Isabel dan Zidan kembali kerumah tuan Norman. Dan mereka di sambut oleh bibi Yona yang sudah lama melayani Isabel semenjak ia tinggal bersama kakeknya di Indonesia.
“Tuan Zidan selamat datang.” Sapa bibi Yona.
“Terima kasih.” sahutnya.
“Bi Yona, aku lapar!” Rengek Isabel manja pada bibi Yona.
“Hei, kita baru saja makan malam di luar tadi, cepat sekali kau lapar.” Kata Zidan pada Isabel.
“Hehehe, begitulah Isabel, tuan! Dia selalu lapar.” Kata bibi Yona.
“Apa kau mau pasta daging?” Tanya bibi Yona pada Isabel.
Isabel menggelangkan kepalanya.
“Aku mau buah dingin.” Sahut Isabel.
“Baiklah, aku akan membawakannya untukmu.” Kata bibi Yona.
Isabel pun menarik tangan Zidan dan membawanya masuk kedalam kamarnya. Zidan ternganga saat melihat ruangan yang di penuhi buku yang tersusun rapi di rak lemari buku dan juga melihat berbagai pernak-pernik khas cewek namun semuanya berwarna biru. Disana Zidan juga melihat patunng baju zirah dengan sebilah pedang.
“Kau memiliki patung ini?” Tanya Zidan heran.
“Aku mengidolakan hero zilong dengan skin Glorious General, maka dari itu aku membelinya saat ada lelang.” Sahut Isabel langsung melompat ke atas ranjangnya.
"Hah, game lagi!” Gumam Zidan.
“Banyak sekali bukumu? Kau bilang kau tidak suka belajar.” Kata Zidan.
“Aku tidak suka belajar, tapi aku suka baca buku, om! Aku ini tidak senakal yang kau pikirkan.” Sahut Isabel.
“Luas juga kamarmu!” Kata Zidan berkeliling melihat kamar Isabel.
Saat berkeliling tanpa sengaja Zidan menyentuh tombak yang terdapat di patung Zilong tersebut. Saat tombak itu bergeser terbukalah sisi dinding yang ada di kamar Isabel. Zidan sangat kaget ternyata di dinding itu ada sebuah ruangan lagi yang terdapat lemari-lemari panjang yang berisikan begitu banyak piala dan piagam yang Isabel miliki.
“Ruangan apa ini?” Tanya Zidan kaget.
“Hah, ketahuan juga akhirnya.” Sahut Isabel beranjak dari ranjangnya dan mendekati Zidan.
“Ini ruangan tempatku menyimpan benda berhargaku, om.” Jawab Isabel menyalakan lampu diruang rahasia itu.
“Wah, banyak sekali piala dan piagammu! Apa semuanya ini milikmu?” Tanya Zidan terpukau.
“Iya!” Sahut Isabel singkat.
Zidan berkeliling melihat semua piala dan piagam yang Isabel dapatkan. Bukan hanya piala atau piagam dari pertandingan taekwondo namun ia juga melihat piala dan piagam yang Isabel dapatkan dari kejuaran lomba murid cerdas.
“Juara utama Matematika, juara utama Fisika, juara utama Kimia? Wah, si bocah ternyata cerdas!” Seru Zidan dalam hatinya yang baru mengetahui kalau Isabel adalah gadis yang pintar.
“Eh, tapi waktu itu kau bilang kau tidak suka belajar! Lalu kenapa bisa dapat penghargaan sebanyak ini?” Tanya Zidan bingung.
“Aku ini pintar! Aku hanya belajar di sekolah saja, itu pun jarang karena aku sering bolos jam pelajaran.” jawab Isabel dengan gamblang.
“Hei, aku tak suka kalau kau bolos jam pelajaran lagi!” Kata Zidan.
“Hehehe, kalau begitu aku bolos sekolah saja sekalian!” Sahut Isabel cengengesan.
“Dasar kau!” Zidan berdecak kesal.
