Bab 8. MPBB

Regan mendengus kesal ketika Acha masih saja berdiri di sisi meja padahal sudah mengantarkan pesanan teman-temannya. Pria itu melirik Acha dengan tajam.

"Ngapain lagi? Sana pergi! Gua nggak selera makan kalau dekat-dekat cewek miskin kek lo!" usir Regan. Bukan karena tidak berselera, malainkan tidak suka Marvin terus menatap Acha secara diam-diam. Entahlah, tapi dada Regan sesak melihatnya.

"Ma-maaf, gue takutnya kalian butuh sesuatu."

"Nggak ada, sana. Noh ada bapak-bapak yang bisa gue panggil." Lagi Regan berucap tidak sopan dan tidak satupun dari sahabatnya yang berani untuk menegur.

Acha segera meninggalkan meja keempat pria itu dengan senyuman yang menyimpan banyak luka. Ternyata sifat Regan tidaklah sebaik yang Acha bayangkan, suka menghina dan berkata kasar.

"Sudahlah Acha nggak usah baperan, orang miskin memang nggak pantas dihargai," ucapnya pada diri sendiri. Gadis itu menghampiri ayahnya yang tengah sibuk mencuci piring.

"Yah, biar Acha aja. Ayah dengerin mereka aja siapa tau masih butuh sesuatu."

"Neng, harusnya kamu itu pulang kerumah bukan malah bantuin ayah. Kamu belajar yang benar biar bisa suskes dan nggak berakhir kayak ayah dan ibu gini. Abang kamu juga kalau hidup nggak bakal biarin adiknya ...."

"Ck, kalian itu terlalu memanjakan Acha, padahal Acha bukan anak kecil lagi." Decak Acha sambil tersenyum tulus pada ayahnya dan itu semua tidak luput dari perhatian Regan yang memang posisinya menghadap Acha dan ayahnya.

Ada terbesit rasa iri di hati Regan melihat interaksi Acha dan ayahnya, belum lagi mengingat interaksi Acha dan ibunya. Sungguh Regan ingin merasakan kehangatan sebuah keluarga tapi itu sangat mustahil untuk dia dapatkan.

"Hah siapa juga yang bakal sayang sama gue. Udah bodoh, pembuat onar, brandal pula," batin Regan menatap miris mie yang ada di hadapannya.

Merasa mulai hilang selera makan akhirnya Regan menyudahi dan beranjak lebih dulu dari teman-temannya. Langkah lebar Regan membawanya pada Acha yang duduk di sebuah meja seperti mengerjakan sesuatu.

"Hidup miskin enak ya?" tanya Regan membuat Acha mendongak.

"Mau bayar? Totalnya 100k, Mienasnya 20k, jus jeruk 5k," sahut Acha tanpa ingin menjawab pertanyaan Regan.

"Acha!"

"Gue harus jawab apa Regan?" tanya Acha.

"Jawab aja apa susahnya sih?"

"Hidup miskin jauh lebih baik daripada punya segalanya tapi nggak dapat kasih sayang orang tua. Puas?"

"Banget." Regan meletakkan selembar uang 100 lalu keluar dari warung makan tersebut.

Dada Regan merasakan sesak yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata setelah mendapatkan jawaban dari Acha yang benar 100%.

"Apa gue mati aja?" gumam Regan.

Pria itu menatap jalanan yang sangat lengang akan pengendara, tanpa pikir panjang naik ke motornya lalu memasuki jalanan tersebut.

Memarkirkan motor tepat di tengah-tengah jalan tanpa rasa takut dalam hatinya, membuat para pengendara berhenti dan membunyikan klakson satu persatu.

"Woi kamu gila?"

"Anak muda minggir atau saya tabrak!"

"Tabrak aja pak biar saya mati lebih cepat!" sahut Regan seakan hilang kendali.

Acha dan sahabat Regan yang mendengar keributan di depan segera keluar dan terkejut melihat orang yang mereka kenali seperti orang gila yang mengakibatkan macet berkepanjangan.

"Woi tolol minggir!" teriak Roy dari pinggir jalan, berbeda dengan Acha yang dengan berani ke tengah jalan lalu menjewer telinga Regan tanpa rasa takut.

"Kalau mau mati atau buat masalah jangan di depan warung gue! Lo bisa lompat dari jembatan tanpa buat keributan!" omel Acha tanpa henti terus menarik telinga Regan sampai di pinggir jalan, sementara motor pria itu ditarik oleh Marvin.

...****************...

Bonus visual

Regan

Acha

Marvin

Roy

Alex

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***