Di ruang kantornya, Zidan di hampiri Ibu yang baru saja kembali dari kediaman tuan Aftur.
“Ibu tadi sudah berbicara pada tuan Aftur! Dan dalam waktu 3 hari acara pertunanganmu akan dilaksanakan.” Ucap Liana membuat Zidan kaget.
“Maksud ibu apaan sih? Aku kan sudah bilang kalau aku tidak mau di jodohkan oleh wanita manapun!” Ujar Zidan kesal.
“Zidan! Mau sampai kapan kau terus memikirkan Raisa, hah? Apa kau tidak memikirkan aku yang sudah melahirkan dan membesarkanmu.? Aku hanya ingin melihatmu bahagia.” Kata Liana terpancing emosi.
“Ibu, apapun yang ibu katakan padaku, aku tidak akan setuju untuk menikah dengan wanita manapun.” Sahut Zidan keras kepala.
“Pikirkan masa depanmu, nak! Aku hanya ingin melihatmu bahagia.” Ucap Liana.
“Ibu mohon nak, lupakanlah Raisa! Bukalah hatimu untuk wanita yang lain, banyak wanita diluar sana yang lebih baik dan pantas buatmu.” Ucap Liana lagi membujuk Zidan.
“Sudahlah bu, hari ini aku memiliki jadwal meeting yang penting! Aku harus segera bersiap-siap.” Kata Zidan keluar ruang kantornya meninggalkan ibunya yang masih menatap dirinya dengan perasaan yang sedih.
Zidan terus melangkahkan kakinya menuju sebuah ruang kosong yang ada di kantornya tersebut.
“Raisa,dimana kau? Kenapa kau membuatku menjadi seperti ini? Apa salahku?” Gumam Zidan bertanya-tanya dalam hatinya.
“Aku bingung harus melakukan apa? Aku tidak mungkin menyakiti perasaan ibu, namun aku juga tidak ingin hidup bersama orang lain selain Raisa! Aku sangat mencintainya.” Gumam Zidan lagi penuh dengan kegalauan di dalam hatinya.
Melihat sikap Zidan yang mengacuhkannya, Ibu pergi meninggalkan kantor Zidan. Saat di perjalanan Liana meneteskan air matanya. Hatinya sangat sesak melihat putranya yang begitu penurut dengannya, kini berani menentangnya hanya karena seorang wanita yang tidak setia padanya. Liana mengingat kembali kejadian terakhir kali saat bertemu dengan Raisa, wanita yang sangat dicintai Zidan.
Flashback on.
Ketika Zidan masih bersama dengan Raisa.
“Ibu, aku akan pergi bersama Raisa untuk membeli cincin dan gaun pengantin untuk pernikahan kami nanti.” Ucap Zidan pada Liana sambil menggandeng mesra tangan Raisa.
“Pergilah, berhati-hatilah kalian di jalan! Jaga calon menantuku baik-baik.” sahut Liana yang begitu menyayangi Raisa.
“Kami pergi dulu, ibu.” Ucap Raisa tersenyum manis.
Kemudian Zidan dan Raisa pun pergi kesebuah toko perhiasan untuk memesan cincin pernikahan mereka dan juga memesan gaun pengantin dari perancang terkenal di itali. Zidan dan Raisa adalah pasangan yang sangat bahagia kala itu. Zidan dan Raisa sudah 7 tahun berpacaran sejak mereka masih kuliah di universitas yang sama.
“Sayang, apa kau bahagia sekarang?” Tanya Zidan pada Raisa.
“Tentu saja! Aku sangat bahagia, sebentar lagi aku dan kau akan menjadi sepasang pengantin.” Sahut Raisa tersenyum ceria pada Zidan.
“Aku akan melakukan apapun asalkan kau bahagia disisiku.” Ucap Zidan yang telah menjadi budak cintanya Raisa.
Raisa hanya tersenyum dan memeluk Zidan.
“Nanti malam ibu mengundangmu untuk makan malam bersama dirumah.” Kata Zidan.
“Baiklah! Aku juga sangat merindukan masakan ibu.” Sahut Raisa.
Setelah menyelesaikan urusannya, Zidan mengantar Raisa pulang kerumah.
“Jam 7 malam ini, aku akan menjemputmu! bersiaplah!” Kata Zidan sambil mencium pipi Raisa dengan penuh kasih sayang.
“Oke.” Sahut Raisa.
