Jadi orang yang berada ditengah mereka adalah dewi Euthenia, levis melihat bahwa dewa itu adalah seorang yang sangat ramah, baik, dan cantik
Kemudian Levis mendekati kerumunan itu, dan dia memasang muka sedih, yah itu adalah perjuangannya untuk mendapatkan makanan.
Dewi Euthenia, menghampiri Levis kemudian bertanya "hai nak, apa kau anak baru disini? Saya belum pernah melihatmu sebelumnya"
Senyuman hangat Dewi itu membuat Levis terpesona, dia memalingkan pandangannya dan membuka mulutnya "s-saya hanya orang lewat, tolong beri saya sedikit makanan, saya lapar"
"Ambillah" Dewi Euthenia melemparkan roti yang berukuran cukup besar kepada Levis, dan dia menerimanya
"Terimakasih" ujar Levis
Tapi bukannya Dewi ini pergi untuk memberikan makanan kepada orang lain, dia malah semakin mendekati Levis
"Hei, aku tertarik padamu, bisakah kita bicara sebentar?"
Saya mengangguk, dan dia mengajakku untuk ke suatu tempat, semula kita berada dipusat desa, dengan kekuatannya dia memindahkan kita ke jalanan desa yang cukup sepi
Dewi yang terbang itu kemudian berjalan, dan mengikuti langkahku,, entah saya tidak tahu saya harus menuju kemana, tapi tujuan saya ada diujung desa
"Hei, apa kau seorang dewa?" Dewi Euthenia menatapku dengan mata yang berbinar
"Mungkin.." saya tidak tahu harus berkata apa, karena seorang Dewi yang di puja-puja banyak orang, tiba-tiba mengajak ngobrol anak kecil sepertiku
Dewi Euthenia membuka mulutnya, suara halus terdengar memasuki telingaku "saya mencium aroma yang tidak asing dari dirimu, ngomong-ngomong indra penciumanku ini sangat tajam"
"Memangnya, aroma siapa yang kau cium dari tubuhku, sehingga dapat membuat seorang Dewi penasaran?"
"Dengan samar saya merasakan kehadiran seorang dewa yang dulu pernah menjadi rekan saya, saat di gate of death"
Gate of Death? Saya tidak tahu tentang hal apa ini, tapi dari namanya sudah membuatku muak
"Lalu siapa rekan-rekan yang kau maksud? Dan apa maksud dari Gate of Death itu?"
Dia mendekatiku lagi, kini semakin dekat, baju putihnya yang terbuat dari kain sutra yang lembut menyentuhku, dan mulutnya berbisik kepadaku "Luke Vardict,, apa kau mengenalnya?"
Levis tersentak dan kemudian berkata "Apa..? Itu ayahku"
Dewi Euthenia terkejut dengan pernyataan yang dilontarkan Levis, dengan sekilas ekspresinya menunjukkan bahwa dia tidak percaya, tapi itu hanya sebentar lalu dia membuka mulutnya "jadi begitu"
Dewi Euthenia menggangguk, dan kemudian memalingkan pandangannya, seperti ada sesuatu yang disembunyikannya
"Ada apa Dewi?"
Dia kembali memandangku, dan tersenyum "ah.. tidak apa aku hanya sedikit bernostalgia, lalu kemana kau akan pergi?" Tanya Euthenia padaku
"Saya akan pergi menuju danau Cafin"
"Aha" seolah bertemu dengan ide, Dewi Euthenia langsung menarik tanganku, dan pergi menuju ujung desa "aku tahu tempat itu berada, tapi kita harus cepat"
Karena beberapa orang mulai terbangun dari tidurnya, dan jalan desa ini juga semakin ramai, jika Dewi Euthenia dilihat oleh warga desa, mereka akan mengerumuninya
Kami berdua berlari secepatnya, bahkan sesekali menarik perhatian seekor anjing liar didalam desa
Syukurlah kami sudah dekat dengan ujung desa, kemudian tepat diujung desa terlihat beberapa pemandangan rumah sudah habis, digantikan oleh pepohonan yang rindang, mengelilingi sebuah danau
Dewi Euthenia berteriak, ekspresi senang terukir diwajahnya "itu danau Cafin!"
Kita sampai didanau ini, dan dengan cepat saya membasuh muka menggunakan air didanau itu, ini sangat segar sekali, dan aroma air disini sangat harum, saya belum pernah merasakan air seindah ini.
Air jernih dengan beberapa kehidupan didalamnya, ikan-ikan berenang kesana-kemari untuk mencari sebuah kebahagiaan.
Saya melihat Dewi Euthenia yang berada tepat dibelakang saya, dia sedang merapikan rambutnya "Dewi, apa kau mau bermain air?"
"Ah tidak, maaf saya akan segera pergi karena warga desa mungkin sedang membutuhkanku" Dewi Euthenia berbalik, dan mulai berjalan menjauh
"Baiklah kalau begitu, terimakasih telah mengantarkanku kemari, Dewi"
Dewi Euthenia menghentikan langkahnya, dan dia membuka mulutnya "ngomong-ngomong, siapa namamu?"
"Saya Levis Vardict"
"Jadi begitu, benar.. saya akan mengingatnya! Sampai jumpa!" Itu adalah kata-kata terakhirnya sebelum dia pergi, dan menghilang begitu saja
Yah sudahlah, saya tidak terlalu perduli dengan itu, yang penting saya harus membersihkan diri terlebih dahulu
Tunggu sebentar, saya baru menyadari bahwa sedaritadi saya mencipratkan air pada baju saya, tapi tidak terjadi bekas basah sekalipun
Levis mengetesnya dengan mencoba menyiramkan air danau ke bajunya, dia membentuk sebuah mangkok dengan kedua tangannya, lalu mengambil air dan menyiramkan ke bajunya
Ini.. tidak membuat bajuku basah, mungkin ini adalah salah satu efek pelapis dari baju yang diberikan ayahku, atau bisa jadi air inilah yang luar biasa
Dengan begitu Levis tidak perlu khawatir untuk membersihkan tubuhnya, seperti yang dikatakan sang nenek, tanpa membasahi pakaiannya, berkat air itu juga baju Levis menjadi sangat harum
Saat Levis sedang asik membersihkan tubuhnya, seseorang dengan jubah serba hitam menghampirinya, berdiri tepat disisi danau
Levis yang menyadari itu membuka mulutnya "hei, siapa disana?"
Orang itu sama sekali tidak menanggapi, dia terus saja terdiam, lalu perlahan melangkah menghampiri Levis.
"Benar, kau orangnya, aku menemukanmu" ujar orang itu, dan tiba-tiba dia hilang begitu saja seperti bersatu dengan udara disekitar, saat saya melihat sekeliling, saya tak bisa menemukannya.
Sebenarnya siapa dia? Kenapa dia seperti sedang mencariku.
Levis melanjutkan aktifitasnya dan kini dia bersiap untuk kembali ke rumah sang nenek 'nenek pasti sudah menungguku dirumah' ujarnya dalam hati.
'tunggu, tapi orang yang tadi.. jangan,-jangan dia hantu?' beberapa pertanyaan aneh muncul dibenak Levis, kemudian saat dia menyadari, dia lari menuju desa Cafin.
Saat sampai didesa, disini sudah semakin ramai, banyak orang-orang yang sebelumnya belum terlihat sekarang berlarian kesana-kemari.
Seorang pedagang berteriak dengan menyodorkan seekor ikan yang masih segar "hei, tolong mampir kemari, saya akan memberikan diskon untuk kalian!"
Seseorang warga lainnya menghampirinya, mungkin dia berniat untuk membeli ikan pedagang itu.
"Berapa harga ikan-ikan itu?"
"Jika kau membelinya dengan koin perak, maka satu ekor ikan adalah sepuluh koin, dan dua ekor ikan akan menjadi lebih murah, yaitu dua puluh koin."
"..."
Bukankah itu sama saja?
"Baiklah kalau begitu saya akan mengambil dua."
'hei, pak sepertinya kau dibohongi' ekspresi Levis seketika menjadi pahit.
Lalu pedagang itu mengemas pesanan dari pelanggan, dan memberikannya.
Seorang pembeli itu menghampiri Levis yang tengah asik memandangi toko, dia berkata "hei, nak apa kau mau satu? Jika kau mau, aku akan memberikannya padamu."
"Benarkah?"
Orang itu melihat sekeliling dia membuka mulutnya "tentu, mari ikut denganku."
Levis dibawa oleh orang itu disebuah tempat makan kecil, dan mereka mulai duduk di kursi yang disediakan tempat makan itu.
Orang itu menatap Levis "lihatlah, aku akan mengajarimu sesuatu."
Dengan kekuatan orang itu, dia mengeluarkan salah satu ikan yang dibelinya tadi, dan dengan cepat ikan itu menjadi sudah terbakar, baunya yang enak memasuki hidung Levis.
"Paman.. bagaimana caramu melakukannya?" Levis memandangi ikan itu dengan kebingungan, dengan cepat dia memandangi "ini seperti sudah terpanggang dengan sempurna."
"Fusion, jika kau menggabungkan dua kekuatan yang berbeda aliran, maka kekuatan itu akan saling menolak, dan jika kau paksakan, itu akan menghasilkan percikan api yang tidak terlihat oleh mata."
Teknik seperti ini biasanya dilakukan oleh penyihir jaman dahulu, atau dipakai para penyihir untuk melakukan perjalanan yang jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments