BELBEL, KAU SANGAT KEJAM..!!

Azlan berulang tahun hari ini. Abrar dan Balqis membuat pesta ulang tahun dengan mengundang anak dari para sahabat dan juga teman-teman sekolah Azlan. Liana turut hadir dalam pesta ultah cucunya. Namun tak begitu dengan Zidan dan Isabel, ia masih banyak pekerjaan dan Isabel sedang mengikuti ujian masuk ke universitas di Itali sehingga tak bisa hadir dalam pesta ultah Azlan.

Azlan sangat tampan dengan setelan jas dan dasi kupu-kupu di lehernya. Semua gadis kecil di yang menjadi teman sekolahnya sangat menyukai Azlan, namun tidak bagi gadis bernama Desi yang di kejar oleh Azlan.

Desi datang dengan pengasuhnya karena orang tua Desi sangat sibuk bekerja. Azlan terus menebarkan pesonanya dihadapan Desi, namun tetap saja sia-sia, karena Desi menyukai anak lainnya. Azlan sedih saat Desi acuh padanya, namun saat Desi ingin duduk ada anak lain yang nakal ingin mengganggu Desi dengan cara menarik kursi itu agar Desi terjatuh ke lantai.

Azlan yang mengetahui temannya akan berbuat nakal, langsung mencegahnya. Bagaikan seorang pahlawan Azlan langsung memarahi anak nakal itu dan membuatnya takut. Desi melihat Azlan yang sudah menyelamatkan dirinya dari kenalakan temannya.

“Azlan, kau sangat baik!” Ucap Desi.

“Aku melakukannya agar kau tidak terjatuh.” Sahut Azlan.

Kemudian Desi mencium pipi Azlan secara tiba-tiba membuat Azlan melayang seketika.

Balqis dan Abrar menyaksikan semuanya dan hanya terkekeh geli saat melihat wajah Azlan memerah saat di cium Desi.

“Hei, Azlan sangat keren yah! Diumurnya yang sekarang 6 tahun dia sudah merasakan ciuman dari seorang gadis seusianya hehehe.” Kata Abrar pada Balqis.

“Itu semua karena ajaran sesatmu kan?” Ujar Balqis.

“Hehehe, terima kasih atas pujianmu, Balqis!" Kata Abrar cengengesan.

“Astaga, dia bilang aku memujinya! Sungguh terlalu.” Gumam Balqis geleng geleng kepala menanggapi Abrar yang konyol.

Abrar dan Balqis pun menghampiri Azlan yang kini akrab dengan Desi.

“Kalian sedang apa?” Tanya Balqis pada Azlan dan Desi.

“Sayang, om dan tante ini adalah calon mertuamu!” Kata AZlan pada Desi sambil menunjuk kepada Abrar dan Balqis.

Abrar dan Balqis sangat kaget dengan perkataan Azlan yang bagaikan orang dewasa.

“Om?” Ucap Abrar bingung.

“Tante?” Ucap Balqis bingung.

“Beraninya kau mengatakan aku dan papimu ini om dan tante! Walaupun aku sudah melahirkan 3 orang anak, aku ini masih muda, bahkan aku belum memiliki kerutan di wajahku.” Ujar Balqis kesal Azlan.

“Aku hanya bercanda, mami.." Sahut Azlan.

“Hai, namaku Desi! Aku pacarnya Azlan.” Ucap Desi dengan sopan kepada Abrar dan Balqis.

“Hehehe, halo calon menantu!" Ucap Abrar menyapa Desi.

"Seenaknya saja kau mengatakan anak orang sebagai calon menantumu.” Ujar Balqis sewot pada Abrar.

“Apa salahnya? Azlan dan Desi sedang pacaran sekarang!” Kata Abrar.

“Itu benar mami." Sahut Azlan yang kompak dengan papinya.

Balqis kembali bergeleng kepala melihat tingkah konyol sang suami serta putranya yang cengengesan menatapnya.

“Buah jatuh tak jauh dari pohonnya!” Gumam Balqis.

 

 

*****

Zidan yang terus berkutat dengan pekerjaan di ruang kantornya sesekali menatap Isabel yang duduk menunggunya dengan bosan.

“Om, masih lama ya?” Tanya Isabel.

“Masih!” Sahut Zidan.

