Setibanya Isabel dirumah, ibunya telah berdiri menghadangnya dengan pandangan yang sangat kesal. Isabel tak berani menatap ibunya karena telah ketahuan melarikan diri agar tidak dinikahkan dengan pria yang tak di kenalnya. Isabel belum mengetahui kalau Zidanlah pria yang akan dinikahkan padanya.
“Beraninya kau lari dari sini? Apa kau ingin aku dan ayahmu terlibat masalah karena ulahmu, hah?” Teriak Dania kesal pada Isabel.
“Aku tidak ingin menikah, ibu!” Kata Isabel.
Dengan kesal Dania menarik tangan anaknya itu dan membawanya bertemu dengan suaminya yang sangat cemas karena Isabel melarikan diri. Dania membawa Isabel keruang keluarga. Disana telah menanti Aftur dan Luisa.
“Kau ini memang sangat menyusahkan aku!” Ujar Aftur kesal pada anaknya.
“Ayah, kenapa harus aku? Aku ingin sekolah bukan menikah.” Teriak Isabel terus berupaya menolak perjodohan itu.
“Kau itu tidak memiliki otak yang cerdas seperti kakak-kakakmu! Jadi jika kau menikah diusia dini, tidak akan jadi masalah untuk kedepannya!” Sahut Aftur yang membuat Isabel sedih.
“Lagian, setelah kau menikah nanti, kau masih bisa melanjutkan pendidikanmu! Itu sudah janji dari calon mertuamu.” Sambung Aftur.
“Ayah, aku mohon! Aku tidak ingin menikah.” Ucap Isabel menangis.
Tak lama kemudian, Vani menghampiri mereka sepulang dari kampusnya.
“Ada apa ini, ayah?” Tanya Vani.
“Bukan apa-apa! Kau istirahatlah, kau pasti lelah dari kampus.” Sahut Aftur pada Vani.
“Dania, bawa Isabel ke kamarnya dan kunci pintu kamarnya jangan sampai dia kabur lagi!” Perintah Aftur pada istrinya itu.
Isabel pun diseret oleh ibu dan Luisa untuk masuk kekamar dan mengurungnya disana. Vani yang curiga dengan kejadian itu berusaha mencari tau dari para pelayan yang bekerja dirumahnya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Vani pada pelayan kepercayaannya yang bernama Inggrid.
“Nona, apa kau belum tau? Nona Isabel akan segera dinikahkan!” Jawab Inggrid yang mengetahui setiap permasalahan yang ada di rumah itu.
“Apa? Dinikahkan? Dengan siapa?” Tanya Vani.
“Aku dengar sih katanya nona Isabel akan menikah dengan pria kaya di kota ini, yaitu tuan Zidan.” Sahut Inggrid yang membuat Vani semakin terkejut.
“Dengan kak Zidan?” Gumam Vani dalam hatinya.
“Nona, sebenarnya beberapa hari yang lalu nyonya Liana Ailendra datang kesini untuk menagih janji lama yaitu menikahkan anaknya dengan salah satu dari kalian! Namun tuan Aftur tidak mau menjodohkan nona Vani dan nona Luisa pada anaknya, yang aku dengar katanya tuan Aftur ingin nona vani dan nona Luisa fokus melanjutkan pendidikan, begitu nona!” Kata Inggrid yang mempunyai kebiasaan menguping.
“Ya sudah, ini tips untukmu!” Kata Vani memberikan beberapa lembar uang pada Inggrid atas semua informasi yang ia berikan padanya.
Vani pun masuk kedalam kamarnya dengan kesal.
“Sialan! Kenapa Isabel sih yang dinikahkan dengan kak Zidan? Kenapa bukan aku? Aku kan anak tertua di keluarga ini! Lagipula aku sudah lama menyukai kak Zidan!” Gumam Vani marah.
“Aku harus mencari cara agar kak Zidan menikah denganku, bukan dengan Isabel yang bodoh itu!” Katanya lagi.
Setelah lama ia berfikir, akhirnya Vani menemukan cara agar dialah yang nantinya menikah dengan Zidan. Vani langsung menemui Ibunya yang sedang berada di kamar Isabel bersama dengan Luisa juga.
“Ibu, aku sudah tau semuanya!” Ucap Vani pada Dania.
“Apa maksudmu?” Tanya Dania bingung.
“Ibu akan menikahkan Isabel kan?” Tanya Vani.
“Pergilah Vani, kau harus fokus dengan kuliahmu!” Ujar Dania.
“Ibu, ini tidak baik! Isabel itu masih kecil, dan dia masih berusia 17 tahun, apa ibu setega itu akan menikahkannya?” Teriak Vani.
“Apa? Kak, sejak kapan kau perduli dengan Isabel?” Tanya Luisa pada Vani.
“Diam kau!” Bentak Vani marah pada Luisa.