Setelah Raisa turun dari mobil, Zidan pun melajukan mobilnya menuju kantor untuk menyelesaikan beberapa urusannya yang tertunda. Raisa yang menatap mobil Zidan telah menjauh, ia pun melangkah kearah pintu dan mengambil kunci rumah. Raisa adalah wanita yang mandiri dan tinggal dirumah yang di beli oleh Zidan untuknya.
Saat Raisa membuka pintu rumahnya dan melangkah masuk, tiba-tiba tubuhnya diraih oleh tangan kekar yang membuatnya terkejut.
“Aarrgghh!” Teriak Raisa terkejut.
“Apa kau bersenang-senang dengannya hari ini?” Tanya pria itu yang suaranya familiar di telinga Raisa.
“Erwin! Kau mengagetkan aku saja.” Sahut Raisa.
“Dari tadi aku menghubungimu, tapi ponselmu tidak aktif! Apa kau mencoba untuk melupakan aku, hah?” Ujar Erwin terus mendekap tubuh Raisa.
“Apa kau merindukan aku?” Tanya Raisa mencoba menggoda Erwin yang tak lain adalah sahabat dari Zidan yang telah lama berselingkuh dengan Raisa di belakang Zidan.
“Tentu saja aku merindukanmu! Hampir seminggu ini kau selalu saja bersama pria yang menggilaimu itu.” Sahut Erwin.
“Aku hanya memainkan peranku agar Zidan tidak curiga dengan hubungan kita.” Kata Raisa merangkul leher Erwin dengan mesra.
“Jangan pernah mengacuhkan aku lagi, atau kau tidak akan pernah bisa mencapai tujuanmu.” Ancam Erwin pada Raisa.
“Kau jangan takut, aku akan selalu menjadi wanitamu selamanya, walaupun nanti status ku telah menjadi istri Zidan.” Sahut Raisa seraya mencium bibir Erwin dengan mesra.
Raisa dan Zidan menjalin kasih saat masih menjadi mahasiswa di salah satu universitas di itali. Banyak orang yang sangat iri dengan hubungan mereka karena Zidan selalu memperlakukan Raisa dengan romantis. Awalnya Raisa sangat mencintai Zidan, namun perasaan itu sirna saat kehadiran Erwin yang mampu membuat Raisa menjadi nyaman disisinya.
Malam hari tepat jam 7, Zidan menjemput Raisa di rumahnya. Raisa yang tak ingin Zidan mengetahui perselingkuhanya dengan Erwin yang tak lain adalah sahabat Zidan, langsung berlari keluar sebelum Zidan turun dari mobilnya.
“Sayang, kau datang tepat waktu! aku sudah sangat tidak sabar ingin makan masakan ibu.” Sapa Raisa langsung masuk ke dalam mobil dan mencium Zidan.
“Apa kau sangat lapar, hah?” Tanya Zidan tersenyum pada Raisa.
“Iya, aku sangat lapar!” Sahut Raisa manja pada Zidan.
“Baiklah, kita berangkat sekarang.” Ucap Zidan.
Zidan dan Raisa pun tiba dirumah dan langsung menemui Liana yang sudah menunggu kedatangan mereka di ruang makan bersama Clara adik kandungnya Zidan.
“Kak Raisa!” Sapa Clara berlari memeluk Raisa.
“Clara, malam ini kau sangat manis.” Ucap Raisa memuji calon adik iparnya itu.
“Kau juga sangat cantik.” Balas Clara.
“Pantas saja kak Zidan tergila-gila padamu, hehehe.” Sambung Clara lagi.
“Ayo duduk disini, Raisa!” Ajak Liana pada calon menantunya itu.
“Wah, ternyata ibu memasak makanan kesukaanku!” Seru Raisa senang.
“Iya, aku sangat menyayangimu! Kau sudah aku anggap seperti putriku sendiri.” Ucap Liana pada Raisa.
Mereka pun makan malam bersama sambil berbincang dan senda gurau, suasana kala itu sangat bahagia dan harmonis. Namun hubungan harmonis itu sirna ketika Liana memergoki Raisa yang sedang dirangkul oleh seorang pria yang tak asing di matanya, yaitu sahabat Zidan, yang bernama Erwin di sebuah hotel mewah.
Liana yang kebetulan memiliki urusan di hotel tersebut, tak menyangka melihat prilaku Raisa yang berselingkuh dengan sahabat Zidan. Liana tak tinggal diam ketika putranya dikhianati oleh Raisa dan Erwin. Liana pun mengambil bukti rekaman CCTV yang ada di hotel tersebut dan mengambil bukti kalau Raisa memesan sebuah kamar hotel bersama Erwin.
