Bab 7 - Bintang Naga

Keesokan harinya, seseorang datang menemui ayahku di teras rumah. Dia tampan tapi kulitnya pucat seperti mayat, kuku-kukunya panjang, dan mengenakan jubah hitam-merah. Mereka berdua asyik berbincang, lalu orang itu menatap ke arahku yang sedang mengintip dari balik jendela. Ada asap berwarna hitam yang mengarah padaku dan membuat leherku terasa dicekik. Saya mencoba menepisnya dan orang itu tersenyum.

"Virgo, jangan lakukan hal konyol," ujar ayahku dan tiba-tiba saya merasa lega.

"Apa dia anakmu?" tanya orang itu.

"Ya, benar begitu."

"Sepertinya dia orang yang menarik," ujarnya lalu berbalik dan melompat tinggi.

"Saya permisi dulu, Luke. Ada pekerjaan lain yang harus saya kerjakan," ujarnya lalu asap hitam terlihat mengepung tubuhnya dan dia menghilang.

Saya keluar dari persembunyian dan bertanya kepada ayah, "Yah, siapa orang itu?"

"Dia Virgo Arcane, teman ayah."

"Apakah dia dewa?" tanya saya penasaran.

"Mungkin. Dia dulunya orang biasa, tapi setelah ayah keluar dari gerbang kematian bersama rekan-rekan lainnya, dia menjadi seperti itu. Sekarang dia kuat," jawab ayahku.

"Ayah tidak tahu apakah dia akan menjadi rekan atau musuh di masa depan, karena sifatnya yang sulit ditebak," tambah ayahku sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Oh, begitu. Bagaimana dengan gerbang kematian, apa itu?" tanyaku.

Ayah berhenti sejenak dan menoleh ke arahku. "Gerbang itu... kau akan mengetahuinya nanti, saat kau sudah dewasa."

Tak seperti biasanya, ayah tiba-tiba terlihat serius. Sebenarnya, ada apa?

"Dari percakapan mereka berdua tadi, Luke, sepertinya ada pengkhianat di dalam kerajaan. Beberapa hari yang lalu, Regas Deevon, dewa nomor dua yang sekarang menjabat sebagai raja, diserang oleh sekelompok orang dengan kekuatan yang luar biasa," kata ayahku.

Luke berpikir sejenak dan berkata, "Kemungkinan ini ulah Hariel Kargalant dari Denoir."

"Benar, karena hanya kau dan Hariel yang mampu melumpuhkan Regas. Mungkin ada mata-mata yang ada di tempat kita, yang mengatur kapan waktu yang tepat untuk menyerang kita."

"Kalau begitu, apakah kau bisa mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi?" tanya Luke.

"Tentu, tapi mungkin akan sulit mengingat perjanjian damai antara Loresham dan Denoir," jawab Virgo.

"Aku akan mengandalkanmu."

 

Hari ini, ayahku memberiku tugas kedua. Saya harus mengalahkan seekor naga putih yang sering menerkam domba di peternakan. Geron datang untuk membantu saya karena ayahnya memintanya menjadi penerus yang kuat.

Kami membawa pedang, makanan darurat dan tas untuk membawa persediaan lainnya. Kami memutuskan untuk berjalan menuju tempat itu agar bisa menghemat energi. Kami melewati hutan dengan pohon rimbun, dan sesekali bercanda agar suasana tidak canggung.

"Kak Levis," panggil Geron.

"Apa?"

"Coba lihat belakangmu." Geron menunjuk ke arah belakangku dan tiba-tiba petir kecil menyambar dekat kakiku.

"Geron, kau nakal juga," ujar saya, membentuk kristal untuk menggertaknya.

"Haha, bercanda kak. Sepertinya kita sudah hampir sampai." Geron mengalihkan pandangan ke arah sungai.

Jalan di hutan terputus oleh sungai yang mengalir deras. Di seberang, terlihat gunung dengan lubang yang besar.

Saat kami mendekat ada beberapa pohon yang hangus terbakar, begitu juga pinggiran lubang gunung, saat aku menyentuhnya beberapa serpihan yang halus ini membuat jariku menjadi hitam, ini hangat.

Sepertinya benar ini sarang naga itu, dan kemungkinan dia baru saja keluar atau masuk kedalam gunung, beberapa saat kemudian saat kami mengecek sekitaran gunung ada suara angin yang begitu kencang dari arah hutan.

Terlihat sesosok naga berwarna putih yang keluar dari hutan, itu memang naga yang kita cari, jadi kita mulai darimana?.

Naga itu mendarat tepat diatas gunung, dia terlihat seperti naga yang kesepian, saat kami mulai mendekatinya, dia mengepakkan sayapnya, kemudian menyemburkan api berwarna biru, membentuk garis pembatas tepat didepan kaki kita, seolah dia hanya menggertak, dan tak ingin melakukan lebih dari itu.

"Ada apa dengan naga ini?" tanya Geron penasaran, dia berbicara padaku tetapi masih memandangi naga yang tinggi itu.

"Pasti ada sesuatu".

Selang tak lama dari itu, tubuh naga itu mulai bersinar, dan perlahan sinar itu meredup memunculkan seseorang, dengan rambut putih panjang yang mengenakan pakaian berwarna hitam.

Apa ini.. kenapa muncul sesosok wanita cantik dari tempat itu? Dan kemana naga itu pergi.

Seseorang itu dengan cepat menghampiri kami, kecepatannya luar biasa, jika saya berkedip sekali saja, saya dapat kehilangan dia.