“Isabel, tenanglah! Biar aku yang menggantikan posisimu untuk menikah dengan Zidan.” Ucap Vani melancarkan aksinya untuk mencapai tujuannya.
“Terima kasih, kak! Aku tak menyangka dirumah ini masih ada orang yang peduli denganku.” Ucap Isabel polos.
“Sudahlah, aku ini kakakmu, aku pasti akan menolong adikku.” Sambung Vani memeluk Isabel.
“Ibu, aku sudah memutuskan akan menggantikan Isabel dan menikah dengan Zidan.” Kata Vani.
“Kau harus fokus dengan pendidikanmu! Kau tidak boleh menikah.” Kata Aftur yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan mendengar semua yang terjadi di sana.
“Ayah! Bukankah aku tetap bisa melanjutkan pendidikanku setelah aku menikah?” Teriak Vani.
“Tapi setelah menikah kau pasti tidak akan fokus belajar dan nilai-nilaimu pasti akan menurun.” Kata Aftur.
“Ayah, apa aku pernah mengecewakanmu dengan nilai-nilaiku selama ini?” Tanya Vani.
Aftur tak bergeming saat Vani melontarkan pertanyaan itu padanya.
“Aku sudah memutuskannya, karena aku putri tertua di keluarga ini, maka biar aku saja yang menikah.” Sambung Vani lagi.
Isabel dapat bernafas lega dengan keputusan yang diucapkan oleh Vani yang akan menggantikannya menikah. Aftur tak dapat berkata apa-apa lagi mendengar keputusan yang diambil oleh putri yang selalu dibangga-banggakannya itu.
Didalam kamarnya Luisa memikirkan kecurigaannya terhadap Vani yang tiba-tiba begitu perhatian pada Isabel. Padahal selama ini Vani adalah orang yang sangat sombong karena merasa memiliki banyak prestasi dan di bangga-banggakan oleh kedua orang tuanya.
“Ada apa dengan kak Vani? Aku yakin ada sesuatu yang diinginkannya!” Gumam Luisa mencurigai kakak sulungnya.
Di ranjangnya, Isabel merebahkan tubuhnya setelah selesai mandi.
“Hah, akhirnya aku terbebas dari masalah besarku itu! Aku bisa liburan di itali dengan nyaman dan sentosa, hehehe.” Ucap Isabel menarika nafas dengan lega.
“Entah apa yang ada dipikiran si sombong itu, sehingga dia mau menggantikan aku untuk menikah.” Katanya lagi.
Di meja belajarnya, Vani merasa sangat bahagia karena akan menikah dengan pria idamannya.
“Aku sangat senang akan menjadi istri dari tuan Zidan yang sangat berpengaruh di negeri ini! Aku akan berdandan yang cantik, dia pasti akan terpesona dengan kecantikanku, hahaha.” Kata Vani tertawa puas berhasil mengelabui keluarganya.
Malam harinya Zidan yang sangat lelah pulang kerumahnya dan hendak masuk ke kamarnya. Namun saat ia melintasi kamar Liana, Zidan melihat tubuh Ibu yang tergeletak di lantai kamar. Dengan perasaan yang sangat khawatir ia mendekati ibunya.
“Ibu…ibu! Astaga apa yang terjadi?” Kata Zidan sangat panik mendapati ibunya pingsan.
Dengan segera ia memanggi dokter untuk memeriksa keadaan ibunya.
“Bagaimana dokter? Apa yang terjadi?” Tanya Zidan.
“Kondisinya sangat lemah, jangan buat dia terlalu banyak pikiran atau membuatnya sedih.” Jawab Dokter.
“Ini resep untuknya.” Sambung dokter itu lagi.
“Terima kasih, dokter!” Ucap Zidan.
Tak lama kemudian, Liana sadar dari pingsannya.
“Ibu, kau tidak apa-apa? Dimana yang sakit ibu?” Tanya Zidan sangat khawatir.
“Zidan, aku sudah sangat tua! Mungkin aku akan segera mati.” Ucap Liana dengan nada lemah.
“Ibu, jangan pernah katakan itu! Kau harus sehat.” Sahut Zidan.
“Zidan, sebelum aku mati nanti, aku hanya ingin minta satu permohonan padamu, nak.” Kata Liana.
“Ibu, jangan katakan itu! Ibu harus tetap sehat, ibu boleh minta apapun padaku, asal jangan pernah katakan mati lagi.” Sahut Zidan.
“Menikahlah dengan putri tuan Aftur! Itu adalah keinginan mendiang ayahmu dan juga aku.” Kata Liana yang membuat Zidan semakin galau.
“Ibu, tapi aku…”
"Nak, ibu mohon! Penuhilah keinginan mendiang ayahmu.” Sambung Liana.
