MAKAN MALAM

Seminggu sebelum pernikahan, Liana mengutus seseorang untuk menjemput Isabel makan malam bersama dengannya dan juga Zidan dirumah. Zidan yang menolak mati-matian akhirnya pasrah karena paksaan Ibu.

Malam pun tiba, Isabel yang menggunakan gaun malam yang indah di jemput dari rumah menuju kediaman keluarga Zidan. Setibanya disana, ia telah disambut oleh calon mertuanya itu dengan sangat ramah.

Isabel dan Liana langsung menuju ruang makan, Isabel memilih duduk di samping Ibu, ia tak mau duduk di samping Zidan yang telah lama menunggunya sedari tadi. Dengan berdecak kesal, Zidan terus menatap Isabel yang terlihat sangat anggun memakai gaun.

“Kau sangat cantik, aku yakin kau gadis yang baik.” Ucap Liana pada Isabel.

“Terima kasih tante, pujiannya.” Ucap Isabel dengan senyuman manisnya.

“Kelak kalau kalian menikah dan punya anak, pasti anak kalian akan sangat tampan dan cantik.” Kata Liana yang membuat Isabel tersedak makanan.

“Uhuk…uhuk…” Isabel langsung mengambil minuman di hadapannya.

“Kau kenapa? Apa aku salah bicara?” Tanya Liana bingung pada Isabel.

“Ibu tidak salah bicara, tapi dialah yang makan tidak hati-hati! Aku benarkan belbel.” Sahut Zidan melirik Isabel.

“Namaku Isabel, om! Bukan belbel.” Kata Isabel tersenyum kesal pada Zidan.

“Apa? Om?” Pekik Liana bingung.

“Eh, maksudnya kak Zidan. Hehehe.” Sahut Isabel cepat-cepat melarat ucapannya.

“Kau sangat manis! Aku sangat senang memiliki menantu sepertimu.” Kata Liana lagi.

Isabel hanya tersenyum membalas perkataan Liana, sementara Zidan tak berkedip menatapnya.

“Isabel, menginaplah semalam disini! Aku sudah meminta izin pada orang tuamu tadi, dan mereka memberikan izin untukmu menginap disini semalam.” Kata Liana.

“Kenapa harus menginap?” Tanya Isabel.

“Besok aku berencana akan mengajakmu berbelanja.” Sahut Liana.

“Tapi, tante, besok biar aku saja yang datang kesini, jadi malam ini aku tidak perlu menginap.” Kata Isabel menolak dengan cara halus.

“Menginaplah disini, belbel! Itu permintaan calon mertuamu.” Kata Zidan yang membuat Isabel kesal.

“Hehehe, aku akan mengganggumu semalaman disini!” Ucap Zidan dalam hatinya.

Ibu terus membujuk Isabel untuk menginap malam itu, dengan berbagai cara Isabel menolaknya. Namun akhirnya ia kalah juga, menginaplah Isabel dirumah Zidan malam itu. Setelah selesai makan, Isabel langsung masuk ke kamar yang sudah disediakan untuknya. Isabel pergi mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur. Saat ia baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan sehelai handuk saja, Isabel menjerit saat melihat Zidan dengan santainya duduk di tepi ranjang.

“Kenapa kau ada disini, om sinting?” Teriak Isabel melihat Zidan berada di dalam kamarnya ketika ia menginap disana.

“Hei, apa kau lupa? Ini rumahku!” Sahut Zidan santai.

“Iya, tapi ini kamarku selama aku menginap disini.” Teriak Isabel kesal.

“Jangan berteriak, nanti ibu mendengar kita.” Bisik Zidan.

“Aaarrrggghh!” Teriakan Isabel semakin kencang.

“Diam! Jangan berteriak lagi!” Bentak Zidan.

“Aaarrrggghh! Aku tak peduli!” Teriak Isabel semakin kencang.

Ccupp……

Zidan mencium bibir Isabel agar dia tidak berteriak lagi.

“Eeemmmm.” Pekik Isabel susah bernafas ketika Zidan menciumnya secara tiba-tiba.

Zidan segera melepaskan ciumannya, dan terus mengancam Isabel agar tidak berteriak.

“Beraninya kau mencuri ciumanku lagi, om sinting!” Ujar Isabel kesal.

“Diam! Kalau kau berteriak lagi akan aku lahap kau.” Ancam Zidan.

Isabel berdegik ngeri saat Zidan mengancamnya, padahal Isabel jago taekwondo namun saat di ancam Zidan dia malah ketakutan.

