Balqis dan Abrar serta yang lainnya sudah kembali ke Indonesia setelah pesta pernikahan Zidan dan Isabel selesai. Abrar yang kini sedang berkumpul dengan sahabat yang lain di sebuah café sedang bergosip tentang Zidan yang menikah dengan gadis remaja.
“Kira-kira si Zidan sedang apa ya?” Tanya Luky sambil tersenyum geli.
“Pasti dia sedang menindas gadis remaja itu, hehehe.” Sahut Devan.
“Iya, si Zidan pasti sedang memaksa gadis itu untuk melayaninya di ranjang! Hohoho.” Sambung Abrar.
“Eh, memangnya dirimu yang selalu memaksakan kehendakmu kepada Balqis?” Ujar Romi pada Abrar.
“Dari pada kau, tunggu diperkosa dulu baru mau menyentuh wanita, hahaha.” Balas Abrar meledek Romi.
“Hahaha, sudah begitu ketagihan pula! Dasar setan cabul!” Sahut Aska ikut menertawakan Romi.
“Dari pada kau malah jatuh cinta pada gadis matre!” Balas Romi tak terima di ejek.
“Biiarin!” Sahut Aska.
“Woi, aku yakin si Zidan pasti sedang mati kesal karena istrinya belum mengerti untuk melayaninya di ranjang, hahahah.” Sahut Luky tertawa.
“Iya, kau benar! Zidan pasti frustasi harus mengajarkan gaya-gaya bercinta pada istrinya.” Sambung Abrar lagi.
“Bagaimana kalau kita hubungi saja dia! Kita ganggu hari-harinya dengan istrinya itu, pasti dia akan bertambah kesal.” Kata Devan yang memiliki ide konyol.
“Cepat hubungi dia, jangan lupa pasang towanya (speaker)!” Kata Luky pada Abrar.
Dengan gencar mereka pun menghubungi Zidan yang memang sedang bersama Isabel di dalam kamar hotel.
Tuuuttt….tttuuutt……ponsel tersambung kepada Zidan.
“Halo!” Zidan menerima panggiln telepon dari Abrar.
“Hei, kakak ipar! Kau sedang apa?” Tanya Abrar pada Zidan.
“Sedang kesal! Apa kau puas sekarang?” Teriak Zidan di seberang sana.
“Ternyata dia memang sedang kesal!” Bisik Abrar menahan tawanya.
“Hei pengantin baru itu biasanya sedang bermesraan di hotel bersama istrinya! Kenapa kau kesal?” Tanya Luky.
“Kalian menghubungiku pasti ingin mengejekku kan karena menjadi pedofil?” Kata Zidan dongkol.
“Ppfftt…buuuaahhhhahahaahahahahaha!” Mereka semua meledak tertawa untuk menertawai Zidan.
“Terima saja nasibmu Zidan!” Kata Devan.
“Diam kau, dasar dokter konyol!” Sahut Zidan bertambah kesal.
Kemudian mereka mendengar Isabel sedang berbicara pada Zidan. Isabel tidak tau kalau Zidan sedang menerima panggilan telepon.
“Om, apa kau lihat charger ponselku?” Tanya Isabel pada Zidan yang suaranya terdengar dari telepon.
“Pppffftt, bbuuaahahahahahahahaha!” Mereka kembali meledak menertawai Zidan.
“Kalian dengar kan tadi, istrinya memanggil Zidan, om! Lucu sekali mereka.” Kata Aska tertawa terbahak-bahak.
“Hei om, mesra sekali panggilan dari istrimu itu! Hahaha.” Kata Abrar terus mengejek Zidan.
“Huh, mati saja kalian sana!” Teriak Zidan mati kesal kepada kedua ipar dan teman-temannya itu.
Zidan lantas mematikan sambungan teleponnya sambil berdengus kesal. Sementara si gadis bule terus saja mencari barang yang di perlukannya kesana-kemari tanpa memperdulikan kekesalan Zidan yang sudah mencapai ubun-ubun.
“Kehidupan apa yang aku jalani ini ya lord? Punya adik kembar, dua-duanya songong! Punya adik ipar sama songongnya! Punya teman pada gila semua! Punya istri cantik tapi masih bocah! Jadi pengen bunuh diri rasanya!” Ucap Zidan nangis bombai.
*****
Setelah bertahan 3 hari 3 malam di hotel itu bersama istrinya, Zidan mengajak Isabel untuk kembali kerumahnya. Saat tiba dirumah, Zidan turun duluan dan menghampiri Liana yang memang sedang memegang seutas tali tambang.