Dia langsung pergi kearah Geron dan mendongakkan dagunya dengan ujung jarinya, dengan senyum jahatnya ia berkata "anak yang manis"

saya sedikit iri dengan itu, memangnya saya ini tidak manis? saya akan mengkonsumsi gula besok.

"Hei kau siapa?" ujarku dengan beberapa kristal yang sudah bersiap disampingku.

Dia berbalik kearahku dan tersenyum, dia berkata "tenang, kita barusaja bertemu kan? Kenapa tidak berkenalan terlebih dahulu" perlahan ia mendekatiku.

"Apa maksudmu?" Saya bertanya.

"saya bukan musuhmu."

Memang.. tujuan awal kita adalah berburu naga putih itu, tapi sekarang yang muncul dihadapan kita malah seseorang wanita yang terlihat masih sangat muda, bahkan lebih muda dariku.

Saya bertanya-tanya "apa tujuanmu?"

Lalu dia berjalan dan berdiri dihadapan kami berdua, dia menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya.

"Namaku Lira Verna."

saya terkejut dan tak percaya, kudengar Verna adalah marga yang dipakai oleh para bintang naga.

"Apakah kau, salah satu dari empat bintang naga?"

"Kita bicarakan ini didalam saja." dia memberikan isyarat kepada kami untuk mengikutinya.

Kami mulai memasuki goa dengan lubang besar tadi, tak kusangka didalamnya terlihat seperti rumah pada umumnya, terdapat dapur, ruang tamu, tapi ada satu hal lain yang menarik perhatianku, ada sebuah lorong kecil yang didalamnya adalah tempat yang cukup luas, saya melihat ada beberapa domba disana.

"Itu adalah tempatku menyimpan persediaan makanan." ujar Lira, dia membuka kulkas, dan menyiapkan dua gelas air putih dingin untuk disajikan.

"Ternyata selama kau adalah pencuri domba domba yang hilang ini ya." ujar Geron dengan polosnya, dia menyeruput air putih.

"Yah perkataanmu tidak salah, saya melakukan ini demi keberlangsungan hidupku, maaf saya telah merepotkan kalian" dia sibuk membersihkan debu-debu yang ada pada rak yang menempel pada dinding.

"Lalu bagaimana dengan bintang naga?" saya bertanya.

"Bintang naga.. mungkin ini akan menjadi cerita yang sedikit berat mengingat ini adalah pertemuan pertama kita."

Geron bersiap untuk mendengarkan dengan seksama, begitu juga saya.

Dulu didesa Cafin ada seseorang pengembara domba yang bernama Argis Caveri, dia selalu menjadi target pembunuhan orang orang disekitar, karena dia adalah manusia setengah naga, dia pengembara domba, sekaligus pembantai para domba.

Suatu saat dia diburu habis-habisan oleh warga desanya, tetapi lagi-lagi dia masih dapat melarikan diri, dia berlari sekuat tenaga menuju puncak gunung.

Kenapa dia tidak menjadi naga untuk pergi dari tempat itu? Karena tenaga bangsa naga kami cukup terbatas, tak heran mengingat dengan kekuatan yang dapat kami keluarkan saat menjadi naga.

Saat dia sampai digunung, dan dia memohon kepada dewa Raves sebagai dewa pencipta, dia meminta untuk memberikannya petunjuk, tetapi Raves adalah dewa yang beda, bisa dibilang dia adalah psikopatnya para dewa, memang dia dewa pencipta tapi itu hanya rumor belaka.

"Raves, apakah kau bisa memberiku petunjuk untuk melanjutkan hidupku" ujar Ragis dengan tangan mengepal, diselempangkannya tas dipundaknya.

Sesuatu yang dingin datang, asap putih berkumpul dan kemudian keluarlah suara dari dalam asap itu.

"Saya tidak akan memberimu jalan, karena yang seperti ini adalah hiburan untukku." jawab Raves, dia belum juga memunculkan wajahnya.

Setelah itu Argis pun menantang Raves untuk berduel, karena kekuatan Raves yang sangat tidak masuk akal, tubuh Argis yang berubah menjadi naga pun dicincang menjadi empat bagian, dan keempat bagian itu disebar keempat penjuru mata angin, Timur, Barat, Selatan, dan Utara.

Kami sebagai keturunan Argis ditugaskan untuk menjaga keempat tempat tersebut, dan mendapat julukan bintang naga, Four Verna.

Tugas itu tidaklah mudah, karena kami keturunan sang pembantai domba, kami juga dibenci para warga desa disekitar kami, bahkan suatu saat salah satu saudara ada yang salah satu dari matanya dicungkil oleh orang tua temannya, hanya karena dia bermain dengan anaknya.

saya juga hampir saja kehilangan nyawsaya jika saat itu tidak muncul wanita 'itu', dia menyelamatkan nyawaku saat saya didesak oleh warga desa.

Lira berhenti berbicara, dan suasana hening tercipta.

"Seorang wanita?, Siapa dia?" tanyaku.

"Dia seorang wanita dari kerajaan yang tak jauh dari sini, dia adalah wanita yang sangat tangguh, cantik dan memiliki kekuatan yang luar biasa" jawab Lira, dia meneguk segelas air.

saya semakin penasaran, kerajaan didekat sini itu mungkin kerajaan kami.

Terpopuler

Comments

Nora Neko

Nora Neko

Kakak, maksudnya diselempangkan kali ya. Ada sedikit salah kata

2023-09-25

1

Nora Neko

Nora Neko

Itu maksudnya habis-habisan atau ada kata lain di deket kata an?
Kok aku bacanya lebih enak habis-habisan ya

2023-09-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!