“Ini gaun pengantin yang baru! Ingat jangan sampi rusak lagi.” Kata Zidan memberikan gaun pengantin yang baru kepada Isabel.

“Bukan aku yang merusaknya.” Gumam Isabel.

“Cepat pakai! Aku mau lihat gaun itu cocok untukmu atau tidak.” Ujar Zidan kesal.

“Iya, sabar! Dasar tua bangka hipertensi.” Sahut Isabel berlari masuk ke kamar mandi.

“Aku bisa mati kesal jika serumah dengan istri seperti dia.” Gumam Zidan.

Tak lama kemudian, Isabel keluar dengan gaun pengantin yang baru di beli Zidan untuknya. Kali ini wajah Isabel datar saja. Dia seakan tidak suka dengan gaun itu.

“Kurang ajar, pakai apa saja dia tetap cantik!” Ucap Zidan dalam hatinya melihat Isabel mengguanakan gaun pengantin yang tadi.

Lalu Zidan memperhatikan wajah datar Isabel.

“Kenapa kau? Kau tak suka gaun itu?” tanya Zidan pada Isabel.

“Aku tak suka bagian dadanya, om! Terlalu terbuka.” Sahut Isabel.

“Eh, benar juga! Gaun itu terlalu terbuka untuk usianya.” Gumam Zidan lagi dalam hatinya.

“Besok ikut aku beli gaun yang lain.” Kata Zidan.

“Jadi gaun yang ini mau diapakan, om?” Tanya Isabel.

“Terserah kau mau diapakan! Dibakar juga boleh.” Sahut Zidan dengan santainya.

"Kau yang kubakar!" Ujar Isabel kesal pada Zidan.

Zidan pun membalikkan tubuhnya hendak keluar dari kamar Isabel, namun langkahnya terhenti dan berbalik menghampiri Isabel.

“By the way, untuk usiamu yang masih 17 tahun, asetmu besar juga ya? Hehehe.” Bisik Zidan sambil cengengesan yang membuat Isabel kesal.

Dengan gerakan reflek, Isabel memberikan bogeman kepada Zidan yang menatap mesum ke bagian dadanya.

“Kenapa kau meninjuku hah?” Teriak Zidan sambil meringis kesakitan.

“Itu balasan untuk om-om genit sepertimu!” Sahut Isabel sembari melotot padanya.

“Dasar bocah gila!” Umpat Zidan.

“Aku tak perduli!” Sahut Isabel.

Zidan mencubit pipi Isabel lagi seperti apa yang ia lakukan padanya ketika di ruang kantornya saat itu. Isabel begitu kesal karena Zidan mencubit pipinya dengan gemas.

“Mati Saja kau sana, om sinting!” Teriak Isabel sangat kesal karena kecolongan oleh Zidan.

Zidan yang terus berlari keluar kamar itu sambil terkekeh jahat karena berhasil mengganggu Isabel saat menginap dirumahnya. Saat Zidan baru saja keluar dari kamar Isabel, ia kepergok oleh Liana yang menatapnya penuh amarah.

“Dasar kau, anak nakal! Kenapa kau keluar dari kamar Isabel? Apa kau ingin mengganggunya, hah?” Ujar Liana sambil menjewer telinga Zidan.

“Aduh, ampun! Sakit, ibu! Aaarrrggghh!” Teriak Zidan kesakitan.

 

Saat akan tertidur, Isable teringat apa yang dilakukan oleh Zidan padanya tadi sat di kamar.

“Dasar om-om sialan! Dia selalu saja menggangguku.” Umpat Isabel kesal pada Zidan.

“Belum menjadi istrinya saja dia sudah membuatku kesal setiap harinya, bagaimana jika aku sudah menikah dan jadi istrinya nanti.” Gumam Isabel.

“Malangnya nasibku, menikah dengan om-om sinting seperti dia!” Kata Isabel nangis bombai.

Di balkon kamarnya tampak Zidan sedang memegang segelas wine sambil mengingat apa yang ia perbuat pada gadis tomboy yang akan menjadi istrinya itu. Garis senyum terukir dibibir Zidan kala itu.

“Dasar bocah! Bisa juga dia membuatku tertarik padanya dengan tingkah kekanak-kanakannya itu, hehehe.” Gumam Zidan.

Keesokan harinya setelah seharian pergi berbelanja dengan Liana, Isabel pulang di antarkan oleh Zidan sampai kerumahnya. Saat di perjalanan mereka berdua terus saja ribut dan berselisih paham. Zidan hanya mengantar sampai di depan rumah saja, saat Isabel turun dari mobil Vani melihat Zidan yang duduk bersandar di dalam mobil.

