Bab 11

Seorang penagih utang itu langsung merampas emas batangan yang berada di tanganku, dia seperti sedang mengira-ngira.

"Ini masih kurang" ujar orang itu.

saya melihat dia menyeringai, sepertinya dia berbohong, teman temannya tertawa.

"Apa kau ingin dihajar?" ujarku.

saya mendengar mereka saling berbisik "kak aura yang dikeluarkan dia sungguh luar biasa, apa kau yakin bisa mengatasinya?" lalu terlihat wajah pucat sang penagih utang dia berbisik "tentu"

"Hei saya bisa mendengar kalian semu-" sebelum saya bisa melanjutkan kata-kataku.

"Kabur!" sang penagih utang itu berteriak, dan langsung kabur terbirit-birit meninggalkan teman-temannya, entah apa yang dipikirannya tapi dia terlihat sangat pucat.

Saya memandang kembali ke orang malang yang belum bayar hutang tadi, terlihat dia mengenakan baju yang sudah robek di beberapa bagian, tubuhnya juga dipenuhi dengan luka.

"Hei, apa kau tidak apa?"

"Terimakasih Hyung!" Dia berdiri dan langsung melompat kearahku, dan memegang dua tanganku.

"Maaf, tapi sepertinya saya lebih muda darimu"

Dia terkejut, mungkin memang benar begitu, dia terlihat lebih dewasa daripada saya.

"Kalau begitu siapa namamu"

Sejenak saya melihat ekspresi cemas diwajahnya, dia mengambil nafas dalam dalam dan kemudian membuka mulutnya "saya Harry, putra Hariel."

Saya terkejut dengan pernyataan itu, bagaimana tidak, Hariel adalah orang terkuat yang menduduki tahta Denoir, dan anaknya ada disini, saya memiliki suatu firasat.

"Saya ingin mengatakan sesuatu, tapi bukan disini" ujarnya.

Dengan cepat dia meraih tanganku, dan mengajakku menuju tempat yang sepi, disebelah rumah tua diujung desa.

"Sebenarnya saya adalah anak angkat Hariel, saya dibuang oleh ayah saya sendiri, dan sampai di desa ini."

Benar, firasat saya tidak salah, saya bisa merasakan rasa sedih yang dialaminya. "Apakah hyung memiliki tempat agar saya bisa tinggal sementara?" Dia cepat cepat menambahi.

"Kau bisa tidur dirumah kosong ini."

Rumah terbengkalai yang dipenuhi dengan debu, dan sarang laba-laba dimana-mana

Harry, dia menatap rumah itu dan terlihat senyuman kecil di wajahnya, kini dia tidak tegang lagi.

"Haha, saya bercanda, kau bisa ikut denganku untuk sementara waktu"

"Apa kau serius Hyung?" Dia menatapku dengan mata berbinar.

"Sudah kubilang, saya bukan Hyungmu, lagipula kita bukan orang Korea kenapa kau memanggilku Hyung?, Sudahlah ikut saya."

saya berjalan menuju rumahku, yah karena ibuku, dan ayahku sedang pergi setelah saya menemui paman Sein tadi, dia bisa tinggal untuk sementara dirumahku.

Dia mengikuti langkahku dan berkata "Hyung, jadi saya harus memanggilmu apa?"

"Panggil saya dewa kristal terindah sepanjang sejarah manusia, dan tak ada yang menandinginya."

"Itu.. sepertinya butuh waktu untuk menghafalkannya" ujarnya kebingungan.

"Levis, panggil saja dengan itu."

Hari semakin sore, saya melihat ada segerombolan orang yang mengerubungi satu toko.

"Itu sangat ramai, kita mampir sebentar" ujarku.

Seseorang pedagang yang menggunakan topi seperti topi sulap, sedang dikerumuni segerombolan pembeli.

"Harry, tunggulah disini, saya akan masuk toko itu."

Kemudian Harry menunggu diluar toko, karena didalam cukup ramai.

"Ayo beli barang-barangku, semuanya dijamin murah dan berkualitas."

Banyak barang yang dijual ditempat ini, tapi mataku tertuju pada satu pedang yang terlihat rapuh yang dipajang diujung dinding toko.

Saat saya memegangnya pedang ini sangat dingin, memang, sudah lama tidak ada yang menggunakannya, tapi beberapa saat setelah saya menyentuh pedang itu sebuah suara muncul dikepala saya.

[ Pedang ini telah memilihmu sebagai pemiliknya ]

Ini aneh, sebelumnya saat saya mendapatkan sebuah barang dari toko lain tidak ada yang seperti ini, terlebih lagi saya mengambil pedang ini bukan karena suara yang muncul dikepalsaya, tapi juga ada sebuah bekas lubang yang berbentuk seperti kristal, di pegangan pedang ini.

[ Anda dapat mengaktifkan skill eksklusif jika menempelkan kristal pada pegangan pedang ]

Haha... Sepertinya saya mendapatkan sebuah jackpot.

"Paman, saya ingin membeli ini" paman yang menggunakan topi sulap itu, melihat pedang ini menggunakan kaca pembesar, mengamati dengan seksama.

Lalu ia berkata "seleramu sedikit aneh, pedang rapuh ini.. ambilah dengan gratis" kemudian paman penjual itu mengambilkan wadah pedang untukku, dan menyerahkan pedangnya kepadaku.

"Apa paman serius dengan ini? Saya bersedia untuk membayarnya" ujarku sembari memasukan pedang itu kedalam wadahnya.

