From Me To The World

From Me To The World

Bab 1 - Awal

Luke Vardict, salah satu dari 10 dewa legendaris yang berasal dari Loresham, memutuskan untuk menikah dengan manusia biasa, Luke adalah satu-satunya dewa dengan sebutan 'dewa yang sederhana.

Luke adalah dewa yang sangat kuat, tetapi ia tak menginginkan sebuah tahta ditempat para dewa, malah sebaliknya, dia memilih untuk hidup sebagai manusia biasa, banyak dewa-dewa yang mendukungnya karena kisahnya ini langka bagi para dewa lainnya, tapi tentu juga ada dewa yang tidak suka dengan apa yang dia lakukan.

Saat ini di Loresham tepatnya di desa Zovalia, ada seorang anak yang mencoba untuk melatih kekuatan pemberian ayahnya, tapi ia terlihat tak berbakat dengan hal itu.

Seseorang kakek-kakek berpenampilan sederhana menghampirinya dan berkata

"Hei nak, sepertinya kau terlihat kesusahan, apa ada yang bisa kakek bantu?"

"Kakek, tolong pegang papan kayu ini didepanmu, aku akan melakukan sesuatu" ujar anak itu.

Lalu kakek itu memegang papan kayu seperti permintaan anak itu, dan anak itu bersiap untuk mengeluarkan kekuatannya.

Kekuatannya seperti memanipulasi udara, yang menjadikan udara disekitarnya menjadi bongkahan kristal dengan ujung yang lancip.

Anak itu mencoba untuk menyerang papan kayu yang dipegang kakek tadi, menggunakan kristal kristal yang mengambang disekitarnya.

Bang* kristal itu mendarat tidak tepat pada sasarannya, malahan ia menukik dan menyerang kearah atas, menghancurkan atap rumah seseorang.

Kakek itu menelan ludah, dengan ekspresi terkejutnya, ia berfikir bisa saja tadi ia akan meninggal karena serangan anak ini, ia bersyukur karena itu meleset.

Anak itu pun dengan emosi dia menghentakkan kakinya ketanah 3× dan berteriak, lalu ia langsung pergi pulang.

'Sialan, kenapa selalu seperti ini? Kenapa aku tidak bisa menjadi seperti ayah?' gumamnya.

Lalu ada seorang anak perempuan yang menghampirinya lalu berkata "Levis!!"

Anak perempuan itu merangkulku, dan menanyakan apa yang terjadi padaku, ngomong-ngomong dia sedikit lebih tinggi dariku.

"Kau, jangan ganggu aku dulu, aku masih mau sendiri" ujarku.

"Oh ayolah Levis! Aku akan mengajarimu cara mengendalikan kekuatan!" kata anak perempuan itu.

Anak perempuan itu bernama Chely, dia adalah anak dari Regas Deevon, dewa yang sekarang memimpin kerajaan, karena ayahku yang menyerahkan kedudukannya, seharusnya dia tidak keluar sendirian dan tiba-tiba menghampiriku seperti ini.

"Kau selalu berkata seperti itu, tapi pada akhirnya kau hanya ingin bermain bersamaku, tanpa mengajariku dengan benar" ujarku menepis tangannya.

"Ahaha maaf-maaf, kali ini aku akan mengajarimu dengan baik!" ujarnya dengan bersemangat ia berlari memutariku yang sedang berjalan.

Sigh "baiklah kita akan berlatih, sore nanti."

"Kenapa tidak sekarang saja?" Ujarnya memohon.

"Aku tidak bisa, sepertinya aku masih ada kesibukan" ujarku dengan terus berjalan menuju rumah.

"Aha! Masih kecil sudah sibuk kamu, kalau begitu, sampai jumpa nanti!" kata anak perempuan sembari melambaikan tangannya dan pergi meninggalkanku.

"Ya, sampai nanti."

Walaupun aku adalah anak seorang dewa dengan rumah yang sangat biasa saja, aku tetap menerimanya, karena aku tahu kebahagiaan tidak selalu berasal dari istana megah.

"Aku pulang" aku membuka pintu kayu yang hampir copot itu, dan pergi mencari kedua orangtuaku, disini ayahku sekarang bekerja sebagai pembuat jimat khusus dan menjadi pandai besi, kurasa dia sangat sibuk sekarang, dan belum berada dirumah, aku akan menemui ibu.

"Ibu aku pulang."

Seseorang yang sangat cantik dengan rambut berwarna kecoklatan menghampiriku, ya dia ibuku.