Vani lantas menghampiri Zidan yang terkesan cuek padanya.

“Kak Zidan, ayo turunlah! Aku mengundangmu makan malam dirumah.” Ucap Vani dengan senyum munafiknya.

“Aku tak punya waktu!” Sahut Zidan ketus.

“Oh, satu lagi, aku bukan kakakmu, jadi kau harus memanggilku tuan Zidan, bukan kak Zidan! Karena panggilan itu khusus untuk Isabel.” Sambung Zidan yang membuat Vani mati kutu sekaligus kesal.

Zidan langsung menyuruh supirnya untuk menjalankan mobilnya kembali kerumah. Saat itu Isabel yang sudah masuk kerumah, di kejar oleh Vani yang terlihat sangat kesal padanya. Dengan serangan yang tiba-tiba, Vani ingin memukul Isabel dari belakang, karena Isabel terbiasa menghadapi serangan seperti itu saat berlatih taekwondo, ia bisa mengelak dan menghindari serangan dari Vani. Vani jatuh tersungkur saat ia tak bisa memukul Isabel. Vani bertambah kesal saat terduduk di lantai. Aftur kala itu sedang menuruni anak tangga dan melihat anak kesayangannya tersungkur di lantai.

“Vani, kenapa kau bisa jatuh?” Tanya Aftur.

“Isabel mendorongku, ayah! Ia kesal karena aku berbicara dengan tuan Zidan tadi.” Sahut Vani berbohong dan memfitnah Isabel.

“Sial, lagi-lagi aku difitnah dirumah ini!” Gumam Isabel kesal.

Saat Vani baru saja bangkit dari tersungkurnya, Isabel langsung mendorongnya dengan kuat hingga Vani kembali tersungkur di lantai.

“Isabel, apa yang kau lakukan pada kakakmu, hah?” Bentak Aftur marah padanya.

“Aku hanya melakukan apa yang kak Vani katakan pada ayah tadi! Apa aku salah?” Sahut Isabel dengan santainya.

“Dasar kurang ajar kau.” Teriak Vani menyerang Isabel lagi, namun Isabel tetap mengelak dan Vani jatuh tersungkur untuk yang ketiga kalinya hingga lututnya membiru lebam.

“Ayah, lihatlah lututku!” Kata Vani merengek pada Aftur.

“Cepat minta maaf pada kakakmu!” Teriak Aftur lagi pada Isabel.

“Sampai matipun, aku tidak akan pernah minta maaf padanya.” Balas Isabel berlalu masuk kekamarnya.

Aftur sangat murka melihat Isabel yang tak pernah mau menurutinya. Segala caci dan makian tertuju pada Isabel saat itu. Di kamarnya Isabel terduduk lemas saat caci maki yang keluar dari mulut sang ayah tertuju padanya.

“Kapan kalian akan menyayangi aku lagi seperti dulu, ayah, ibu.” Ucap Isabel merindukan kasih sayang dari orang tuanya.

Isabel terus menangis malam itu. Disaat bersamaan, ponselnya berdering dari nomor yang tak dikenalnya. Sambil terisak, Isabel mengangkat telepon itu yang ternyata dari Zidan.

“Apa kau sedang menangis?” Tanya Zidan dari seberang sana.

Isabel terus menangis.

“Kau kenapa?” Tanya Zidan lagi.

“Om, mau apa telepon aku?” Tanya Isabel.

“Aku tanya kenapa kau menangis?” Zidan terus bertanya.

“Bukan urusanmu, om! Mau apa telepon aku?” Teriak Isabel kesal.

“Dasar kau bocah ingusan! Ditanya malah balik bertanya!” Umpat Zidan kesal.

“Besok ikut aku kepemakaman ayahku! Ibu menyuruhmu datang.” Kata Zidan.

“Aku tidak mau!” sahut Isabel menolak.

“Terserah kau!” Kata Zidan ikut kesal dan mematikan sambungan ponselnya.

Isabel semakin kencang menangis, tak ada orang yang perduli dengan keadaanya saat itu. Isabel sangat merindukan kakeknya yang berada di Indonesia.

Setelah selesai menghubungi Isabel, Zidan menghela nafas panjang.

“Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan kehidupanku? Kenapa aku harus melalui hidup serumit ini, menikah dengan bocah ingusan dan bahkan tidak bisa bersikap lembut padaku! Hah, apa yang akan terjadi padaku dimasa depan?” Gumam Zidan.

