Bab 2. MPBB

Regan, Marvin, Alex dan Roy, empat orang sahabat itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju gedung sekolah. Walau jam telah menunjukkan pukul delapan, mereka tidak tampak takut terlambat.

Sampai di sekolah, gerbang telah dikunci. Regan lalu menabrak pagar sekolah, sehingga mengagetkan keamanan sekolah. Pria paruh baya itu melihat ke arah gerbang dan melihat Regan dengan ketiga sahabatnya.

Dengan tergesa pria itu keluar dari pos keamanan dan membuka pintu gerbang. Siapa yang tidak kenal Regan, anak pemilik sekolah itu. Sehingga tidak ada seorangpun yang berani menegurnya.

Keempat motor itu masuk gerbang sekolah dengan santainya tanpa rasa bersalah. Setelah memarkirkan motor mereka menuju kelas. Pelajaran telah di mulai salah satu guru.

Regan membuka pintu kelas tanpa mengetuknya. Dia dan temannya yang lain langsung masuk dan duduk di bangku mereka.

Guru yang sedang menerangkan pelajaran tampak menghela napas panjang. Menatap Regan dan ketiga temannya.

"Apakah kalian tidak bisa mengetuk pintu sebelum masuk? Dan kenapa datangnya telat?" tanya guru wanita yang bernama Indah itu.

Regan bukannya menjawab, tapi menatap wajah guru itu dengan tatapan tidak senang. Dia tidak mau ada yang menegur atau menyalahkan dirinya.

"Apakah kalian tidak mendengar pertanyaan Ibu? Kenapa tidak menjawab?" tanya Bu Indah lagi.

"Jika aku tidak mau menjawab, Ibu mau apa?" Regan bukannya menjawab, tapi balik bertanya.

"Kamu tahu'kan peraturan sekolah ini, jika telat lebih dari sepuluh menit, murid tidak diizinkan mengikuti pelajaran lagi!" ucap Ibu Indah dengan penuh penekanan.

Regan lalu berdiri dari duduknya. Berjalan mendekati meja guru. Menatap wajah wanita itu tanpa kedip.

"Peraturan itu dibuat untuk dilanggar. Lagi pula, semua juga tahu jika sekolah ini milik Papi gue. Jadi tidak ada yang bisa melarang jam berapapun gue mau masuk!" ucap Regan dengan penuh penekanan.

Ibu Indah kembali menarik napas. Dia tahu siapa Regan. Namun, sebagai seorang tenaga pengajar, dia juga harus mengingatkan muridnya tentang tata krama dan peraturan sekolah.

"Ibu tahu jika kamu anaknya pemilik sekolah, tapi peraturan harus tetap dipatuhi. Lagi pula sebagai guru, ibu harus mengajarkan kamu tentang tata krama," ujar Ibu Indah.

Sebenarnya ibu Indah sedikit takut mengatakannya. Namun, dia harus tetap bersuara agar pemuda itu tidak lagi mengulang perbuatannya.

"Jika gue tidak mau melakukan semua itu, ibu mau apa?" tanya Regan dengan suara mulai meninggi.

Ketiga teman Regan, ikut berdiri dari duduknya. Mereka berdiri dibelakang panggungnya pemuda itu.

"Maaf Regan, bukannya ibu ingin mengatur kamu. Ibu hanya ingin menegakan peraturan tanpa pilih kasih, sekalipun kamu anak pemilik sekolah ini," ujar Ibu Indah.

"Oke, gue akan ikuti peraturan. Hai, cabut lagi. Kita tidak boleh mengikuti pelajaran karena telat. Jadi kita bisa main di kantin," ucap Regan.

"Ayo, kita keluar," teriak Marvin, Alex dan Roy serempak.

Dengan tersenyum Regan dan ketiga sahabatnya keluar dari ruang kelas. Mereka langsung menuju kantin.

Regan, Marvin,Alex dan Roy duduk dengan penuh tawa. Memesan makanan yang mereka suka sambil merokok. Tidak ada ketakutan di wajah mereka saat melakukan semua itu.

Seorang gadis dengan langkah pelan memasuki kantin. Dia langsung menuju penjaga kantin dan memesan makanan buat seorang guru.

Dari kejauhan, Regan dan ketiga sahabatnya melihat seorang siswi dengan langkah pelan memasuki kantin. Dari yang awalnya sibuk bercerita sambil tertawa, kini mereka semua kompak terdiam dan memfokuskan pandangan ke arah siswi itu. Mereka bahkan dapat mendengar pesanan yang disebutkannya kepada penjaga kantin.

Regan dan ketiga sahabatnya memandangi gadis itu tanpa kedip. Kecantikan wajah gadis itu tampaknya memikat mereka. Terbukti memandanginya tanpa kedip.

"Gue kira bidadari hanya ada di surga, ternyata gue juga bisa melihatnya di sini," ujar Regan.

Ketiga teman Regan yang lainnya langsung menjawab, "Chuaakkss," dengan serempak.

Acha yang sadar menjadi bahan omongan, karena tidak ada lagi gadis di kantin itu selain dirinya, membalikkan tubuh menghadap mereka. Saat itu mata Regan dan Acha bertemu. Pemuda itu langsung terdiam saat menatapnya.

"Apa Lo dan gue pernah bertemu?" tanya Regan. Pemuda itu menatap intens tanpa kedip. Mencoba mengingat di mana dia pernah bertemu.

...****************...

Terpopuler

Comments

lenong

lenong

amnesia ya Regan😏

2023-09-03

1

lenong

lenong

modelan anak begini tuh gak bisa di kerasin

2023-09-03

0

lenong

lenong

mantab kelakuan loe Regan🙉

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!