"Selamat datang kembali anakku, bagaimana dengan latihanmu hari ini?" Ibu keluar dari tirai dengan suaranya yang lembut, ia membawa roti dan minuman untuk disajikan dimeja makan.

Aku mengangkat bahu dan berkata " yah seperti biasa, seranganku masih meleset bu."

Pfft* ibu tertawa kecil, dan aku menggembungkan pipiku.

"Kenapa ibu tertawa?"

"Ibu jadi teringat dengan kejadian saat ayahmu dulu belum sekuat sekarang, dulu serangan ayahmu juga suka meleset, dan ibu yang mengarahkannya" kata ibu mengusap air matanya yang keluar sedikit karena tertawa.

"Oh ya? Aku kira ayah memang kuat dari lahir dan tidak akan pernah meleset" ujarku tak jadi sedih.

"Semuanya pasti punya prosesnya sendiri anakku, begitu juga para dewa disini, sebelum mereka menjadi kuat, dulunya mereka lemah, tapi ada juga beberapa dewa yang diberkahi dengan kekuatan berkali-kali lipat, tapi.."

"Tapi kenapa Bu?" Tanyaku penasaran.

"Banyak dari mereka yang tidak bisa mengendalikan kekuatan mereka, dan berujung pada kematiannya sendiri."

Ah ternyata begitu, tidak mudah juga ya menjadi orang yang kuat.

"Maka dari itu, ibu berharap anak ibu dapat memberikan yang terbaik, dan selalu bisa menjaga diri sendiri, serta orang terdekat" ujar ibu dengan menatapku, ia tersenyum.

"Pasti ibu, Aku akan melampaui ayah!"

"Ngomong ngomong bu, aku ingin minta izin untuk berlatih bersama Chely nanti sore."

"Iya, ibu izinkan, tapi ingat, jaga dirimu sendiri okey?"

"Oke bu!"

Sore harinya, Chely menghampiriku didepan rumahku, kami berjalan menuju tempat latihan, tempatnya tak jadi dari sini tapi kita harus keluar dari kota ini, memang, agar tidak memberi kerusakan pada rumah-rumah disekitar.

Tempat itu berada ditengah hutan, berbentuk lapangan yang luas, dengan pohon-pohon rimbun yang mengelilinginya.

Kami berdua mulai melakukan latihan, aku selalu saja takjub dengan kekuatan Chely yang begitu mempesona, ia seseorang yang dapat membelah pohon, hanya dengan hembusan angin yang dihasilkan dari tebasan tangannya.

Kekuatannya ini sangat hebat untuk anak berusia 10 tahun, dan dia seumuranku.

"Fyuh, kau masih saja belum berkembang, Levis, sepertinya kita harus latihan dengan lebih keras" ujar Chely dengan menyibakkan rambutnya yang dialiri keringat.

'tunggu saja, aku akan mencoba membuktikan kekuatanku' ujarku dalam hati.

Aku menutup mata, menarik nafas dan merasakan hembusan udara disekitarku, aku membentuk udara sesuai keinginanku.

[Ubah udara menjadi kristal]

Lalu seketika terbentuklah kristal kristal yang melayang disampingku, aku mengendalikannya dengan pikiranku juga, maka dari itu pikiranku harus jernih agar dapat mengenai sasaran.

Kuarahkan jari telunjukku kedepan, kearah pohon dan bergumam "serang" seketika bang bang bang* satu dari 3 kristal yang terbentuk berhasil mengenai pohon dan pohon itu tumbang.

Entah mengapa 2 kristal lainnya terjatuh ditanah, aku sedikit kecewa.

"Yah setidaknya kau sudah berkembang, walaupun sedikit haha" ujar Chely lalu berlari kearahku.

Walaupun sifatnya ini terkadang sedikit membuatku kesal, tapi tampaknya duniaku akan menjadi kosong tanpanya, ia adalah teman terbaik yang pernah aku punya.

Sore itu latihan kami berakhir diakhiri dengan Chely yang dimarahi orangtuanya karena diam-diam keluar dari kerajaan.

Setelah itu ayah dari Chely langsung menghampiri ayahku, mereka mengobrol santai, dan sepertinya mereka adalah teman lama.

Selesai mereka mengobrol, aku melihat ayah Chely menggandeng putrinya, dan mulai pergi dari tempat ini.

Lalu aku tidak pernah melihat Chely lagi, entah dia dimana dan kenapa aku tak dihampirinya lagi, mungkin dia sedang dijaga ketat oleh pengawal istana.