“Riasa, kembalilah! Disaat seperti ini aku sangat merindukanmu!" Ucap Zidan lagi sambil menatap bintang-bintang di langit.

Entah dimana keberadaan Raisa saat ini. sudah bertahun-tahun lamanya, Zidan tidak pernah bisa bertemu dengan wanita yang sangat ia cintai itu.

Dipemakaman Ibu dan Zidan membawakan bungan untuk mendiang yang diletakkan di sebuah kuburan.

“Ayah, aku datang bersama Ibu.” Ucap Zidan menghadap kuburan ayahnya itu.

“Kami sangat merindukan sosokmu, ayah! Semoga kau tenang disana." Sambung Zidan lagi.

Liana yang juga merindukan sosok suami yang ia cintai itu tampak meneteskan air mata kesedihannya ketika di pemakaman itu.

“Aku telah mengurus semua keinginanmu saat kau masih hidup, perjanjian lamamu dengan tuan Aftur akhirnya bisa terlaksana beberapa hari lagi.'”Kata Liana sambil mengusap pusara suaminya itu.

Hari pernikahan sudah semakin dekat, orang tua Isabel melarangnya untuk meniggalkan rumah sampai hari pernikahan tersebut. Orang tuanya takut jika Isabel akan pergi melarikan diri lagi.

Ponsel Isabel berdering panggilan dari Ferry teman sekelas Isabel di sekolah.

“Hei, gadis bule! Kenapa kau tidak masuk? Kau lupa ini hari pertama sekolah setelah kita libur?” Tanya Ferry.

“Aku masih di Itali." Sahut Isable dengan nada sedih.

“Hah? Kak masih di Itali? Kenapa kau tidak kembali ke Indonesia? Liburnya udah habis.” Ujar Ferry.

“Si Caca sudah kembali dari bulan madunya?" Tanya Isabel pada Ferry.

"Si caca pasti masih di sekap sama suaminya di kamar!” Sahut Ferry.

“Kapan kau kembali?" Tanya Ferry pada Isabel.

“Aku juga belum tau, tapi aku pastikan akan balik ke sekolah secepatnya.” Jawab Isabel.

“Ya sudahh! Pulsa ku lenyap seketika.” Ujar Ferry.

“Iyalah, namanya juga antar internasional, mahal lah” Sahut Isabel.

“Bye!” Ucap Ferry.

Isabel menatap ponselnya dan berpikir akan menghubungi Caca via Chat.

Saat mengetik jarinya terhenti mengingat Caca sedang berbulan madu dengan suaminya yaitu Rudi.

Isabel mengurungkan niatnya untuk menghubungi Caca.

Saat ia meletakkan ponsel di meja riasnya, tiba-tiba ada pesan masuk.

Isabel melihatnya dan ternyata dari Zidan.

“Hai, belbel bocah ingusan!  Beberapa hari lagi pernikahan kita, kau harus siap menghadapi apa yang akan aku lakukan padamu. Hehehe.” Tulis Zidan pada chat yang dikirimnya untuk Isabel melalui ponsel pribadinya.

Dengan kesal Isabel membalas chat dari Zidan dengan foto dirinya yang sedang mengacungkan jari tengahnya sambil menjulurkan lidahnya.

Tring……

Zidan yang duduk di meja kantornya, cepat-cepat melihat isi pesan balasan dari Isabel.

Saat membukanya Zidan melihat foto untuknya dari Isabel.

Seketika Zidan tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul mejanya sehingga Leo mengira Zidan sedang kerasukan setan.

“Hei, apa kau sedang tidak waras?” Tanya Leo pada Zidan.

“Lihatlah balasan dari bocah itu” Kata Zidan yang tak henti-hentinya tertawa.

Leo pun melihatnya dan sontak ikut tertawa terbahak-bahak.

“Astaga, gadis itu memang sangat unik yah” Kata Leo mengusap air matanya karena tertawa terbahak-bahak.

“Kau benar, Isabel itu gadis yang sangat unik bahkan menarik! Kau lihat saja fotonya barusan, aku tak menyangka dia akan mengirimkan foto itu padaku hahaha…” Sahut Zidan kembali tertawa.

“Aku rasa kau berjodoh denganya, dari ceritamu dulu kau begitu sering bertemu dengannya dan selalu konflik saat bertemu! Aku rasa itu sudah jadi takdirmu sampai-sampai kau memilihnya menjadi istrimu..” Kata Leo.