“Baiklah ibu! Aku akan memenuhi keinginan mendiang ayah dan ibu.” Ucap Zidan mengalah.
“Tapi ibu juga janji padaku, jangan pernah katakan tentang kematian lagi.” Sambung Zidan.
“Baiklah, tinggalkan aku sendiri, aku akan istirahat!” Kata Liana menyuruh Zidan untuk keluar dari kamarnya.
Zidan pun mengiyakan dan pergi keluar kamar Liana agar Liana bisa beristirahat. Saat zidan menutup pintunya, Liana mengintip dan langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Abrar menantu favoritnya itu yang sedang bersama dengan putrinya yaitu Balqis.
“Abrar, rencana kita berhasil!” Ucap Liana senang pada sang menantu yang menetap tinggal di Indonesia.
“Tentu saja! Menantumu yang jenius ini punya banyak akal.” Sahut Abrar menyombongkan dirinya.
“Kau memang menantu yang bisa aku andalkan! Hehehe.” Ucap Ibu memuji Abrar dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
Abrar yang sedang mendekap tubuh Balqis yang polos dan penuh dengan keringat sangat kesal dengan prilaku Ibu yang sering memutuskan sambungan telepon secara sepihak.
“Ibu, halo ibu?” Panggil Abrar melalui ponselnya.
“Aaarrgghh, mengapa kau selalu memutuskan sambungan teleponya secara sepihak ibu!” Teriak Abrar kesal.
“Hei, ada apa? Kenapa dengan Ibu?” Tanya Balqis.
“Tidak ada apa-apa! Hehehe, mari kita tuntaskan apa yang sedang kita kerjakan saat ini.” Sahut Abrar.
*****
Di dalam kamar mandinya, Zidan terus memikirkan apa yang telah diucapkannya pada Liana.
“Bagaimana bisa aku menikah dengan bocah ingusan itu?” Pikir Zidan dalam keadaan tubuhnya yang masih basah.
“Hidupku pasti akan seperti neraka, jika memiliki istri judes dan pembangkang seperti dia.” Kata Zidan lagi dalam hatinya.
“Raisa, entah apa yang kau pikirkan tentangku jika suatu saat kau kembali dan mengetahui kalau aku menikah dengan orang lain! Apa kau masih akan menerima cintaku.” Gumam Zidan dalam kegalauannya.
Tepat 3 hari waktu yang diberikan oleh ibu pada tuan Aftur. Liana dan Zidan datang untuk menagih janji yang pernah terucap dimasa lalu. Keluarga Aftur menyambut gembira kedatangan Liana dan Zidan. Mereka disuguhkan makanan dan minuman disebuah meja untuk makan siang bersama.
Vani yang telah mempersiapkan dirinya dengan dandanan yang cantik dan gaun yang indah, turun menyambut kedatangan pria idamannya yang telah duduk di sofa ruang tamu. Tak ketinggalan Luisa dan Isabel juga ikut menyambut kedatangan mereka. Saat melihat Zidan, Isabel sangat kaget. Ia baru menyadari bahwa Zidanlah pria tersebut.
“Hah, leganya aku! Untung saja kak Vani mau menggantikan aku menikah! Ternyata om sinting ini prianya.” Ucap Isabel dalam hatinya.
“Huh, awas saja kau bocah ingusan! Setelah menikah aku akan menyiksamu.” Ucap Zidan dalam hatinya sambil melotot pada Isabel.
Setelah lama berbincang dan berbasa-basi, Aftur mengajak Liana dan Zidan untuk masuk keruang makan dan makan siang bersama. Vani mempersilahkan Zidan untuk duduk disampingnya. Zidan pun mengiyakan dan duduk bersebelahan dengan Vani, namun berhadapan dengan Isabel. Isabel duduk di tengah-tengah antara Dania dan Luisa.
Mereka pun makan siang dengan makanan yang disediakan ala barat tentunya. Zidan terus menatap Isabel dan Isabel tak berani untuk menatap balik Zidan. Sementara Vani terus berusaha mengambil hati Zidan yang fokus pada Isabel yang tepat di hadapanya.
“Dasar om sinting! Kenapa dia terus menatapku? Kenapa dia tidak menatap kak Vani yang di sebelahnya sih?” Gerutu Isabel dalam hatinya. Ia sangat risih dengan tatapan Zidan padanya.
“Dasar kau bocah ingusan! Kenapa saat di hadapan keluargamu kau malah tak acuh padaku, hah? Padahal kalau cuma berdua denganku, kau sangat judes!” Ucap Zidan kesal dalam hatinya sambil menatap Isabel.
“Kak Zidan, makanlah sayur ini! Aku khusus memasaknya untukmu.” Ucap Vani dengan lemah lembut guna mengambil hati Zidan.
“Aku tidak suka sayur!” Sahut Zidan dengan ketus yang membuat Vani dan yang lainnya terkejut.