“Kenapa kau menyimpannya disini? Kenapa tidak di ruang tengah agar semua orang bisa melihatnya?” Tanya Zidan.
“Aku sengaja menyimpannya disini agar orang tua dan kedua kakakku tidak tau.” Sahut Isabel.
“Kenapa? Bukankah ayahmu senang memiliki anak yang cerdas.” Tanya Zidan.
“Hah, kalau ayahku tau nanti Luisa akan menghasut dan memfitnahku lagi seperti dulu.” Jawab Isabel..
“Maksudmu?” Tanya Zidan.
Isabel pun menceritakan semuanya yang terjadi saat ia masih bersekolah di Itali sampai bagaimana dia di pindahkan sekolah ke Indonesia dengan berlinang air mata.
“Jadi karena itu dia sangat sensitif jika di juluki bodoh! Astaga, sungguh menyedihkannya dia karena tidak mendapatkan perhatian dari keluarganya.” Gumam Zidan dalam hatinya.
“Hanya kakek yang menyayangi dan mengerti keinginanku.” Kata Isabel.
“Sudahlah, jangan menangis lagi! Kau ini sudah sabuk hitam dan mendapatkan begitu banyak penghargaan, tapi tetap saja kau gadis yang cengeng.”Kata Zidan memeluk Isabel.
“Om, dari tadi peluk-peluk terus! Aku bisa jatuh cinta padamu nanti, om.” Kata Isabel polos dan membuat pipi Zidan memerah.
“Apa salahnya? Aku kan suamimu!” Kata Zidan sewot.
“Kau memang suamiku, tapi hatimu milik tante Raisa yang pernah kau ceritakan padaku.” Sahut Isabel melepaskan pelukan Zidan.
Zidan terdiam saat seorang gadis lugu berkata sedalam itu padanya. Baru ia menyadari, selama Isabel berada disisinya, ia tak pernah lagi mengingat Raisa wanita yang ia cintai itu.
“Om, ngapain bengong sih? Aku kurung nih!” Kata Isabel yang sudah keluar dari ruang rahasia miliknya itu.
Zidan pun keluar dari ruang rahasia itu dan duduk si sofa yang ada di kamar Isabel. Sementara Isabel pergi mandi dan bergantian dengan Zidan. Selesai mandi Isabel dan Zidan masih mengobrol sambil berbaring satu ranjang di kamar itu sambil makan buah dingin yang di buat oleh bibi Yona.
Dari tadi Zidan terus menatap Isabel yang sibuk memainkan ponsel barunya.
“Om, nanti matanya jereng loh!” Kata Isabel pada Zidan.
“Huh, kau ini!” Zidan berdecak kesal.
“Belbel, ibu menyuruhmu untuk tinggal denganku di Itali.” Kata Zidan.
“Bagaimana dengan latihan taekwondoku, om? Sebentar lagi aku mau tanding ke jepang.” Sahut Isabel.
“Aku tidak mau!” Sambung Isabel menolak.
“Baiklah, aku akan telepon ibu sekarang dan bilang kalau kau menolaknya agar dia menggantungmu nanti!” Kata Zidan mengancam Isabel.
“Om, jangan! Aku mau ikut om tinggal di Itali, tapi setelah pertandinganku ya.” Pinta Isabel.
“Tidak bisa! Aku tidak ada waktu menunggumu lagi.” Sahut Zidan.
“Om, ku mohon!” Rengek Isabel.
“Hehehe, kalau begitu cium aku disini!” Kata Zidan menunjuk pipinya.
“Kau sangat mesum, om Zidan!” Pekik Isabel malu.
“Kalau kau tidak mau ya sudah! Besok aku akan menyeretmu untuk ikut denganku ke Itali.” Kata Zidan.
Isabel diam dan menahan rasa malunya menatap Zidan yang super konyol.
“Cepat, cium! cium disini.” Kata Zidan lagi.
Ccuuupp……….
Isabel mencium pipi sebelah kanan Zidan.