"Ambilah, itu gratis" ujarnya kemudian terlihat sibuk melayani pembeli lain.

Yah karena dia memaksa saya akan mengambilnya, uang saya juga sudah menipis karena kejadian tadi.

"Terimakasih paman!"

Saya memasukan pedang itu kedalam tas ajaib yang sering saya bawa, agar tidak terlihat oleh Harry, bagaimanapun juga dia masih putra Hariel, musuh ayahku dimasa lampau.

"Levis, apa yang kau beli?"

"Hanya melihat-lihat saja"

Kemudian saya berjalan menjauhi toko itu, dengan Harry yang mengikuti dibelakang.

Sesampainya didepan rumah saya, saya melihat masih ada beberapa bekas yang dihasilkan batu itu tadi pagi.

Seseorang dengan wajah menyeramkan dan berbadan kekar menghampiriku, dia berkata "hei, apa yang terjadi disini?"

"Saya tidak tahu, hanya ada insiden di pagi hari, dan saya tidak tahu siapa yang melakukannya" ujarku menatap orang dengan wajah menyeramkan itu.

Dia mengernyitkan dahinya, dan memegang pundakku lalu menekannya, kekuatannya tidak masuk akal sampai-sampai tanah yang berada di kakiku retak dan menjadi berlubang.

Dia terkejut akan hal itu lalu dia membuka mulutnya "kau kuat juga" seringai diwajahnya membuatnya menjadi seperti orang mesum.

"Tapi bagaimana dengan rumahku? Itu hancur tak tersisa apa kau mau menggantinya?" ujarnya.

Orang gila.. bahkan aku tak melakukan sesuatu sampai rumahnya jadi hangus tak tersisa.

Drak

Harry melompat kearah orang itu, dan menangkap wajah orang itu, lalu tanpa saya sadari kepala orang itu sudah berada di tanah, dia tergeletak tak sadarkan diri.

Harry membersihkan pakaiannya yang dipenuhi pasir, dan tanah.

"Orang seperti ini, hajar saja Levis"

Saya mulai memahami, orang ini ternyata lebih gila daripada orang yang sebelumnya, tapi saya cukup memaklumi pria berbadan kekar tadi, yah siapa yang tidak terkejut, dan kesal ketika tahu rumahnya hilang begitu saja?

"Kapan dia akan sadar?" Ujarku

"Itu tidak akan lama, mungkin beberapa menit, karena saya hanya menggunakan 0,01 % kekuatan saya" jawabnya memalingkan pandanganya.

Saya memutuskan untuk meninggalkan beberapa emas batangan, yang mungkin berguna untuknya, disini sepi semoga tidak ada yang mengambilnya, karena rumah saya didepan saya juga bisa memantaunya.

Beberapa langkah lagi untuk dapat sampai kerumah, saya melihat beberapa orang yang sibuk membersihkan sisa sisa pecahan kaca rumah akibat batu itu.

Tampak Harry yang kagum melihat kesunyian rumahku, dia membuka mulutnya "Disini terlihat sepi, apa kau tinggal sendirian?"

Saya mengambil minuman untuknya dan berkata "orangtuaku sedang pergi, mungkin mereka tak kembali hari ini."

Dia menganggukkan kepalanya tanda mengerti, lalu dia mendekati sebuah rak yang dipasang di dinding dan mengusapnya dengan satu jarinya.

"Hei ini berdebu, apa aku boleh membersihkannya?" Ujarnya.

Saya terkejut, tak menyangka bahwa saya akan mendapat pembantu mendadak seperti ini.

"Maaf tapi sudah tidak ada emas batangan lagi untuk membayarnya" ujarku.

Dia tertawa dan berkata "tak apa anggap saja ini sebagai balasanku karena diperbolehkan menginap dirumahmu."

Saya meminum segelas air, air putih ini sangat harum sekali, entah ibu membuatnya dengan resep apa.

"Lakukan sesukamu."

Harry lalu melompat kegirangan, dia bertanya kepadaku dimana kemocheng berada, entah apa yang dipikirannya dia sangat senang sekali saat membersihkan rumah, seperti anak yang sedang bermain di taman.

Hari sudah mulai gelap, dan Harry terlihat kelelahan, saya mengambil beberapa makanan yang tersedia di lemari es.

Lalu saya mencoba untuk memasaknya, tapi tiba tiba Harry berkata "Hyung! Biar saya saja yang memasakkannya untukmu."

Sigh lagi lagi dia terlihat bersemangat, apa yang salah dengannya, yah tapi ini bagus juga.

"Apa kau yakin bisa memasak?"

"Tentu, saya akan memasaknya untuk anda, karena saya dulu dikerajaan Denoir dilahirkan untuk memasak."

"Apa?"

Harry dengan spontan menutup mulutnya, dia menggelengkan kepala lalu berkata "tidak, lupakan yang barusan, Hyung, beristirahatlah."

Orang gila...

"Aku akan menunggu di ruang tamu."

Beberapa saat setelahnya tercium bau daging yang sangat harum, aroma ini membuatku ingin melahapnya langsung.

Saya melihat Harry dengan mengenakan Apron milik ibu, terlihat beberapa daging sedap yang sudah siap untuk disantap.

Dan kita makan bersama, bercerita tentang kehidupannya dan sesekali tertawa bersama.

Dia mengambil satu potongan daging dengan garpunya, dan berkata "Levis, apa disini tidak ada alkohol?"

"Sayangnya kami tidak punya yang seperti itu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!