“Ibu, aku pulang!” Seru Zidan.
“Beraninya kau pulang sendirian kesini!” Sahut Liana dengan wajah angkernya itu sambil memegang tali tambang.
Saat melihat ibunya, yang ada dipikiran Zidan adalah ia akan di gantung oleh ibunya karena pulang sebelum waktu yang di tentukan.
“Aaarrgghh, baiklah ibu! Aku akan bertahan di hotel itu saja.” Teriak Zidan langsung berlari kencang kembali ke mobil karena takut akan di gantung oleh Liana.
Isabel melihat Zidan yang berlari tunggang langgang seperti habis melihat hantu pun langsung mengikutinya tidak jadi masuk kedalam rumah.
"Hhoosss…hhoosss…hhooss!" Nafas Zidan tak beraturan setelah berlari.
“Om, kenapa? Kenapa tidak jadi masuk ke dalam rumah?” Tanya Isabel bingung.
“Iii…ii..ibu.., akan menggantung kita!” Jawab Zidan ketakutan.
“Hah? Yang benar saja om!” Tanya Isabel terkejut dan langsung masuk ke dalam mobil.
“Ayo kita kembali saja ke hotel!” Ajak Zidan pada Isabel.
Saat menghidupkan mesin mobilnya, lampu sorot mobil menyorot tubuh Liana yang berdiri masih memegang tali tambang itu. Zidan dan Isabel pun melihat Liana yang sedang menatap mereka berdua.
“Aaarrggghhhhh!” Teriak mereka berdua saat melihat Liana.
“Cepat om! Ibu bawa tali tambang!” Teriak Isabel pada Zidan.
Dengan cepat Zidan tancap gas mobilnya dan meninggalkan rumah kembali ke hotel yang tadi. Sementara Liana masih kebingungan menatap anak dan menantunya yang berteriak histeris saat melihat dirinya.
“mereka kenapa? aku kan Cuma mau mengundang mereka makan malam di irumah! Kenapa malah kabur seperti melihat setan?” Gumam Liana yang masih berdiri bengong melihat mobil anaknya sudah jauh dari rumah.
Mereka pun kembali ke hotel tempat mereka bertahan dengan kebosanan mereka masing-masing. Masih tidur diranjang yang sama, Zidan dan Isabel menghela nafas panjang karena berhasil lari dari ibu yang memegang tali tambang seakan mau menggantung mereka.
“Hampir saja!” Ucap Zidan.
“Aku baru tau kalau ibu mertuaku sangat mengerikan!” Kata Isabel.
“Pergilah kembali ke indonesia sana, biar kau di kejar ibu dan di gantungnya disana karena kau tak mau menuruti perintahnya.” Sahut Zidan.
“Ini semua salahmu, minta balik kerumah agar bisa bicara pada ibu untuk balik ke indonesia.” Sambung Zidan.
“Mana aku tau kalau ibu seperti itu tadi.” Gumam Isabel merasa bersalah.
“Om, bagaimana dengan sekolahku? Bulan depan aku ada tanding kejuaraan taekwondo di jepang.” Kata Isabel.
“Bukan usrusanku!” Sahut Zidan tak perduli.
“Dasar!” Umpat Isabel.
Keesokan paginya, Isabel tidur dan melihat Zidan sudah tidak berada di sampingnya. Isabel duduk dan mengucek kedua matanya itu. Lalu Isabel kebelet ingin buang air kecil. Ia turun dari ranjang dan hendak masuk ke dalam kamar mandi yang dekat dengan kamar tidur. Saat akan membuka pintu kamar mandi itu, ternyata ointunya terkunci dari dalam. Isabel tau kalau Zidan sedang mandi di dalam sana.
“Om, cepat! Aku mau pipis.” Panggil Isabel pada Zidan yang sedang mandi di dalam kamar mandi itu.
“Pipis di toilet lain sana!” Sahut Zidan.
“Jauh om! Yang paling dekat toiletnya yang ini.” Kata Isabel lagi.
Hening
“Om, om, apa kau mati di dalam sana?” Teriak Isabel yang udah kebelet.
“Kau yang akan mati ku makan kalau masih ingin menggunakan kamar mandi ini.” Teriak Zidan mengancam Isabel.
Dengan ketakutan, Isabel melangkah cepat pergi ke toilet lain yang ada di kamar itu.