“Sudah.” Kata Isabel dengan wajah memerah.
“Mana? Aku tidak merasakan apa-apa tadi!” Sahut Zidan berniat mengerjai Isabel.
“Ayo ulangi lagi!” Perintah Zidan dengan liciknya.
Saat Isabel hendak mencium pipinya lagi, Zidan menangkapnya dengan cepat lalu menatap Isabel dalam-dalam. Lama mereka saling tatap dan Zidan mulai mengecup bibir merah muda yang dimiliki oleh gadis bule itu. Isabel yang memang polos dan belum pernah berpacaran itu hanya diam saja saat Zidan mengecup bibirnya.
“Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak suka?” Bisik Zidan pada Isabel.
“Eemm, aku tidak tau caranya! Hehehe.” Sahut Isabel yang membuat Zidan teringat kalau ia menikahi gadis belia yang tak memiliki pengalaman apapun dalam percintaan.
“Hah, aku lupa kalau dia itu masih bocah!” Gumam Zidan dalam hatinya.
Lalu Zidan berbalik dan merebahkan tubuhnya di samping Isabel.
“Eh, Kenapa tidak jadi menciumku, om?” Tanya Isabel dengan polosnya.
“Diamlah, kau masih bocah!” Sahut Zidan sedikit frustasi menahan keinginannya itu.
Isabel yang penasaran dengan rasanya berciuman dengan lawan jenis terus mengganggu Zidan saat itu.
“om, ayo dong, cium! Aku mau tau rasanya.” Kata Isabel menguncang-guncang tubuh Zidan.
“Tidak!” Sahut Zidan.
“Ayo dong om! Tega sekali kau menggantung rasa ingin tauku selama ini.” Rengek Isabel pada Zidan.
“Ayo dong om!” Ucap Isabel sedikit murahan.
“Tidak.” Sahutnya lagi.
“Ya sudah kalau begitu aku ciuman dengan cowok yang ada si sekolahku saja.” Kata Isabel.
Mendengar ucapan Isabel, Zidan langsung menerkam tubuh Isabel dan mendaratkan bibirnya ke bibir Isabel. Dengan mesra Zidan menuntun Isabel untuk berciuman dengannya. Nafas mereka terengah-engah saat berhenti berciuman untuk mengambil nafas.
“Kau sudah tau kan rasanya?” Tanya Zidan pada Isabel.
Isabel menjawabnya dengan anggukan sambil membalas tatapan Zidan yang sudah sangat bergairah padanya. Namun Zidan masih ingin menahan dirinya untuk tak menyentuh Isabel yang masih berusia 17 tahun walaupun sudah menjadi istrinya yang sah. Zidan kembali merebahkan tubuhnya di samping Isabel.
“Kenapa tidak di lanjutin sih om?” Ucap Isabel ptotes.
Pletaakkk…….
“Aduh om, sakit!” Pekik Isabel mengusap kepalanya karena di ketok Zidan.
“Tidur!” Kata Zidan seraya membalikkan tubuhnya membelakangi Isabel.
“Dasar aneh!” Gerutu Isabel.
“Sialan! Hampir saja aku kebablasan karena menciumnya tadi!” Gumam Zidan dalam hatinya.
“Aku berusaha menahan gairahku, si bocah itu malah protes karena aku tidak melanjutkannya! Sialan kau belbel, karena kau memancing gairahku malam ini.” Umpat Zidan dalam hatinya.
Tik…tok..tik..tok.
Jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi, namun Zidan belum juga bisa tertidur sementara Isabel sudah sangat nyenyak hingga tak menyadari kakinya berada di kepala Zidan.
“Sialan, kepalaku sangat sakit karena menahannya semalaman!” Gumam Zidan memijat dahinya.
Zidan berbalik kesana kemari karena sulit untuk tidur sehingga membuat ranjang terus bergoyang. Isabel terbangun saat ranjang itu bergoyang.
“Gempa!” Teriak Isabel langsung terbangun dan duduk.