“Aku masih tetap tidak percaya kalau dia adalah jodohku! Aku menikah denganya hanya ingin melakukan apa yag di inginkan oleh mendiang ayahku saja!" Kata Zidan.

“Mari taruhan denganku! Suatu saat kau pasti jatuh cinta padanya." kata Leo.

“Kau berani?” Tanya Leo menantang Zidan.

“Baiklah.” Sahut Zidan menerima tantangan dari Leo.

“Oke, jika kau sampai jatuh cinta pada belbelmu itu, maka kau harus memberikanku waktu cuti selama satu tahun." Kata Leo yang memang tidak pernah mendapatkn izin cuti dari Zidan.

“Baiklah, aku setuju..” Ucap Zidan.

“Aku tidak akan jatuh cinta pada bocah itu cintaku hanya untuk Raisa saja.” Ucap Zidan dalam hatinya dengan penuh keyakinan.

Tinggal menghitung hari saja, pernikahan Zidan dan Isabel akan dilangsungkan di sebua gedung mewah di kota itu. Kerabat dan juga sahabat yang diundang untuk hadir dalam pesta pernikahan tersebut, mulai berdatangan di Itali. Seperti Balqis dan Abrar yang memboyong anak-anaknya serta kakek dan para pengasuh.

Begitu pula dengan Clara dan Devan yang juga memboyong anak serta keluarga dari Devan.

Dan sahabat-sahabat yang lain, Luky, Romi dan Aska yang tak ketinggalan membawa istri dan anak-anak mereka.

Mereka semua tinggal bersama dirumah Zidan.

Berkumpul untuk menghadiri pernikahan si jomblo yang pada akhirnya akan menikah juga.

Setelah makan malam bersama, Zidan berkumpul dengan Abrar dan yang lainnya di ruang keluarga.

“Akhirnya, teman kita yang jomblo ini menikah juga!" Kata Aska meledek Zidan.

“Diamlah!” Sahut Zidan kesal.

“Kak, aku sangat penasaran bagaimana rupa istrimu! Dia pasti sangat dewasa dan juga cantik..” Kata Clara yang belum mengenal siapa calon istri Zidan.

“pppffft, hahaha.” Semuanya tertawa kecuali Clara.

“Apa? Kenapa kalian semua tertawa?” Tanya Clara bingung.

“Clara, apa kau tidak tau siapa calon kakak iparmu itu?” Tanya Romi.

“Siapa?” Tanya Clara lagi.

“Apa kau ingat waktu di pesta pernikahan Rudi, Zidan terjatuh saat berfoto dengan seorang gadis.” Kata Romi.

“Oh, yang waktu itu ya! Itu kejadian yang sangat lucu, hahaha.” Sahut Clara.

“Lantas apa hubungannya?” Tanya Clara.

“Itu dia gadis yang akan dinikahi oleh Zida…,hehehe.” Sambung Romi.

“Apa?” Teriak Clara kaget.

“Kak, apa benar kau akan menikah dengan gadis SMA itu?” Tanya Clara ada Zidan.

Zidan hanya tunduk dan diam menahan rasa malunya diledek habis-habisan.

“Astaga, aku mengumpat Rudi menjadi pedofil, ternyata kakakku sendiri jadi pedofil juga.” Sambung Clara.

“Diamlah, itu juga bukan keinginanku.” Gumam Zidan.

“Apa disini cuma aku yang tak tau akan hal ini?” Tanya Clara.

Semuanya mengangguk menjawab pertanyaan Clara.

“Hah, setelah menikah dengan Devan, aku jadi sangat payah.” Ujar Clara.

“Hei, apa hubungannya denganku?” Teriak Deva tak terima disalahkan.

“Karena kau selalu membuatku repot setiap malam mengurusimu.” Balas Clara.

"Hei, itu kan memang sudah tugasmu sebagai seorang istri!" Sahut Devan sewot.

Terpopuler

Comments

Welicutez Westlifeluvers Forev

Welicutez Westlifeluvers Forev

aku ga bisa berhenti ngakak thor. 😂😂😂😂 pertama kali aku baca karya mu yg menikahi duren sawit trua jadi baca karya kamu yg lain juga thor. skr lagi baca ini deh. keren thor. semanat ya. 😉😉😉

2020-10-15

0

Asti Rahayu

Asti Rahayu

knapa ada aska jg devan...mrka kan kakak adik d kluargaku 😅

2020-05-06

1

sky

sky

makin ke sini makin kocak 😂😂😂😂

2020-04-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!