel melihat dirinya yang masih menggunakan gaun pengantin itu di cermin.
“Aku baru sadar, ternyata aku cantik juga, hehehe.” Ucap Isabel bergaya bak model di depan cermin.
Setelah lelah bergaya di depan cermin, Isabel teringat pernikahannya yang sebentar lagi akan dilangsungkan.
Ia langsung duduk lemas di sisi ranjangnya.
“Hah, bagaimana dengan nasibku sekarang? Tidak ada yang perduli denganku!” Kata Isabel bersedih lagi.
Saat Zidan akan keluar dari rumah tuan Aftur, ia berselisih dengan Vani.
“Kak Zidan, apa kau sudah lama datang kesini?” Sapa Vani menatap Zidan.
Tanpa menjawab dan menghiraukan Vani, Zidan melewatinya bagaikan angin dan langsung masuk kedalam mobil. Mobil Zidan melaju dengan kencang meninggalkan kediaman tuan Aftur.
“Sialan kau Isabel! Karena kehadiranmu disini, aku kehilangan kesempatan emasku mendapatkan pria berpengaruh di Negara ini.” Umpat Vani mengepalkan tangannya dengan kesal.
Kepulangan Vani disambut oleh pelayan setianya yang telah menguping pembicaraan Zidan dan Isabel di kamar tadi.
“Nona, tadi tuan Zidan datang kesini membawa gaun pengantin untuk nona Isabel.” Kata Inggrid pada Vani.
“Apa? Gaun pengantin?” Ucap Vani terkejut sekaligus dengki.
“Iya, terus tuan Zidan dan nona Isabel berdua-duaan di kamarnya nona Isabel! Sepertinya nona Isabel itu pintar merayu tuan Zidan.” kata Inggrid membuat Vani panas.
“Kurang ajar! Lihat apa yang akan aku lakukan pada gaun pengantin sialan itu.” Ujar Vani merencanakan sesuatu.
Saat Isabel sedang mandi, Inggrid masuk dan mengambil kotak berisi gaun pengantin yang diberikan oleh Zidan untuk Isabel. Inggrid langsung membawa kotak itu kepada Vani yang sudah menunggu di kamar dengan memegang sebuah gunting di tanganya.
“Nona, ini gaunnya!” Kata Inggrid pada Vani.
Vani membukanya dan melihat gaun tersebut, namun seketika ia ingin mencoba memakainya.
Saat ia mulai memakainnya, gaun itu ternyata terlalu sempit di tubuhnya karena ukuran tubuhnya lebih besar dari Isabel. Dengan sangat kesal ia pun melempar gaun itu dan menginjak-injaknya.
“nona, kenapa kau tidak merusaknya saja dengan gunting ini.” Kata Inggrid tak kalah jahatnya.
“Kau benar juga! Hahaha.” Sahut Vani tertawa jahat.
Vani dan Inggrid pun sangat senang merusak dan menggunting gaun tersebut hingga tidak bisa digunakan lagi. Setelah pusa merusak gaun tersebut, Inggrid meletakkan gaun itu kedalam kotaknya lagi dan mengembalikannya ke dalam kamar Isabel. Saat Isabel selesai mandi dan masih menggunakan handuk di tubuhnya, ia melihat posisi kotak gaun itu bergeser. Isabel pun curiga dengan posisi kotak tersebut dan mengecek gaun itu.
“Benar dugaanku, gaun ini pasti dirusak oleh seseorang yang ada disini! sudah pasti ini ulah kedua kakakku.” Gumam Isabel.
*****
Keesokan harinya Isabel mendatangi kantor Zidan dengan membawa kotak berisi gaun pengantin yang sudah rusak itu.
“ini dia kantornya! Tak ku sangka aku akan menjadi istri om-om tua yang kaya raya di negeri ini.” Gumam Isabel melihat gedung tinggi di hadapannya.
Isabel kebingungan dimana ruangan Zidan, karena ia memang tak pernah masuk kedalam kantor itu. Ia pun bertanya pada seorang pegawai resepsionis di kantor itu.
“Halo, Aku ingin bertemu dengan tuan Zidan.” Kata Isabel.
“Apa kau sudah buat janji?” Tanya resepsionis itu.
“Belum, tapi apa aku bisa bertemu denganny?” Kata Isabel.
“Ada keperluan apa?” Tanya resepsionis itu lagi.
“Aduh, ingin sekali aku menonjok si nenek lampir ini!” Ucap Isabel dalam hatinya menatap wanita resepsionis.
“Hehehe, masalah pribadi!” Sahut Isabel menahan kesalnya.
Saat Isabel sedang di introgasi oleh si resepsionis nenek lampir itu, Zidan baru saja keluar dari lift dan melihat Isabel berdiri memegang sebuah kotak yang tak asing dimatanya.
“Eh, bukannya itu si bocah ingusan! Mau apa dia kesini?” Gumam Zidan dalam hatinya.
Zidan langsung menghampiri Isabel yang berdiri bagaikan patung menghiasi gedung kantor itu. Tanpa berkata apapun, Zidan menarik tangan Isabel dan menyeretnya masuk kedalam lift menuju keruangan kerjanya di lantai atas. Didalam ruangan Zidan itu ternyata ada seorang sekretaris Zidan bernama Leo. Sekretaris itu sangat tampan, Isabel sangat terpesona saat Leo tersenyum padanya.
“Hei, bocah! Apa kau tidak pernah lihat wajah pria tampan?” Kata Zidan membuyarkan pikiran Isabel.
“Huh, kau ini mengganggu khayalanku saja!” sahut Isabel sewot pada Zidan.
Leo kaget dan langsung tertawa saat mendengar Isabel memanggil Zidan Om.
“Hahaha, dia panggil kau dengan sebutan om.” Kata Leo terkekeh geli.
“Diam! Apa kau ingin aku tendang dari kantor ini, hah? Lanjutkan pekerjaanmu!” Teriak Zidan kesal pada Leo.
“Iya, baiklah..” Sahut Leo duduk sambil menyusun kertas-kertas di meja.
“Cepat katakan, ada keperluan apa kau kesini?” Tanya Zidan.
“Gaunnya rusak!” Kata Isabel menyerahkan kotak gaun pengantin itu pada Zidan.
Zidan pun membukanya dan melihat kondisi gaun yang mengenaskan itu.
“Kenapa kau merusak gaun ini, hah?” Teriak Zidan kesal pada Isabel.
“Bukan aku yang merusaknya, om!” Sahut Isabel.
“Lantas siapa?” Tanya Zidan.
“Mana aku tau! Saat aku tinggal pergi mandi tiba-tiba gaunnya sudah rusak.” Jawab Isabel.
“Dasar kau bocah, banyak alasan! Mengaku saja kalau memang kau yang merusak gaun ini.” Teriak Zidan lagi.
“Sudah aku bilang bukan aku yang merusak gaun ini, ngeyel banget sih.” Balas Isabel ikutan kesal.
“Aku tidak mau tau kau harus bertanggung jawab atas gaun ini.” Kata Zidan.
“Tidak! Bukan aku yang buat untuk apa aku bertanggung jawab?” Sahut Isabel.
“Dasar kau!” Ucap Zidan geram dan mencubit pipi Isabel.
“Aduh!” Teriak Isabel kesakitan.
“Beraninya kau mencubit pipiku, om sinting!” Teriak Isabel kesal pada Zidan.
“Lihat apa yang akan aku lakukan pada ruang kantormu ini.” Sambung Isabel langsung mengobrak-abrik seisi ruang kantor Zidan.
Isabel juga menghamburkan kertas-kertas penting yang sudah disusun Leo di meja itu. Zidan dan Leo hanya tercengang melihat amukan gadis belia yang kesal karena pipinya di cubit.
“Hah…hah..hah, aku sudah puas menghancurkan ruangan kantormu!” Kata Isabel ngos-ngosan.
“Bye, aku mau pulang! Hhmmmppppp.” Sambung Isabel lagi.
Isabel langsung pergi berlari menuju lift, sedangkan Zidan berusaha mengejarnya namun terlambat pintu lift sudah tertutup. Isabel juga sempat menjulurkan lidahnya kepada Zidan saat itu.
“Dasar bocah sialan, kau Isabel!” Teriak Zidan sangat kesal pada Isabel.
Zidan kembali keruangannya dan melihat seisi ruangannya berantakan akibat ulah Isabel yang kesal padanya.
“Aku rasa gadis tadi tidak berbohong padamu.” Kata Leo yang sudah seperti sahabat bagi Zidan.
“Diamlah, aku sudah tau!” Sahut Zidan masih kesal.
“Tau darimana kau?” Tanya Leo.
“Aku tau, ini pasti kerjaan Vani kakak sulungnya! Dia kesal karena aku menolak dirinya dan memilih Isabel menjadi istriku.” Jawab Zidan.
“Hehehe, semoga kau tidak mati karena darah tinggi menghadapi gadis cantik tadi setelah ia menjadi istrimu nanti.” Kata Leo terkekeh geli.
Zidan menanggapi perkataan Leo hanya dengan menghela nafas panjang.
Zidan pun menyuruh OB untuk merapikan ruanganya yang berantakan ulah Isabel tadi. Sementara itu Zidan pergi untuk makan siang, namun ia tidak mengizinkan Leo ikut bersamanya makan siang karena ia menyuruh Leo untuk menyusun kertas-kertas penting yang berhamburan di lantai.
“Kejamnya kau padaku, Zidan!” Teriak Leo kesal pada Zidan.
Zidan yang tak perduli menindas Leo, langsung pergi menuju restoran langganannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Umi Salsabilla
seruuuu berasa lg nonton tom n jerry
2020-09-30
0
༊⃝𖥯💜_Torabica_💜
bgaikan tom&jeri 🤣🤣🤣🤣
2020-06-18
1
sky
sabar ya leo. nasibmu seperti rudi 😂😂😂😂
2020-04-26
2