SAH MENJADI SUAMI ISTRI

Sehari sebelum hari pernikahan, kakeknya Isabel yaitu tuan Norman tiba di kediaman tuan Aftur menantunya itu. Ketiga cucunya menyambut kedatangannya dengan bahagia.

Yang paling bahagia saat kedatanganya adalah Isabel yang sangat dekat denganya.

“Kakek, aku merindukanmu.” Ucap Isabel dengan isakan tangisnya.

“Kakek juga sangat merindukanmu, nak!” Sahut tuan Norman memeluknya.

“Isabel kesayanganku, aku ingin bicara empat mata denganmu.” Bisik tuan Norman pada Isabel.

Isabel pun mengajak kakeknya ke kamarnya.

“Ada apa kek?” Tanya Isabel.

“Apa kau benar-benar akan menikah besok?” Tanya tuan Norman.

“Hhhiikkss…..hhiikksss….., kakek aku sangat ingin pernikahan ini tidak terjadi.” Sahut Isabel menangis.

“Lantas kenapa kau setuju?” Tanya tuan Norman lagi pada cucunya.

“Ayah memaksaku! Aku harus bagaimana? Om sinting itu malah memilihku saat kak Vina yang akan menikah dengannya.” Ujar Isabel frustasi.

“Kau bilang om sinting? Apa itu pria yang dulu pernah kau ceritakan pada kakek?” Tanya tuan Norman.

“Iya! Aku frsutasi, kek." Kata Isabel.

“Apa ini kebetulan atau memang sudah ditakdirkan? Kenapa malah pria itu yang menjadi suaminya? Aaarrrggghh! Buat aku bertambah pusing saja.” Pikir tuan Norman dalam hatinya.

“Isabel, tenang! Mungkin dia jodohmu?” Ucap tuan Norman menggoda cucunya.

“Kakek, kakek menyebalkan! Selalu saja meledekku.” teriak Isabel kesal.

Tuan Norman hanya tertawa melihat Isabel cucu kesayangannya itu kesal padanya.

Malam harinya Isabel tidak bisa tidur, ia sangat mencamaskan nasibnya setelah menikah dengan Zidan nantinya.

Tring….

“Belbel! Kau pasti sedang gugupkan menanti saat menikah denganku? Hehehe.” Tulis Zidan pada chat yang dikirim kepada Isabel.

“Apa kau selalu membuang waktumu untuk menggangguku saja, hah?” Balas Isabel.

“Ppffttt, dia kesal!” Gumam Zidan membaca balasan chat dari Isabel.

“Hei, bocah! Aku rindu sekali ingin mencubit pipimu yang menggemaskan itu!" Balas Zidan lagi.

“Dasar pengganggu!" Balas Isabel.

“Hahaha” Zidan tertawa jungkir balik di ranjangnya saat membaca balasan dari Isabel.

“Asik juga gangguin si bocah ingusan ini! Setressku  jadi hilang!" Kata Zidan terkekeh senang.

Pesta pernikahanpun di laksanakan secara megah dan mewah.

Semua kerabat dan sahabat telah hadir memenuhi ruang pesta pernikahan Zidan dan Isabel.

Clara menangis sangking terharunya melihat Zidan duduk bersanding dengan Isabel.

“Apaan sih, lebay banget!” Gumam Balqis melihat Clara.

“Kakakku akhirnya menikah, walaupun jadi pedofil!” Ucap Clara mengelap air matanya dengan tissu.

“Hei, apa kalian melihat tampang kedua pengantin itu? Tampang mereka menyedihkan sekali." Ucap Luky pada semua sahabatnya yang menghadiri acara pesta pernikahan Zidan dan Isabel.

“Baru kali ini aku melihat pasangan pengantin yang tak mau tersenyum saat bersanding di pelaminana." Sahut Abrar.

“Hei, kau pikir aku tersenyum saat menikah denganmu?” Ujar Balqis pada Abrar.

“Dulu kau sangat jual mahal padaku, maka dari itu kau tidak mau tersenyum di acara pernikahan kita! Tapi akhirnya kau jatuh cinta juga padaku." Sahut Abrar sambil cengengsan menatap Balqis.