Dua hari menjelang pernikahan, Liana menemui Raisa tanpa sepengetahuan Zidan di sebuah kamar hotel yang menjadi tempat perselingkuhan itu terkuak.
“Ibu, kenapa kau ingin bertemu denganku disini?” Tanya Raisa dengan wajah berlagak manis di depan Liana.
“Jangan bersikap manis padaku lagi, Raisa!” Kata Liana dengan nada dingin.
"Apa kau tidak ingat kamar ini?" Sambung Liana lagi.
“Ibu, ada apa? Kenapa Ibu bersikap dingin padaku? Apa aku melakukan kesalahan?” Tanya Raisa masih ingin berpura-pura.
“Berhentilah berpura-pura, Raisa! Aku sudah mengetahui apa yang kau lakukan di belakang Zidan selama ini.” Ujar Liana kesal.
“Apa maksudmu, Ibu?” Tanya Raisa masih berdalih.
“Aku minta pergilah menjauh dari Zidan! Kau tak pantas untuk anakku.” Kata Liana berubah membenci Raisa.
“Kenapa ibu menyuruhku untuk meniggalkan Zidan? Dua hari lagi aku dan dia akan menikah!” Sahut Raisa.
Dengan kesal Ibu melemparkan semua salinan bukti perselingkuhan Raisa dengan Erwin. Raisa melihat rekaman CCTV dan foto-foto serta bukti pemesanan kamar hotel atas nama dirinya. Ia sangat terkejut kalau semua perselingkuhannya terbongkar oleh Ibu.
“Apa kau masih berani untuk menyangkalnya?” Seru Liana sudah muak dengan sikap buruk dan juga kebohongan Raisa.
“Oh, ternyata kau sudah mengetahuinya! Hahaha, Apa kau pikir Zidan akan meninggalkan aku begitu saja? Apa kau lupa, kalau putramu sangat mencintai aku?” Sahut Raisa yang tak segan-segan lagi untuk menampilkan sifat busuknya pada Liana.
“Akhirnya kau menampakkan sisi burukmu itu padaku! Aku peringatkan kau, tinggalkan Zidan!” Teriak Liana marah.
“Tidak semudah itu, ibu.” Kata Raisa berani menantang Liana.
“Apa yang kau inginkan agar Zidan tak akan pernah lagi melihatmu?” Tanya Liana berniat untuk bernegosiasi pada Raisa..
“Aku ingin uang! Uang yang banyak.” Sahut Raisa dengan liciknya.
“Aku sungguh tak menyangka, kau wanita yang yang tidak tau malu!” Ujar Liana penuh amarah.
“Berapa jumlah uang yang kau inginkan?” Tanya Liana lagi.
“100 Milyar.” Jawab Raisa.
“Huh, aku tidak menyangka harga dirimu semurah itu!” Ujar Liana yang langsung menuliskan cek dan melemparkannya ke wajah Raisa.
“Setelah ini, jangan pernah menampakkan wajahmu lagi atau aku tak segan-segan akan membunuhmu!” Ancam Liana pada Raisa saat melangkah pergi dari hotel tersebut.
Flashback Off
Liana yang melamun mengingat kembali kejadian beberapa tahun yang lalu, tersadar saat sopir pribadinya mengatakan bahwa ia sudah tiba dirumah. Liana mengusap air matanya dan masuk kedalam rumah.
*****
Zidan yang masih dengan kegalauannya di kantor, memilih untuk pergi mencari udara segar di seputaran kota tempat tinggalnya. Saat ia berhenti di sebuah café sekedar untuk minum kopi, Zidan kembali bertabrakan dengan Isabel yang sedang berlari untuk menghindari kejaran dari anak buah ayahnya.
“Aaarrrgghh, maaf….maaf!” Pekik Isabel pada orang yang tertabrak olehnya.
Tanpa melihat siapa yang ditabraknya, Isabel terus memunguti pakaiannya yang berserakan akibat tertabrak oleh tubuh Zidan.
“Kenapa kau lagi sih?” Teriak Zidan kesal melihat Isabel.
“Om, kau lagi rupanya!” Sahut Isabel terus memunguti barang-barangnya.
“Itu dia!” Teriak anak buah Aftur melihat kearah Isabel.
Isabel dan Zidan melihat kearah orang-orang yang sedang mengejar Isabel.
“Aaarrggghh!” Teriak Isabel berlari untuk menghindari kejaran orang suruhan ayahnya.
Saat itu Isabel yang sedang memunguti barang-barangnya, tak menyadari bahwa ia juga memegang dan menarik tangan Zidan untuk lari menghindari kejaran orang-orang itu. Isabel pun berhenti sesaat untuk bersembunyi di sebuah lorong sempit.