Setelah itu aku terus berlatih dengan keras, kini aku dilatih dengan ayahku sendiri, karena usiaku yang sudah hampir menginjak remaja, sebentar lagi aku akan menggantikan ayahku sebagai dewa.

Aku tahu, itu tidak akan semudah itu.

Pagi hingga sore aku melatih kontrolku pada kekuatanku, dan malamnya aku melatih tubuhku, tentu ini melelahkan tapi aku yakin usahaku tidak akan pernah sia sia.

***

Seseorang dengan jubah armor besi berwarna putih tiba-tiba muncul, dan menghampiri Luke Vardict yang tengah bersantai di teras rumahnya, lalu ia menunduk dan berkata "Yang mulia, kapan kita dapat mengawal tuan muda?"

"Retdin, sabarlah dulu, dia masih belum dewasa, aku akan mengutusmu saat waktunya tiba, karena sekarang dia masih harus membiasakan hidup mandiri"

"Baiklah..yang mulia"

Aku tidak tahu perasaan aneh apa yang selalu kurasakan ini, terkadang aku merasa sedang diawasi oleh sesuatu yang sangat kuat, bisa bisa aku mati karena ketakutan.

Beberapa bulan kemudian, aku diajak ayahku untuk berburu domba didekat desa ini, hal ini bertujuan agar ayahku bisa melihat seberapa jauh perkembanganku.

Kami berjalan, tidak, kami akan berteleportasi menuju tempat itu menggunakan kekuatan ayah.

Portal berbentuk segitiga terbuka ditengah jalan, dan menunjukkan pemandangan padang rumput didalamnya, saat memasuki portal aku yang masih belum terbiasa pun merasa pusing, dan mual.

Tapi dengan cepat ayahku menarikku keluar dari portal dan menutup portalnya, sekarang kita berada di Padang rumput yang tak jauh dari desa kita.

Banyak sekali domba domba disini, mereka berlarian ceria, dan tak menyadari bahwa hari ini adalah hari terakhir untuk mereka bisa melihat dunia, itu pun jika seranganku tidak meleset.

"Levis, kau lihat domba yang jaraknya sekitar 12 meter dari sini?"

"Iya ayah"

"Coba kau serang domba itu, tutup matamu dan rasakan udara menggumpal disekitarmu, bentuk seperti keinginanmu, dan hempaskan kearah domba itu"

Aku memfokuskan mataku kearah domba itu, dan merasakan udara sekitarku, membayangkan mereka akan menjadi kristal yang dapat menjadi senjataku.

Sshh* dan terbentuklah kristal kristal mengkilap dengan ujung yang runcing mengambang disampingku.

"Bagus, sekarang coba serang domba itu"

Kristal pertama meleset dan malah menyerang ketanah, lalu kristal kedua pun sama nasibnya dengan kristal pertama, kali ini yang ketiga.

Ayah mendekatiku dan berbisik"Tenang anakku, kosongkan pikiranmu, dan fokuskan pada satu titik yang ingin kau serang, dengan begitu pasti seranganmu tidak akan meleset"

Dan BANG* akhirnya kristal ketiga dapat mengenai domba itu, dan ia mati seketika dengan badan yang gosong.

"Bagus! Ini baru anakku" seru ayah dengan mengepalkan tangannya.

"Ah ayah berlebihan, aku bahkan membuang 2 serangan lainnya dengan sia sia" kataku dengan menggaruk garuk kepalaku.

Ayah memang orang yang ceria dan baik hati, tapi disuatu sisi dia juga akan menjadi orang yang tegas.

"Kalau begitu, kita akan melanjutkan ini hingga sore hari Levis" kata ayahku dengan menepuk pundakku.

"Baik ayah"

Kita melanjutkan latihan ini hingga sore, dan aku dapat membunuh 20 domba saat itu, perkembangan yang cukup memuaskanku, karena waktu itu aku hanya mampu menumbangkan 8 domba dalam waktu 8 jam.

Ngomong-ngomong selama beberapa bulan ini aku belum pernah lagi bertemu dengan Chely, aku sedikit merindukannya.

Setelah itu kita memutuskan untuk pulang, ayah membukakan portal lagi agar kita dapat tepat waktu sampai rumah.

Tak lupa kami membawa beberapa domba hasil buruan kami menggunakan tas ajaib, untuk nantinya di santap.

Sesampainya dirumah ibu menyambut kami dengan lembut, ayah membukakan tas ajaib dan mengeluarkan beberapa domba dari tas tersebut, tentu domba yang gosong tidak termasuk.

Terpopuler

Comments

Nora Neko

Nora Neko

Bangsawan ya

2023-08-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!