“Diamlah,pasutri konyol! Kalian selalu ribut dimanapun.” Ujar Clara kesal pada Abrar dan juga Balqis.

“Walaupun kami sering ribut, tapi kami saling mencintai!” Seru Balqis dan Abrar saling berpelukan.

“Dasar gila!” Umpat Clara dengan pandangan jijik kepada Balqis dan Abrar.

Pengantin yang duduk dipelaminan.

“Hah, aku sangat bosan, om!” Ucap Isabel pada Zidan.

“Kau pikir kau saja yang bosan, aku juga.” Balas Zidan.

“Aku rindu dengan ponselku.” Kata Isabel.

“Sedang di pelaminan, mana boleh pegang ponsel, tak sopan dengan tamu.” Ujar Zidan.

“Tapi aku bosan, aku mau main game!” Kata Isabel.

“Kau mau main game?” Tanya Zidan.

Isabel balas dengan anggukan.

“Setelah pesta selesai, kita akan bermain game bersama!” Bisik Zidan pada Isabel.

“Game apa? Kau suka main game juga ya om?” Tanya Isabel tak nyambung dengan maksud Zidan.

“Iya! Game dokter-dokteran.” Sahut Zidan.

“Setauku, tak ada game itu!” Ujar Isabel polos.

“Ada, nanti aku yang buat! Aku jadi dokternya, dan kau jadi pasiennya! Aku akan menyuntikmu, belbel.” Ucap Zidan dengan wajah sumringah.

“Dasar idiot! Game gak guna malah di download.” Ujar Isabel yang belum juga paham maksud Zidan.

“Apa kau ini gadis bodoh? Maksudku bukan game online, tapi hubungan suami dan istri.” Teriak Zidan pada Isabel.

“Dasar om mesum.” Teriak Isabel seraya menginjak kaki Zidan.

“Aaarrrggghh! Kakiku.” Teriak Zidan.

“Dasar bocah ingusan kau!” Teriak Zidan lagi mengumpat Isabel yang kini jadi istrinya.

Zidanpun melompat-lompat kesakitan saat kakinya diinjak dengan kuat oleh Isabel yang kesal menahan malu saat Zidan mengatakan hal yang tabu di telinganya.

“Hei, lihat! Zidan dan Isabel mulai akrab.” Kata Romi.

“Hahaha, lucu sekali mereka! Bertengkar di pelaminan.” Sahut Luky.

Mereka pun tertawa saat memperhatikan Zidan dan Isabel yang terlihat tak bisa menahan diri untuk bertengkar saat bersanding di pelaminan, kecuali Vanai yang begitu sangat marah saat melihat Zidan dan Isabel duduk bersanding di pelaminan.

“Seharusnya aku yang menggunakan gaun pengantin itu, dan aku lah yang seharusnya duduk bersanding bersama kak Zidan! Tapi kau telah menghancurkan semuanya saat kau hadir ke Itali, Isabel! Tunggu saja, aku akan membuatmu tak bertahan lama menjadi istri kak Zidan.” Ucap Vani dalam hatinya sambil menggenggam erat gelas hingga pecah dan melukai tangannya.

“Vani, tanganmu terluka, nak." Ucap Dania.

“Kak, kalau kau ingin membalas Isabel, aku akan mendukungmu!” Bisik Luisa pada Vani.

Vani beranjak dari kursinya, dan menuju ketoilet untuk membersihkan lukanya.

“Kira-kira apa yang akan di lakukan oleh kak Vani ya, hehehe ini sangat menarik.” Gumam Luisa terkekeh jahat.

Acara pesta pernikahanpun telah usai, semuanya bergembira dan bahagia melihat Zidan mengkahiri masa jomblonya.

Ibu telah mempersiapkan kamar pengantin di sebuah hotel berbintang untuk Zidan dan Isabel.

Zidan menunggu Isabel untuk membawanya menginap di hotel tersebut, namun setelah dua jam menunggu Isabel tak kunjung muncul.

“Dimana Isabel, kak?” Tanya Balqis pada Zidan.

“Tadi dia pergi ketoilet, namun sampai sekarang nongol juga, bocah itu memang sangat merepotkan.” Sahut Zidan kesal.

“Biar aku dan Clara yang mencarinya.” Kata Balqis.