“Huh, aku tak menyangka kak Vani mencoba merayu Zidan.” Ucap Luisa dalam hatinya.
“Dasar om sinting! Diperhatikan calon istri malah ketus.” Gumam Isabel dalam hatinya pada Zidan.
“Beraninya kau mengacuhkan aku, Isabel!” Ucap Zidan dalam hatinya semakin kesal.
“Hehehe, aku akan membuatmu membalas tatapanku, Isabel.” Ucap Zidan lagi dalam hatinya.
Zidan mulai dengan aksinya untuk mengganggu Isabel. Dia menaikkan kakinya yang berada di kolong meja menyenggol kaki Isabel. Namun ia keliru bukan kaki Isabel yang dia senggol melainkan kaki Dania, istri Aftur.
Dania langsung kaget dengan apa yang dilakukan Zidan padanya. Wajah Dania langsung memerah menatap Zidan yang bolak balik menyenggol kakinya. Zidan terus menggerak-gerakkan kakinya, namun saat menatap Isabel, Isabel hanya diam dan tak bersekpresi apapun.
“Kurang ajar! Kenapa dia bisa tidak bereaksi apapun setelah aku menyenggol kakinya berulang kali?” Ucap Zidan dalam hatinya.
“Ibu, kenapa wajahmu sangat merah? Apa ibu sakit?” Tanya Luisa pada Dania.
“Tidak, sepertinya ada sesuatu yang bergerak di kakiku.” Sindir Dania sambil menatap Zidan.
"Hah, sial! Kenapa malah kaki ibunya yang aku senggol? Pantas saja dia tidak bereaksi apa-apa! Ternyata bukan kakinya.” Ucap Zidan dalam hatinya.
Setelah makan siang bersama, mereka pun kembali berbincang di ruang tamu untuk membicarakan pernikahan anak-anak mereka.
“Tuan Aftur, aku ingin semuanya jelas dan cepat selesai! Jadi putrimu yang mana yang akan kau nikahkan dengan putraku, Zidan.?” Tanya Liana.
“Aku sudah memutuskan, Vani, putri kesayanganku lah yang akan aku nikahkan dengan Zidan.” Jawab Aftur yang membuat Zidan kaget.
Vani tertunduk malu dan bahagia saat Zidan menatapnya kesal. Zidan tak menyukai Vani yang memiliki sifat angkuh namun munafik jika di hadapan orang lain.
“Baiklah kalau begitu, sekarang kita tetapkan saja kapan tanggal pernikahan mereka berdua! Lebih cepat lebih baik.” Sahut Liana.
“Tunggu!” Kata Zidan yang membuat semua mata melihatnya.
“Aku menolak menikah dengan putrimu!” Sambung Zidan mengejutkan semuanya.
“Apa maksudmu, Zidan? Kau sudah berjanji padaku, bukan?” Bisik Liana kesal pada Zidan.
“Tenang lah Ibu!” sahut Zidan.
"Kenapa kau tiba-tiba menolaknya? Bukankah kau sudah setuju untuk menikah dengan anakku?” Tanya Aftur.
“Aku tetap akan menikah dengan anakmu, namun bukan dengan Vani melainkan dengan Isabel!” Kata Zidan yang membuat lutut Isabel lemas tak berdaya.
“Apa?” Pekik Aftur kaget.
“Aku tidak tertarik dengan putri sulungmu, tapi aku memilih Isabel yang akan menikah dan menjadi istriku!” Kata Zidan lagi membuat Dania pingsan mendengarnya.
"Ya Tuhan, si om sinting itu bicara apa sih? Kenapa malah jadi seprti ini?" Gumam Isabel dalam hatinya masih enggan membalas tatapan Zidan padanya.
"Hehehe, Aku yakin kau pasti akan terkejut dengan keputusanku ini, Isabel!" Gumam Zidan dalam hatinya sambil terus menatap Isabel.
Semua orang panik saat Dania jatuh pingsan, kecuali Vani yang menangis kesal karena rencananya untuk menikah dengan pria idamannya gagal. Dania di bawa oleh pelayan untuk di bawa ke dalam kamar agar bisa beristirahat.
Isabel yang masih mematung dan juga Vani yang masih duduk disana menatap Isabel dengan kesal, mendengarkan segala perbincangan tentang rencana pernikahan Zidan dan Isabel yang akan di selenggarakan dalam waktu dekat. Setelah semua rencana pernikahan tersusun rapi, Liana dan Zidan kembali kerumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Umi Salsabilla
banget kocak
2020-09-30
1
Dyah Widi Astuti
Kayaknya menghibur ini novel,,, Moga konsisten lucunya ,
2020-08-14
1
༊⃝𖥯💜_Torabica_💜
kocak bnget ni kyanya ni psngan🤣🤣
2020-06-18
1