“Om, aku pergi jalan-jalan dulu sebentar.” Kata Isabel.

“Duduk, kau tidak boleh pergi kemanapun sebelum aku selesai dengan kerjaanku.” Kata Zidan melarang Isabel bergerak kemanapun.

“Huh, aku sungguh bosan!” Gumam Isabel kembali duduk.

Two hour later……..

Zidan selesai dengan pekerjaannya dan ia melihat Isabel sudah tertidur pulas di sofa. Ia mendekati gadis manis yang selalu menghiasi hidupnya kini. Dengan lembut Zidan mengelus pipi Isabel dan juga mengecup kening Isabel dengan mesra tanpa ia sadari kalau Raisa melihatnya dari balik pintu ruangan kantor. Air mata Raisa mengalir saat melihat Zidan sangat menyayangi Isabel yang ia rasa telah merebut Zidan dari tangannya. Dengan mengepalkan tangannya, Raisa pergi meninggalkan kantor Zidan sambil menangis dan sakit hati. Isabel terbangun saat Zidan mencium bibirnya dengan lembut.

“Om, kau sudah selesai bekerja?” Tanya Isabel menggosok-gosok matanya.

“Sudah dari tadi, belbel nakal! Beraninya kau tidur saat aku sedang bekerja.” Kata Zidan.

“Sepertinya kau perlu dihukum, belbel!” Sambung Zidan kembali mendekati Isabel.

“Kau mau apa om?” Kata Isabel berdegik ngeri.

Ketika itu Zidan tidak tahan saat ia melihat bibir merekah istrinya itu. Ia ingin sekali mencium bibir Isabel yang sedang bersiap-siap akan menghindar darinya.

“Om, jangan mulai lagi!” Kata Isabel.

“Kenapa, sayang?” Tanya Zidan yang tak perduli penolakan Isabel.

“Eeemmm, aku sedang itu.” Kata Isabel.

“Itu apa?” Tanya Zidan yang sudah melayang.

“Itu, tamu bulanan!” Sahut Isabel.

Zidan langsung terkesiap menatap Isabel.

“Apa kau sedang?" Tanya Zidan curiga.

Isabel mengangguk.

“Kenapa kau tidak bilang dari tadi, belbel!” Teriak Zidan kesal.

"siapa suruh kau selalu saja nyosor saat di dekatku." gumam Isabel tak mau disalahkan.

“Aaarrgghh, kau sangat kejam, belbel?” Teriak Zidan frustasi.

Padahal Zidan sudah melayang dan berfantasi yang aneh-aneh bersama Isabel, namun hal itu musnah karena Isabel sedang datang bulan.

“Kalau begitu ayo kita pergi jalan-jalan.” Ajak Zidan pada Isabel.

“Hehehe, maafkan aku ya om.” Ucap Isabel.

“Sudah, lupakan saja!” Sahut Zidan.

Zidan dan Isabel pun masuk kedalam mobil dan pergi untuk mencari cemilan sore hari di suatu café yang biasa menjadi tempat Zidan melepaskan penat. Namun saat di perjalanan mobil Zidan bermasalah. Supir pribadinya mengatakan kalau rem mobil itu tidak berfungsi.

Zidan dan Isabel sangat panik saat melihat ada sebuah truk melaju kencang di hadapan mereka dan akan menabrak mobil mereka. Zidan berusaha mengarahkan supir untuk mengendalikan mobil itu, namun Isabel melihat truk itu semakin dekat dan akan menghantam mobil mereka.

“Awas, om!” Teriak Isabel menarik tubuh Zidan dan melindungi Zidan dengan tubuhnya.

Mobil mereka terseret beberapa meter dan akhirnya berhenti dengan posisi terbalik. Zidan masih tersadar saat melihat Isabel pingsan dan di penuhi oleh luka.

“Isabel, sadarlah.” Kata Zidan pada Isabel yang menimpa tubuhnya.

Kini mereka sedang di rawat dirumah sakit. supir pribadi Zidan langsung tewas di tempat kejadian, Isabel sedang diruang operasi karena mendapatkan luka serius dengan patah tulang di bagian leher dan tangan kanannya sementara Zidan hanya luka-luka di tubuhnya akibat pecahan kaca mobil.

Liana yang mendapat kabar buruk, langsung datang ke itali untuk melihat kondisi anak serta menantunya itu.