Balqis dan Clara pun mencari Isabel di toilet, namun tak ada Isabel disana.

Saat melintasi ruang kosong, Clara mendengar sesuatu dari dalam sana.

Clara dan Balqis penasaran dengan suara itu. Mereka pun mendekatinya.

Ternyata Isabel sedang di sekap oleh Vani.

“Lebih baik kau mati Isabel, aku akan menyiramkan air keras ini ke wajahmu! Dengan begitu, kak Zidan akan segera meninggalkanmu,heheheh.” Ucap Vani melangkah mendekati Isabel.

“Eemmmm, eemmmm.” Suara Isabel dengan mulut tertutup lakban.

“Hei, apa yang kau lakukan hah?” Teriak Balqis pada Vani.

Vani sangat terkejut aksinya itu ketauan dengan orang yang tak lain adalah iparnya Isabel.

“Beraninya kau menyakiti istri kakakku.” Teriak Clara dengan bringasnya menatap Vani yang ketakutan.

Balqis membuka semua ikatan yang ada di tangan dan kaki Isabel serta membuka lakban yang menutupi mulutnya.

“laporkan saja dia pada polisi, biar dia busuk di penjara.” Kata Balqis.

“Tolong, jangan laporkan aku pada polisi.” pinta Vani memohon pada Balqis dan Clara.

“Apa kau mengenalnya, Isabel?” Tanya Clara.

“Dia kakak tertuaku.” Jawab Isabel.

“Tega-teganya kau melakukan ini pada adikmu, tak disangka kau berhati iblis.” Ujar Clara.

“Isabel, maafkan aku, aku khilaf! Aku kesal melihatmu menikah dengan kak Zidan.” Ucap Vani menyentuh kaki Isabel.

Isabel tak bergeming saat Vani memohon padanya.

“Kau harus di penjara dengan tindakanmu ini.” Kata Balqis.

“Aku mohon jangan laporkan aku ke polisi, jika aku di penjara ayahku pasti akan sedih.” Ucap Vani memohon sambil menangis.

Mendengar ucapan Vani yang mengatakan ayah akan menangis, seketika membuat hatinya yang semula membatu menjadi lunak.

Bagaimanapun juga Vani adalah saudara kandungnya dan tuan Aftur sangat menyayangi dan mengharapkan Vani untuk menjadi pemegang perusahaan kelak.

“Kak, biarkan lah dia! Bagaimana pun juga dia kakakku.” Ucap Isabel pada Clara dan Balqis.

“Kau seharusnya bersyukur memiliki adik seperti dia.” Ujar Clara pada Vani.

“Balqis, bawalah Isabel, kak Zidan pasti khawatir padanya! Biar aku yang urus si ****** ini.” Kata Clara menatap Vani.

Balqis membawa Isabel yang sempoyongan, sedangkan Clara mengikat kaki dan tangan serta menutup mulut Vani.

“Semoga kau beruntung jika orang menemukanmu di dalam ruangan ini! kalau kau tidak beruntung, maka kau akan sendiri akibatnya!" Kata Clara terkekeh licik pada Vani.

Clara pun meninggalkan Vani sendirian di ruangan kosong itu dengan memberontak ketakukan.

Zidan yang sudah kesal menunggu kedatangan Isabel, terkejut melihat kondisi Isabel yang sempoyongan dalam dekapan Balqis.

“Apa yang terjadi?" Tanya Zidan pada Balqis.

“Bawa aja dia ke hotel, kondisinya sedang tidak baik.” Kata Balqis memberikan Isabel pada Zidan.

Zidan pun mengiyakan dan pergi membawa Isabel yang masih lemah ke sebuah hotel yang menjadi kamar pengantin mereka.

Saat di perjalanan Zidan melihat Isabel yang masih meringis memegang kepalanya.

“belbel, kau kenapa? Apa yang terjadi padamu?” Tanya Zidan pada Isabel.

Isabel masih diam tak mau menanggapi pertanyaan Zidan.

Tring…..

Sebuah pesan dari Balqis yang menceritakan kronologis kejadian yang menimpa Isabel.

Zidan membulatkan matanya dengan kesal.

“Apa kau bodoh? Bisa-bisanya kau kalah dengan Vani? Bagaimana bisa kau disekap olehnya, kau kan jago berkelahi!” Ujar Zidan kesal menatap Isabel.

