Keesokan paginya Levis terbangun, dan mendapati beberapa buku sudah dengan posisi yang berantakan disebelahnya, maaf nek saya membuat kamarmu menjadi berantakan, saya segera merapikan tempat ini, ujarnya dalam hati.
Setelah selesai merapikan buku-buku yang berantakan itu, Levis beranjak beranjak dari tempat tidurnya, dia bergegas untuk mencari sang nenek.
Saat keluar kamar Levis baru menyadari, bahwa ada satu ruangan lagi, yang menghubungkannya dengan teras bagian samping rumah, pintu tempat itu terbuat dari kaca sehingga Levis dapat melihat sisi luar secara langsung.
Terlihat sebuah platform kecil dengan rumput subur sebagai alasnya, teras ini berbentuk persegi dengan ukuran yang lumayan untuk memelihara seekor domba, diujung platform ini adalah jurang, sepertinya.
Dengan pagar kaca yang mengelilinginya, saya melihat sesosok yang tidak asing di mata saya, benar itu adalah sang nenek, saya masih belum tahu siapa nama nenek itu.
Saya mencoba mendekati pintu kaca itu, dan semakin dekat semakin jelas bahwa nenek dengan tubuhnya yang masih segar, dia berlatih pedang, memang jika dilihat wajah nenek itu belum terlalu tua, tapi bagaimanapun seharusnya dia sudah berumur, saya khawatir jika terjadi apa-apa.
Nenek itu menyambutku yang barusaja bangun dari tidur, dia berhenti sejenak dengan latihannya, dan melambaikan tangan kepadaku, dia tersenyum.
Saya mendengar suara nenek itu daridalam "buka saja pintunya nak, itu tidak dikunci!"
Saya mencoba membuka pintu ini, dan mulai menepakkan kaki dialas rumput, ini membuatku nyaman.
Nenek itu kembali ke latihannya lagi, dia menebas udara disekitarnya, membayangkan seperti ada musuh didepannya.
Nenek itu membuka mulut "ada apa nak?"
Saya melihatnya dengan tatapan kagum, karena saya juga sangat ingin sekali dapat menguasai sebuah teknik pedang.
Bagi Levis, hal itu adalah hal yang sangat keren.
Levis membuka mulutnya "nek, saya ingin bertanya dimana tempat saya bisa membersihkan diri?"
Nenek itu berhenti, dia berkata "didekat sini ada sebuah danau ajaib, yang pernah dibuat oleh seorang dewa yang dulu pernah berkelana didekat sini, jika kau mau, pergilah ketempat itu."
Levis menyadari bahwa dia sama sekali tidak membawa baju ganti atau apapun itu.
Sang nenek menatap Levis dengan senyuman hangat, dia seolah dapat membaca pikiran Levis dan berkata "tidak ada yang perlu dikhawatirkan, pergilah, nenek akan menyiapkan makanan setelah kau kembali."
Levis menjawab "baiklah."
"Tapi ngomong-ngomong, nek apakah saya boleh meminta nenek untuk mengajari saya cara menggunakan pedang?"
Levis berkata dengan menggaruk kepalanya, dengan cepat dia menambahi "yah walaupun aku masih kecil, tapi aku sangat ingin bisa menguasai teknik dasar dalam pedang."
Dan mungkin ini dapat berguna di masa yang akan datang.
Nenek itu mengangguk, dia pergi kebagian samping platform, dan mengambil satu pedang kecil yang terbuat dari kayu.
Dia melemparkannya kearah Levis, dan berkata "pakailah."
"Jika kau ingin ahli dalam berpedang, kuasailah teknik-teknik dasarnya terlebih dahulu, seperti kuda-kuda, konsentrasi terhadap musuh, dan memperhatikan skenario pertarungan yang sedang berjalan."
Nenek itu memberikan saya teknik-teknik yang paling mendasar, dan saya sangat mudah untuk memahaminya, saya mencoba mempraktikkan.
"Cobalah untuk memperlihatkan ku apa itu tebasan" ujar nenek itu, dia mengelap keringatnya.
Saya memegang gagang pedang itu dengan kedua tangan saya, dan mengayunkannya sedikit kesamping lalu menebas udara dengan itu.
Angin kencang berhembus, dan hampir saja saya ikut tertarik dengan angin itu, ini kekuatan yang sangat kuat, apakah ini juga karena keturunan ayahku?
Nenek itu memandangiku dengan ekspresi serius, dia berjalan kearahku dan membuka mulutnya "itu luar biasa nak, kau seperti jenius yang lahir seratus tahun sekali, tapi sayangnya dengan kekuatanmu itu, kita jadi tak bisa melanjutkan latihannya di platform ini."
Levis kebingungan dengan pernyataan nenek itu yang tiba-tiba, dia bertanya "kenapa nek?"
Nenek itu melihat kearah bawah, alas rumput, memandangi seluruh platform dan berkata "saya takut tempat latihan peninggalan suami nenek ini akan roboh, jika kita melanjutkannya."
Entah saya harus bangga atau bersedih, karena saya juga tidak ingin merusak platform ini, dan membuat nenek menjadi sedih.
"Ahh, kalau begitu saya akan pergi ke danau nenek yang sebelumnya, saya akan segera kesana" ujar Levis, dia dengan cepat memberikan pedangnya kepada sang nenek, dan mulai meninggalkan teras ini.