Liana yang tiba dua hari setelah kejadian itu, masuk keruangan dimana Zidan sedang duduk menunggu Isabel sadar setelah operasi patah tulang.

“Zidan bagaimana kondisi Isabel?” Tanya Liana sangat khawatir.

“Dia belum sadar setelah operasi kemarin!” Sahut Zidan.

Kemudian Liana melihat Isabel mengernyitkan alis matanya.

“Zidan, sepertinya Isabel sudah sadar.” Kata Liana.

“Belbel!” Panggil Zidan.

Isabel pun perlahan membuka matanya dan melihat Liana dan Zidan dihadapannya.

“Om! Ibu!" Ucap Isabel lirih.

“Jangan banyak bergerak! Kau baru saja operasi.” Kata Zidan.

“Istirahatlah nak.” Ucap Liana pada Isabel.

“Apa kau tidak apa-apa?” Tanya Isabel masih lemah.

“Aku baik-baik saja, dan itu karena kau melindungiku, belbel! Terima kasih.” Ucap Zidan menatap Isabel dalam.

Isabel hanya tersenyum dan bersyukur melihat Zidan yang baik-baik saja.

Liana dan Zidan duduk di luar ruangan rawat Isabel. Tak lama kemudian Leo datang untuk menyampaikan hal penting terkait kecelakaan yang mereka alami.

“Zidan, insiden ini tidak murni kecelakaan!” Kata Leo.

“Apa maksudmu?” Tanya Zidan.

“Ada orang yang sengaja merusak rem mobil dan juga truk itu memang sengaja ingin menabrak kalian.” Sahut Leo.

Leo memberikan beberapa bukti yang menunjukkan kejanggalan yang terjadi pada insiden kecelakaan itu.

“Selidiki lebih dalam, jangan biarkan dalang dari kejadian ini menghirup udara bebas dengan mudah." kata Zidan menunjukkan sisi kejamnya.

Tak lama kemudian Raisa datang menghampiri Zidan yang sedang duduk bersandar di bangku luar ruangan kamar Isabel di rawat. Ia lebih memilih duduk di luar saat Ibu sedang menjaga Isabel di dalam.

“Zidan! Sayang, apa kau tidak apa-apa?” Tanya Raisa pada Zidan.

“Raisa? Darimana kau tau kalau aku disini?” Zidan balik bertanya.

“Eemm…itu, tadi aku kerumahmu dan kata pelayan disana kau kecelakaan, aku sangat takut dan langsung kesini untuk melihat kondisimu.” Jawab Raisa.

“Pergilah! Aku tidak apa-apa." Kata Zidan dingin pada Raisa.

“Zidan, kenapa kau menjadi dingin padaku? Apa salahku Zidan?” Tanya Raisa berlinang air mata.

“Salahmu karena kau pergi meninggalkan aku di hari pernikahan kita!” Ujar Zidan menatap Raisa kesal.

“Aku minta maaf, aku menyesal karena telah meninggalkanmu! Tapi itu bukan hanya kesalahanku, Zidan, ibumu yang memaksaku untuk meninggalkanmu.” Kata Raisa.

“Beraninya kau menuduhku, Raisa!” Teriak Liana marah pada Raisa.

“Apa aku perlu membuktikan wanita seperti apa kau sebenarnya, hah?” Bentak Liana sangat kesal pada Raisa.

“Sial, ibu ada disini!” Umpat Raisa dalam hatinya.

Teriakan Liana membuat semua orang yang ada di rumah sakit itu menatap mereka sambil berbisik-bisik.

“Ibu hentikan, ini rumah sakit. Semua orang memperhatikan kita.” Kata Zidan menghalangi Liana yang hendak menyerang Raisa sangking kesalnya.

Alhasil Raisa pun di uris oleh pihak keamanan dari rumah sakit itu.

“Zidan, temani lah Isabel! Ibu akan pergi sebentar.” Kata Liana pada putranya itu.

“Ibu tunggu! Ada yang ingin aku tanyakan pada Ibu mengenai Raisa" Kata Zidan.

“Jika kau ingin tau siapa sebenarnya tentang Raisa, maka kau harus berjanji padaku untuk lebih percaya aku sebagai ibumu dari pada Raisa, wanita pengkhianat itu.” Kata Liana.