“Ocehanmu membuat kepalaku bertambah pusing saja, om.” Sahut Isabel.

“Aku pernah melihatmu menghajar 2 orang penjaga dirumahmu, tapi menghajar Vani yang hanya seorang diri saja kau tidak  bisa?” Kata Zidan.

“Dia menjebakku, om!” Ucap Isabel.

“Maksudmu?” Tanya Zidan.

“Waktu aku ketoilet, dia minta tolong padaku untuk membawa sesuatu dari dalam ruang kosong itu, saat aku masuk dia malah memukulku dengan sebilah kayu, aku pingsan,saat tersadar kaki dan tanganku diikat, mulutku juga di lakban sama dia! untung saja ada kakak kembar itu.” Jawab Isabel panjang lebar menjelaskan.

“Aku akan melaporkannya pada polisi.” Kata Zidan.

“Jangan, nanti gimana dengan ayahku? Dia pasti sedih, cuma kak Vani harapan satu-satunya dimasa depan.” sahut Isabel melarang.

“Kau jangan terlalu baik dengan orang seperti Vani itu.” Ujar Zidan kesal.

“Ini semua gara-gara kau juga, om.” Teriak Isabel kesal.

"Sudah tau kak Vani yang akan di jodohkan denganmu, dan om malah memiliki! Makanya dia kesal denganku." Sambung Isabel.

“Apa kau mau membodohi aku, hah? Dari awal, kau yang akan dijodohkan denganku, karena ayahmu tidak ingin Vani menikah denganku sebelum cita-citanya tercapai! Tapi kau malah menyuruh Vani menggantikan posisimu untuk menikah denganku.” Kata Zidan mengetahui segalanya.

“Bukan aku yang menyuruh kak Vani menggantikan posisiku, dia sendiri yang mau.” Sahut Isabel tak mau disalahkan.

“Mungkin kak Vani suka padamu, om.” Sambung Isabel.

“Aku tidak suka denganya!” Sahut Zidan kesal.

“Ya sudah kalau tak suka! Kenapa kesal padaku…dasar!” Gumam Isabel.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit dari gedung pesta pernikahan mereka, tibalah Zidan Isabel di sebuah hotel mewah.

Isabel berjalan mengikuti Zidan dari belakang.

Sampai di kamar hotel, Zidan menyuruh Isabel untuk mandi duluan, sedangkan Zidan menunggu giliran dengan duduk di sisi ranjang.

“Aku sangat lelah." Ucap Zidan menyandarkan tubuhnya pada kepala tempat tidur.

Terlintas dipikirannya tentang wanita yang ia cintai selama ini telah meninggalkannya tanpa ia tau kesalahan apa yang ia perbuat.

“Seharusnya ini adalah kamar pengantin kita, Raisa!” Gumam Zidan sambil menutup matanya.

Selang beberapa menit, Isabel keluar dari kamar mandi dan melihat Zidan seperti tertidur di sisi ranjang.

“Om, om! Mati ya om?” Kata Isabel menendang kaki Zidan.

“Kau yang mati! Dasar bocil!” Umpat Zidan melangkah masuk kamar mandi.

“Darah tinggi mulu!” Sahut Isabel.

Isabel pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang di penuhi kelopak mawar.

“Aduh, semaknya!” Ucap Isabel seraya membuang kelopak mawar itu ke lantai.

Zidan pun selesai mandi dengan handuk kecil melingkar di pinggangnya.

“Hei, om! gak ingat ada aku disini?” Kata Isabel menatap Zidan.

“Aku tak perduli!” Sahut Zidan.

“Dasar Tak tau malu!” Ucap Isabel menutup matanya dengan selimut.

Setelah memakai piyamanya, Zidan naik ke ranjang dan membalut kakinya dengan selimut yang sama dengan Isabel.

“Eh, om, kau tak tidur di sofa gitu?” Tanya Isabel.

“Tidak!" Sahut Zidan.

“Tapi yang aku lihat di film drama, kalau pasangan menikah tanpa cinta, mereka tidur terpisah! Si pria tidurnya di sofa bukannya bersama dengan peran wanitanya!" Kata Isabel.

"Huh, kau korban film rupanya!" Sahut Zidan.

“Dasar.” Umpat Isabel kesal.

Zidan yang lelah enggan menanggapi Isabel yang telentang di sampingnya.

Zidan mencoba untuk tidur sepulas mungkin agar rasa lelahnya hilang setelah ia bangun esok pagi.

Tik….tok….tik…tok…..

Jam dinding menujukkan pukul 3 pagi, namun tak satupun dari mereka berdua tertidur.

“Belbel, kau sudah tidur?” Tanya Zidan membalikkan tubuhnya menghadap Isabel yang masih bermain game.

“Namaku Isabel, om bukan belbel! Seenak jidatnya aja manggil nama orang!” sahut Isabel kesal.

“terserah!" Sahut Zidan.

“Kau sedang apa?” Tanya Zidan lagi.

“Main game lah, apa lagi yang bisa aku lakukan jika berdua dengan orang tua sepertimu?” Ujar Isabel pada Zidan.

“Aku belum setua yang katakan!” Kata Zidan kesal.

“Berapa usiamu, om? 17? Atau kebalikannya?” Kata Isabel membuat Zidan semakin kesal.

“Usiaku ini masih terbilang matang!” Sahut Zidan.

“Berapa om?” Tanya Isabel terus menekan-nekan ponselnya bermain game.

“34 tahun." Jawab Zidan.

“Hahaha, ternyata kau sudah tua ya, om!" Sahut Isabel tertawa ngakak.

“Sembarangan saja kalau bicara! Usia matang untuk seorang pria itu berkisar antar 30-40 tahun!" Kata Zidan sewot.

“Terserah kau lah om.” Sahut Isabel.

Hening…..

“Belbel.” Panggil Zidan lagi.

“Hheemm.” Sahut Isabel.

“Apa kau punya pacar sebelum menikah denganku?” Tanya Zidan asal bicara sangking bosannya tak bisa tidur.

“Banyak! Sangking banyaknya aku sampai bingung, laki-laki mana lagi yang belum aku pacari!” Sahut Isabel asal jawab.

“ciih, dasar murahan!" Ujar Zidan.

“Aku belum pernah pacaran! Apa kau gak ingat, om, saat kau mencuri ciumanku pertama kalinya dirumah sakit itu? Itu ciuman pertamaku, om! Dasar tega kau mencurinya!” Ujar Isabel nangis bombai.

“Pantas saja manis! Ciuman pertama rupanya hehehehe.” Ucap Zidan membuat Isabel kesal.

Isabel langsung menendang Zidan hingga jatuh dari ranjang kelantai.

“Aduh!" Teriak Zidan jatuh ke lantai.

“Mampus!” Umpat Isabel kesal.

Dengan kesal Zidan pun membalas perbuatan Isabel padanya.

Zidan juga menggulingkan tubuh Isabel dan jatuh dari ranjang juga.

“Hahaha, rasakan pembalasanku!” Kata Zidan tertawa jahat melihat Isabel meringis kesakitan.

Tak mau kalah Isabel melempar bantal pada Zidan, dan di tangkis olehnya.

Zidan pun membalas dengan melempar bantal pada Isabel, dengan gesit Isabel menghindar lemparan Zidan. Terjadilah aksi lempar melempar bantal malam itu. Suara kegaduhanpun terdengar hingga keluar kamar.

A few moment later…..

“Hah…Hah…Hah.” Suara ngos-ngosan keluar dari mulut Zidan dan Isabel yang berbaring di ranjangnya.

“Capek! Aku tak kuat lagi main lempar-lemparannya.” Kata Isabel pada Zidan.

“Aku juga capek! Kita tidur saja.” Sahut Zidan yang juga ngos-ngosan.

“Iya!” Ucap Isabel.

Akhirnya mereka pun tertidur lelap akibat kelelahan setelah memainkan aksinya lempar melempar bantal.

Terpopuler

Comments

Diana diana

Diana diana

sodara yg aneh

2023-04-20

0

dhe styles

dhe styles

🤣🤣🤣🤣🤣🤣 malam pertama yg mengesankan.

2021-11-01

0

Herri RBblade

Herri RBblade

17 th ya beda umur mereka hahaha

2021-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!