Zidan hanya menatapnya.
“Eh, kenapa kau belum tidur?” Tanya Isabel pada Zidan yang sedang menatapnya.
“Ini semua gara-gara kau belbel!” Sahut Zidan langsung menerkam tubuh Isabel dan berniat untuk menyalurkan gairah yang tak bisa ia tahankan lagi.
“Om, kau mau apa.?” Tanya Isabel bingung.
“Membuatmu segera hamil!” Bisik Zidan pada telinga Isabel.
“Aaarrgghhh, aku masih bocah, om!” Teriak Isabel sambil mendorong tubuh Zidan agar menjauh darinya.
Isabel berlari keluar dari kamar karena takut kepada Zidan yang telah menjadi suaminya itu. Sementara Zidan lagi-lagi tersenyum saat melihat tingkah kocak Isabel yang takut jika dia melahat tubuhnya.
Keesokan paginya Zidan mengantar Isabel berangkat kesekolah, saat di dalam perjalanan mereka hanya terdiam dan merasa canggung karena kejadian yang semalam.
Diruang kelasnya Isabel hanya duduk dengan wajah sumringah saat mengingat kejadian semalam saat Zidan mencium bibirnya dengan mesra.
“Isabel kenapa sih?” Gumam Caca bingung melihat tingkah aneh Isabel.
“Hei, dia kenapa?” Tanya Ferry pada Caca.
“Mana aku tau.” Sahut Caca.
“Dari raut wajahnya sepertinya dia menang lotre semalam.” Sambung Ferry asal bicara.
Plleeettaaakkk……
“Yang benar saja! Dasar bodoh.” Teriak Caca kesal pada Ferry.
“Aku kan cuma menebak.” Gerutu Ferry sewot.
“Bel, kau kenapa? Apa tuan Zidan menindasmu gara-gara kau bolos kemarin?” Tanya Caca.
“Hheeeemm.” Isabel hanya mendehem sambil senyum-senyum.
“Hei, kau ini kenapa markonah?” Teriak Ferry berupaya menyadarkan Isabel yang sedang melamun.
Isabel masih tak bergeming saat Ferry menggoyangkan tubuhnya.
“Apa yang kau lakukan semalam bersama tuan Zidan?” Bisik Caca penasaran pada Isabel.
“Hah, ternyata seperti itu rasanya! Hehehe.” Sahut Isabel.
“Apa? Rasa apa?” Tanya Caca semakin penasaran.
“Berciuman!” Jawab Isabel lagi sambil senyum-senyum.
Ppplleettaakkk…….
“Aahh eeellaahh, aku pikir apaan? Aku bahkan sudah mikir jorok tadi!” Ujar Caca kesal pada Isabel.
“Hanya ciuman saja kah? Tidak lanjut yang lain gitu?” Tanya Caca lagi berbisik masih penasaran.
“Apa kau pikir aku gadis yang murahan hah?” Teriak Isabel pada Caca.
“Hei, kau dan dia suami istri, wajar saja lah kalau melakukan hal itu.” Sahut Caca.
“Kenapa kalian berbisik lagi sih?” Tanya Ferry kesal dengan rasa keingintahuannya.
“Ini urusan perempuan, kau jangan ikut campur, bambang!” Ujar Caca sewot pada Ferry.
“Aku kan cuma ingin tau! Ada apa dengan Isabel?” Tanya Ferry.
“Dia seperti ini karena game yang kalian mainkan itu!” Sahut Caca dusta.
"Apa? Apa bisa sampai seperti ini?” Tanya Ferry sangking begoknya.
“Iya! Makannya kau berhentilah main game online itu agar kau tidak seperti Isabel sekarang.” Kata Caca.
Setelah mengantar Isabel kesekolah, Zidan pergi kerumah Balqis dengan menjemput Clara terlebih dahulu.
Di sana mereka disambut oleh Balqis yang sedang mengantarkan putranya yang bernama Azlan kedepan untuk pergi bersekolah.