“Apa maksud ibu? Raisa wanita pengkhianat?” Tanya Zidan semakin bingung.

“Zidan, saat kau dan Raisa akan menikah, ibu memergoki Raisa selingkuh dengan Erwin di sebuah kamar hotel.” Kata Liana lagi.

Zidan sangat terkejut mendengar kejadian yang membuatnya terluka bertahun-tahun yang lalu.

“Itu tidak mungkin, ibu! Erwin adalah sahabatku yang paling dekat denganku." Kata Zidan.

“Kalau kau tidak percaya aku akan menunjukkan buktinya padamu nanti!” Kata Liana.

“Temanilah istrimu, aku akan pergi sebentar." Sambung Liana lagi.

Zidan pun masuk keruangan Isabel dengan wajah yang bermuram durja. Ia sangat tidak bisa menerima kalau Erwin yang menjadi sahabatnya tega mengkhianati dirinya dan berselingkuh dengan wanita yang dulu ia cintai.

Zidan duduk di sisi ranjang melihat Isabel yang sudah bangun sambil menatapnya.

“Om, ada apa? Kenapa kau sedih?” Tanya Isabel.

“Tidak ada apa-apa! Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?” Kata Zidan.

“Iya, dimana Ibu?” Tanya Isabel.

“Ibu pergi keluar sebentar." Sahut Zidan.

Zidan pun menjaga tanpa mau meninggalkan Isabel sendirian dirumah sakit itu dengan meninggalkan semua pekerjaan dan urusannya kepada Leo.

Liana mendatangi Raisa yang akan melarikan diri dengan membawa koper miliknya. Raisa sangat terkejut saat melihat Liana yang berdiri menatapnya dengan marah.

“Beraninya kau muncul lagi dan mendekati anakku, dasar wanita ****** kau.” Teriak Liana menatap Raisa dengan kesal.

“Aku sudah mengatakannya padamu, kan! Jangan pernah kembali lagi.” Teriak Liana.

“Anakmu lah yang membawaku kembali kedalam pelukannya! Apa kau lupa kalau Zidan sangat mencintaiku, hah?” Balas Raisa.

“Kau jangan bermimpi untuk bisa mendapatkan perhatian lagi dari anakku! Kau wanita yang tidak pantas untuknya!” Sahut Liana ingin sekali menampar wajah Raisa.

“Enyahlah kau dari kehidupan anakku!” Sambung Liana lagi dan melangkah pergi meninggalkan Raisa yang takut pada ancamannya.

 

*****

Seminggu kemudian, kondisi Isabel semakin membaik walaupun ia masih hanya duduk di ranjang rumah sakit.

Liana kembali ke korea untuk membawa bukti pengkhianatan Raisa agar Zidan tak pernah berpikir untuk dekat dengan Raisa lagi.

“Om, aku haus!” Kata Isabel minta minum.

“Benarkah? Hehehe." Ucap Zidan mendekat pada Isabel dan menciumnya.

“Eemmm.” Jerit Isabel saat di cium oleh Zidan.

“Bagaimana belbel, apa sekarang hausmu sudah hilang?” Tanya Zidan setelah melepaskan ciumannya.

“Dasar, leherku masih sakit begini, kau masih saja mengambil kesempatan!” Kata Isabel kesal.

“Aku rindu padamu, belbel.” Ucap Zidan gelendotan manja pada Isabel.

“Hei, om! Itu gayaku! Kau jangan menirunya.” Pekik Isabel.

Isabel yang tak bisa menggerakan lehernya selalu di ganggu oleh Zidan yang setia menemainya. Zidan melakukan hal-hal iseng yang membuat Isabel hanya menggerakkan matanya saja ke kiri dan ke kanan. Tiada hari bagi Zidan untuk mengganggu Isabel yang hampir mati kesal karena ulahnya yang konyol di rumah sakit.

Terpopuler

Comments

Syafiqah Nur Zahirah

Syafiqah Nur Zahirah

Aku penasaran banger nih!!!!!!!

2020-03-22

1

Sartini Cilacap

Sartini Cilacap

Untunglah Isabel tidak terluka parah

2019-12-17

2

Reisa Adiwidya

Reisa Adiwidya

ty k dokter dong apa ada obat kezel

2019-12-02

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!