Zidan telah rapi baru selesai mandi, sedangkan Isabel masih dengan ilernya yang menempel di pipinya itu duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
“Hei bocah, mandi sana!” Kata Zidan merampas ponsel Isabel.
“Hheemmm.” sahut Isabel yang tak perduli ponselnya dirampas Zidan.
Isabel pun masuk kekamar mandi dan lagi-lagi berjam-jam memainkan busa sabun di bathtubnya. Saat sedang asik memainkan busa sabun, ia mendengar suara Zidan memanggilnya. Isabel pun kembali membuka pintu sedikit dan mengintip dari dalam.
“Ada apa om?” Tanya Isabel pada Zidan.
“Lagi-lagi kau main busa sabun di dalam!” Kata Zidan melihat busa sabun di wajah Isabel.
“Kau mau pesan apa untuk sarapan dan makan siang nanti?” Tanya Zidan.
“Makan siangnya dihotel saja om? Hari ini kita tidak jalan-jalan?” Isabel balik bertanya.
“Tidak! Kepalaku pusing.” Sahut Zidan.
“Ya sudah, aku makan pasta daging aja.” Kata Isabel.
“Apa kau sangat menggilai pasta daging?” Teriak Zidan kesal.
“Iya!” Balas Isabel berbalik kesal dan menutup pintu kamar mandi dengan keras.
“Huh, dasar kau bocah gila!” Umpat Zidan kesal.
Zidan pun memesan makanan yang di sukai oleh Isabel dan juga dirinya itu. Mereka pun makan bersama dengan lahapnya. Setelah selesai makan, Isabel bermain game favoritnya yang ia download di ponselnya.
“DOUBLE KILL, TRIPLE KILL, MANIAK, SAVAGE!” Suara game yang sedang dimainkan oleh Isabel.
“Dasar bocah!” Umpat Zidan memijat-mijat kepalanya.
Tik….tok….tik….tok…..jam dinding berputar sangat lamban saat Isabel hampir mati kebosanan di dalam kamar hotel itu.
“Om!” Panggil Isabel yang berbaring disamping Zidan.
“Jangan memanggilku terus! Aku sedang pusing.” sahut Zidan memejamkan matanya.
“Aku bosan nih om!” Kata Isabel.
Tiba-tiba Zidan duduk dari berbaringnya.
“Kau ini adalah seorang gadis! Biasanya gadis itu betah dirumah, tapi kenapa kau malah selalu kebosanan sih? Kau ini gadis liar ya?” Ujar Zidan pada Isabel.
“Dengar ya om, tujuanku datang ke Itali itu untuk jalan-jalan dan liburan! Tapi entah dosa apa yang aku perbuat sehingga nasib membawaku menjadi istrimu, om!” Sahut Isabel kesal.
“Ya Lord yang ada di mobile legend, tolong kau tebaslah leher om-om yang bawel ini!” sambung Isabel sangking kesalnya menghadapi Zidan.
“Gadis gila!” Umpat Zidan sewot pada Isabel.
“Ayo dong om, jalan-jalan! Aku bosan.” Rengek Isabel lagi.
“Tidak! Apa kau tidak lihat kepalaku pusing dari tadi.” Kata Zidan.
“Eemmm, mau aku pijat ? Tapi sebagai gantinya nanti aku boleh keluar ya om.” Kata Isabel.
“Tidak akan! Kau tidak boleh keluar sendirian, nanti kau melarikan diri.” Sahut Zidan.
“Cepat pijat kepalaku! Rasanya kepalaku mau pecah karena menghadapi rengekanmu setiap hari.” Perintah Zidan.
“Huh, kenapa jadi aku yang disalahin sih?” Gumam Isabel kesal.
“cepat!” Perintah Zidan lagi.
“Iya! Bawel sekali mentang-mentang sudah tua.” Gumam Isabel.
Zidan pun meletakkan kepalanya di sebuah bantal dan Isabel mulai memijat kapalanya.
“Enak juga tangan si bocah!” Gumam Zidan dalam hatinya terus menikmati pijatan dari Isabel.
Hening…
“Om, enak kan pijatanku!” Kata Isabel terus memijat kepala Zidan.
“Hheemmmm.” Sahut Zidan.
“Huh, singkat sekali sahutannya!” Ujar Isabel.
“Om, berikan aku uang dong! 10 juta saja, om.” Pinta Isabel.
“Tidak akan! Kau pikir aku gak tau rencanamu, hah?” Teriak Zidan sambil menikmati pijatan Isabel.
“Om aku cuma pengen berkumpul bersama teman geng taekwondoku! Aku rindu dengan kenakalan mereka.” Kata Isabel nangis lebay.
“Tidak akan aku berikan belbel! Pulang dari Dubai, kau baru boleh kembali ke Indonesia! Tapi ingat bukan berarti kau bebas tanpaku disana.” Sahut Zidan.
“Kau sudah jadi istriku, jadi kau tidak boleh membuatku mendapatkan masalah dan malu karena ulahmu.” Sambung Zidan lagi.
“Berlebihan sekali dia.” Gumam Isabel seakan tak terima perkataan Zidan padanya.
Tiba-tiba Zidan bangun dan duduk berdekatan dengan Isabel yang membuatnya terkejut.
“Eh, belbel!” Panggil Zidan.
“Iya om?” Sahut Isabel.
“Bagaimana kalau kita majukan saja hari keberangkatan kita ke Dubai?” Tanya Zidan.
“Oh, maksud om begini ya! Kalau kita cepat pergi ke Dubai, berarti cepat juga kita akan berpisah kan om?” Kata Isabel.
“Berpisah? Maksdumu?” Tanya Zidan dengan tatapan anehnya menatap Isabel.
“Setelah kita pulang dari Dubai, aku akan kembali ke Indonesia, dan om akan kembali ke Itali! Begitu kan?” Sahut Isabel.
“Oh, aku pikir dia minta cerai!” Gumam Zidan dalam hatinya.
“Iya, baiklah! Aku akan mengurus semuanya, dan kau siapkan pakaianmu.” Kata Zidan.
“Oke om.” Sahut Isabel.
Keesokan harinya berangkatlah dua anak manusia yang baru saja akrab setelah menjadi musuh selama beberapa bulan ke Dubai untuk pergi berbulan. Setibanya mereka disana, Isabel bingung mengapa Zidan hanya memesan satu kamar untuk mereka.
“Om, kita sekamar lagi?” Tanya Isabel.
“Iyalah! Apa kau mau ibu tau kalau kita pisah kamar?” Sahut Zidan.
“Hehehe, aku masih ingin hidup om!” Sahut Isabel takut.
“Kalau kau takut, jadilah gadis yang penurut!” sambung Zidan.
Zidan pun melangkah di depan, dan Isabel membuntutinya dari belakang menuju sebuah kamar hotel bernama Burj Al arab yang menjadi ikon di Dubai. Zidan yang sangat hobi jalan-jalan di Dubai, mengajak Isabel ke sebuah tempat wisata Dubai Fountain (air mancur Dubai) yang menjadi salah satu tempat wisata populer yang menawarkan air mancur tertinggi di dunia.
Isabel yang sangat antusias tak pernah ke Dubai langsung jepret sana sini untuk mengambil gambar selama ia berada di Dubai. Selama seminggu mereka menghabiskan waktu pergi ke tempat-tempat wisata lainnya dan akhirnya tiba lah mereka di Dubai Gold Souk salah satu tempat pusat penjualan perhiasan yang ada di Dubai.
“Belbel, apa kau mau perhiasan emas ini? Jika kau mau ambilah aku yang akan bayar!” Kata Zidan pada Isabel.
“Aku tak suka pakai perhiasan, om.” Sahut Isabel.
“Oh iya, aku lupa kalau kau itu abang-abang, bukan seorang gadis! Mana mungkin kau suka perhiasan.” Ujar Zidan.
“Huh, dasar.” Isabel berdecak kesal saat Zidan mengatakan dirinya abang-abang.
“Om, aku lihat di embah google di Dubai ada tempat wisata kebun bunga loh! Ayo kita pergi kesana!” Ajak Isabel.
“Hah? Abang-abang sepertimu masih suka bunga juga ternyata! Aku pikir aku menikahi pria.” Sahut Zidan.
“Kau mau apa tidak?” Tanya Isabel sewot.
“Iya, bang!” Sahut Zidan.
Keesokan harinya, mereka pun pergi ke Dubai Miracle Garden tempat wisata yang berupa taman bunga yang memiliki 50 juta jenis bunga dan 250 juta tanaman. Tiba disana Zidan melihat Isabel yang begitu sangat ceria melihat bunga-bunga dan berfoto selfie ria.
“Om, sini! Kita foto bersama di samping bunga yang cantik ini.” Ajak Isabel pada Zidan sangking senangnya.
Zidan pun datang menghampirinya dan ikut berfoto selfie. Entah apa yang membuat Zidan menuruti semua permintaan gadis belia itu. Saat beristirahat di taman bunga itu, Zidan melihat banyak foto yang di ambil oleh Isabel.
Zidan pun mengeluarkan ponselnya dan mengirim semua foto yang ada di ponsel Isabel ke ponselnya saat Isabel\ sedang pergi ke toilet.
“Hihihi, foto ini imut sekali.” Gumam Zidan yang langsung mengupload foto itu di salah satu media sosialnya.
Tring…
Notifikasi di ponsel Liana.
Liana pun membukanya dan tersenyum melihat foto Zidan sedang merangkul mesra Isabel di taman bunga itu.
“Akhirnya Zidan bahagia dengan istrinya.” Ucap Liana bersyukur dan senang melihat putra sulungnya bahagia.
Sepulang dari taman itu, Zidan mengajak Isabel makan malam. Dan disana lah peperangan kedua insan ini di mulai yang membuat Isabel melarikan diri. Saat sedang makan, Isabel terus menatap layar ponselnya dan sesekali tersenyum membalas chat dari seorang teman laki-laki yaitu kakak kelasnya yang juga berlatih taekwondo dengannya disekolah.
“Kau sedang apa, belbel?” Tanya Zidan penasaran.
“Balas chat kakak kelas.” Jawab Isabel singkat.
“Laki-laki atau perempuan?” Tanya Zidan lagi.
“Laki-laki.” Jawabnya.
Mendengar itu entah mengapa Zidan menjadi kesal. Dengan kesal Zidan merampas ponselnya dan menyuruh Isabel makan dengan benar.
“Apaan sih, om? Itukan ponselku!” Kata Isabel kesal.
“Kalau sedang makan, kau tidak boleh memainkan ponselmu!” Bentak Zidan emosi.
“Tapi aku mau balas chat dari kakak kelasku!” Kata Isabel bertambah kesal.
“Aku bilang makan ya makan!” Teriak Zidan yang suaranya memenuhi ruang restoran itu.
“Huh, kau menyebalkan!” Teriak Isabel berlari keluar restoran.
Dengan cepat Zidan mengejarnya dan bukannya minta maaf Zidan malah bertambah kesal. Dengan kasar Zidan menarik tangan Isabel dan menyeretnya masuk kedalam mobil dan membawanya kembali ke hotel. Sampai di hotel, Isabel yang masih menangis karena kesal langsung menjatuhkan dirinya ke atas ranjang sembari tertelungkup.
Isabel terus menangis, sedangkan Zidan hanya menatapnya dengan kesal. Tak tahan mendengar tangisan Isabel, Zidan pergi menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Melihat Zidan yang masuk kekamar mandi, Isabel yang masih kesal langsung mengepak semua pakaiannya dengan cepat dan membuka isi dompet Zidan. Isabel mengambil kartu kredit milik Zidan yang di belakangnya ada no pin kartu tersebut.
“Kebetulan aku dapat kartu debit si om! Lebih baik aku pergi dari sini.” Kata Isabel yang juga mengambil beberapa lembar uang untuk membayar taksi.
Isabel pun pergi kabur meninggalkan Zidan yang masih mandi di kamar mandi. Saat Zidan selesai, ia tak melihat Isabel dimanapun.
“Kurang ajar, dia pasti kabur karena kesal aku marahi tadi.” Teriak Zidan kesal.
“Dia kan tidak pegang uang sama sekali!” Gumam Zidan.
Dengan cepat Zidan memeriksa dompetnya dan menyadari kalau salah satu kartu kreditnya di bawa lari oleh Isabel yang kini sedang menuju bandara untuk perjalan pulang ke Indonesia.
“Isabel! Kau memang sedang mencari masalah denganku.” Teriak Zidan kesal di dalam kamar hotel karena ditinggal kabur oleh gadis yang dimarahinya itu.
Kemudian dengan panik Zidan menghubungi ponsel Isabel yang sudah tidak aktif sengaja di matikannya.
“Isabel, awas kalau aku bertemu denganmu lagi! Aaaarggghhh!” lagi-lagi Zidan mengumpat kekesalannya terhadap Isabel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Qeisha A.F Ladyjane
pas baca part ini pasti ngakak teruss
2022-09-19
0
dhe styles
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kocak banget
2021-11-01
0
istikoma basory
bocil bociiiiil.....😂😂😂
2020-11-28
0