“Hah, hah, hah!” Nafas Isabel ngos-ngosan.
Kemudian Isabel merasakan ada yang aneh dalam genggamanya. Ia pun melihat apa yang digenggamnya.
“Ta…tangan?” pekik Isabel bingung.
Dengan segera ia menoleh kearah pria yang berdiri di sampingnya yang sedari tadi menatapnya kesal.
“Aaarrgghh! Kenapa om ada disini?” Teriak Isabel terkejut melihat Zidan.
“Apa kau lupa hah? Kau yang menarik tanganku tadi dan ikut berlari denganmu!” Teriak Zidan kesal pada Isabel.
“Dasar idiot!” Sambung Zidan lagi.
“Aku…aku…tidak sengaja! Aku pikir tanganmu itu tadi celana dalamku yang berserakan.” Sahut Isabel yang membuat Zidan semakin kesal.
“Apa kau bilang? Celana dalam? Kau pikir aku ini apa hah?” Teriak Zidan lagi.
“Pelankan suaramu, om! Nanti mereka tau kalau aku disini.” Kata Isabel.
“Kenapa mereka mengejarmu?” Tanya Zidan penasaran.
“Bukan urusanmu!” Sahut Isabel sewot.
“Pasti kau sudah membuat masalah kan?” Tanya Zidan lagi.
“Huh, mau tau saja urusan orang lain!” Gerutu Isabel sewot pada Zidan yang berdiri di sebelahnya.
“Dasar pembuat onar!” Umpat Zidan.
Anak buah tuan Aftur melintasi lorong yang menjadi tempat persembunyian Isabel dan Zidan. Namun mereka tidak melihat Isabel dan Zidan karena tertutupi tong sampah yang besar.
“Cepat katakan padaku, siapa mereka? Dan kenapa mengejarmu?” Bisik Zidan pada Isabel.
“Mereka itu adalah anak buah ayahku, mereka ingin menangkapku..karena aku kabur dari rumah.” Jawab Isabel.
“Dasar kau, bocah ingusan yang nakal!” Umpat Zidan menjuluki Isabel dengan julukan bocah nakal.
“Aku ini tidak nakal, om?” ujar Isabel.
“Lantas apa? Hanya anak nakal yang kabur dari rumah.” Sahut Zidan.
“Aku itu kabur karena ayahku akan menikahkan aku! Aku kan belum lulus sekolah.” Kata Isabel tanpa sengaja curhat pada Zidan.
“Apa? Jadi dia putri dari tuan Aftur yang akan di jodohkan denganku?” Gumam Zidan kaget dalam hatinya.
“Astaga! Ini tidak bisa dibiarkan! Aku pasti akan diejek Abrar dan yang lainnya jika aku menikah dengan bocah ini dan menjadi pedofil!” Batin Zidan lagi.
“Bocah ingusan sepertimu akan menikah? Huh, yang benar saja! Pria itu pasti sudah gila kalau menikah denganmu.” Kata Zidan meremehkan Isabel.
“Hei, om pikir aku ini mau menikah dengan pria gila dan tidak jelas hidupnya itu? Aku ini masih waras om!” Sahut Isabel yang membuat Zidan kesal karena di bilang pria gila dan gak jelas hidupnya.
“Kau…..” Zidan tak mampu berkata apa-apa lagi ketika mendengar penghinaan yang di lontarkan Isabel padanya.
Isabel bingung menatap Zidan yang tiba-tiba kesal padanya. Karena kesal Zidan langsung memanggil anak buah tuan Aftur untuk menangkap Isabel.
“Hei, kemari kalian! Orang yang kalian cari ada disini.” Teriak Zidan memanggil anak buah Aftur yang mengejar Isabel.
Isabel yang tak bisa melarikan diri lagi, langsung di tangkap dan di bawa oleh orang suruhan ayahnya tersebut.
“Aaarrggghh, dasar kau orang kejam! Teganya kau om-om sinting!” Teriak Isabel kesal pada Zidan.
“Dasar bocah ingusan! Beraninya dia mengatakan aku pria gila yang tak punya tujuan hidup.” Gumam Zidan kesal.
Zidan pun kembali ke sebuah cafe yang menjadi tempat persinggahannya yang tadi, sementara Isabel langsung di bawa pulang oleh orang suruhan ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
nana
tanya donx cerita Abrar n Balqis apa ya judulnya?
2020-11-07
0
Umi Salsabilla
ngakak
2020-09-30
0
Darknight
sumaph ngakak!!!
2020-09-09
0