“Om Zidan!” Sapa Azlan senang bertemu dengan Zidan.
“Belajar dengan giat ya.” Ucap Zidan memberi nasehat pada keponakannya yang berusia 5 tahun.
“Tentu saja aku akan belajar dengan giat, agar gadis yang aku sukai bangga dengan kepintaranku!” Sahut Azlan.
“Astaga, bukan hanya orang tuanya saja yang somplak, bahkan dia juga ikut somplak!” Gumam Zidan terkejut dalam hatinya.
Setelah Azlan pergi dengan diantarkan oleh supir, Zidan dan Clara masuk kedalam rumah bersama Balqis.
Mereka pun duduk di ruang tengah berbincang-bincang.
“Dimana Abrar?” Tanya Zidan pada Balqis.
“Apa kau merindukan aku, kakak ipar?” Sahut Abrar tiba-tiba muncul.
“Aku pasti sudah gila kalau seandainya aku merindukanmu.” Ujar Zidan.
“Isabel mana kak?” Tanya Balqis.
“Sekolah…” jawab Zidan.
“Hei Balqis, apa kau lupa kalau Zidan menikah dengan gadis SMA? Hehehe.” Abrar kembali meledek Zidan.
“Hehehe, kakak sangat beruntung ya dapat gadis muda belia seperti Isabel!" Kata Clara ikut meledek.
“Kalau kalian terus meledekku, lebih baik aku pergi dari sini!” Ancam Zidan kesal.
“Hehehe, semenjak menikahi gadis remaja, Zidan jadi sering ngambek ya!” Kata Abrar lagi tidak berhenti meledek Zidan.
“Diamlah!” sahut Zidan kesal.
“Kak, ayo dong cerita bagaimana bulan madumu di Dubai?” Tanya Balqis pada Zidan.
“Aku sangat yakin kak Zidan pasti berada di kamar terus walaupun sedang berada di tempat wisata yang indah itu.” Sahut Clara.
“Biasa saja!” Kata Zidan.
"Kak, apa kau sudah melakukan itu padanya?” Tanya Clara yang membuat Zidan malu.
“Diamlah kau Clara! Semenjak menikah dengan dokter konyol itu kau jadi semakin gila.” Ujar Zidan.
“Pppffftt, wajah Zidan memerah.” Kata Abrar menahan tawanya.
“Kak, kami sangat senang akhirnya kau bahagia sekarang.” Kata Clara.
“Semoga kau cepat punya anak ya kak!” Ucap Balqis mendoakan satu-satunya kakak laki-laki di keluarganya itu.
Saat mendengar ucapan doa dari Balqis, Zidan kembali teringat apa yang telah dilakukannya terhadap gadis belia yang di julukinya bocah itu.
“Semalam aku sudah menciumnya!" Gumam Zidan dalam hatinya.
Lama Zidan bengong karena memikirkan hal itu sampai akhirnya pikirannya buyar karena Abrar yang terus memanggilnya.
“Zidan, Zidan! Woi!” Teriak Abrar memanggil Zidan yang sedang melamun ketiak duduk bersama mereka.
“Tidak mungkin hamil! Aku hanya menciumnya semalam.” Kata Zidan keceplosan.
“Hah?” Seru kedua adiknya itu bingung menatap Zidan.
“Aaaarrgggg, aku keceplosan!” Gumam Zidan tepok jidad.
“Pppffffttt….bbuuaahahahahaahahahaha.” Seketika mereka bertiga meledak menertawai Zidan yang bersikap aneh.
Zidan pun hanya bisa menahan rasa malunya saat mereka menertawai dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
༊⃝𖥯💜_Torabica_💜
ngakak Ampe guling" bcnya Thor 🤣🤣🤣🤣
2020-06-18
2
ayu
aku slalu ketawa kaya or gila baca novel ini
2020-04-14
1
Lia Melsa
kykny di revisi ya tor
2020-04-03
1