"Tapi apa kau tahu dimana, dan apa nama danau itu?" Nenek bertanya.
Levis menghentikan langkahnya, dan berbalik, dia membuka mulutnya "dimana nek?"
Nenek itu menjawab "yah nama danau itu adalah, danau Cafin, danau itu tidak jauh dari desa Cafin, jika kau tahu tempat itu."
Danau Cafin.. semalam saya membaca buku, dan menemukan tempat itu, itu memang tidak jauh dari sini.. kurasa?
Danau Cafin.. semalam saya membaca buku, dan menemukan tempat itu, itu memang tidak jauh dari sini..kurasa?
"Saya tahu nek, saya akan pergi dulu!"
"Benar, kau hanya tinggal pergi lurus dan menemukan desa Cafin, didekatnya akan ada sebuah danau."
Saya beranjak untuk pergi dari rumah ini, dan mulai menuju desa Cafin, diluar rumah saya disambut dengan pepohonan rindang yang tumbuh disebelah kanan-kiri jalan setapak yang terbuat dari bebatuan.
Saya mengikuti jalan setapak itu, dan kurasa ini cukup jauh jika berjalan, apa memang tidak ada yang bisa saya manfaatkan untuk kesana lebih cepat?
Levis memutar otaknya, dan mencoba-coba sesuatu, setelah itu tetap saja tidak ada yang terpikirkan olehnya, itu membuatnya frustasi, dengan terpaksa dia berjalan tanpa arah, dan berharap diujung jalan ini akan bertemu sebuah desa.
Ditengah perjalanan sesekali Levis menggerutu 'memangnya apa yang dilakukan ayah,dan ibu, apa mereka tidak menyadari bahwa anaknya tidak pulang-pulang?'
Setelah perjalanan yang melelahkan akhirnya Levis mendapatkan titik terang, didepannya banyak orang yang berlalu lalang, beberapa pepohonan yang tadinya rimbun disamping kanan kiri sekarang menjadi sebuah hutan dengan pohon yang menjulang sangat tinggi, beberapa orang terlihat sibuk untuk menebang pohon-pohon itu.
Beberapa orang membawa sebuah gerobak, yang tentu untuk memindahkan, dan mengangkut batang-batang pohon itu.
Levis mencoba untuk mendekati orang orang itu, terlihat seseorang yang sedang bersantai dibawah pohon yang akan ditebang, berharap saya dapat bertanya tentang danau Cafin padanya.
Seseorang menyadari keberadaanku, dan kemudian menghampiriku dia berkata "hei nak, apa yang kau lakukan disini? Ini berbahaya untuk anak seumuranmu."
"Maaf paman saya hanya tersesat disini, dan saya ingin mencari danau Cafin, apakah paman tahu tempat itu?"
"Saya tahu betul, karena memang benar danau itu dekat dengan tempat ini, tempat itu tepatnya ada diujung desa Cafin, jika kau masuk kedalam desa itu, dan terus berjalan lurus maka setelah jalan desa itu habis kau akan mendapati danau Cafin."
"Baik, terimakasih paman, kalau begitu saya permisi" Levis menundukkan setengah badannya, dan mulai berjalan masuk kedalam desa Cafin.
Di pagi hari desa ini cukup ramai, beberapa pedagang sudah mulai membuka gerai mereka, saya berharap saya dapat membeli sesuatu untuk dimakan, karena perut saya sudah mulai lapar.
Tapi sayangnya Levis lupa untuk membawa uang lebih, untungnya masih ada beberapa koin perak yang diberikan oleh ayahnya.
Bisa dibilang roti ditempat ini dihargai dengan.
1 roti \= 3 koin perak.
Kemudian Levis menghampiri salah satu pedagang yang terlihat menjual roti yang masih hangat, dia membelinya, dan kemudian memakannya.
Tapi satu roti saja masih membuatnya merasa lapar, dengan cepat dia melanjutkan perjalanannya mencari danau Cafin.
Desa ini cukup luas bagi anak kecil seukuran Levis, beberapa bangunan terlihat sangat megah, mungkin mereka bagian dari kerajaan, kerajaan yang mengelola mereka.
Tapi jika diingat-ingat.. desa Cafin cukup jauh dari desa Zovalia, tempatku tinggal, tapi ini masih termasuk daerah Loresham.
Saat saya merasa saya sampai di pusat desa, ada banyak orang yang berkerumun disana, lalu diatasnya ada seseorang yang dapat terbang, Seseorang berambut pirang panjang, dengan beberapa perhiasan yang menghiasinya, mungkin dia seorang Dewi?
Dia terlihat membagikan makanan pada orang-orang disekitarnya, dan tersenyum saat memberikan sesuatu.
Levis memutuskan untuk mencoba mendekat kedalam kerumunan itu, berharap dapat mendapatkan makanan yang bisa mengganjal perutnya lagi.
"Ahaha kemarilah saudaraku, jika kalian ingin makanan sehat, mendekatlah aku akan membagikannya untuk kalian" ujar seorang itu.
"Ya, aku mau, dewi kemakmuran, Euthenia."
Jadi orang yang berada ditengah mereka adalah dewi Euthenia, levis melihat bahwa dewa itu adalah seorang yang sangat ramah, baik, dan cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments