" saya mau cari mandor tersebut dan patahkan tanganya." ucap Arja sambil menjetikan jari mengajak bodyguardnya.
" dimana mandornya." tanya arja pada seorang kuli.
" di ruangan pak.." kata kuli tersebut menujuk kearah ruangan yang ada dipojokan.
" oh terima kasih." kata Arja menuju ke ruangan tersebut.
doarrr suara pintu yang didobrak dari luar.
" siapa yang berani mengganggu ku hah." kata mandor tersebut dengan angkuhnya.
" memangnya kamu sedang apa...?" tanya Arja menampakkan diri setelah pintunya ambruk...
" BRAKKK cih bocah dari mana kau... cari Mati ya..." kata mandor tersebut mennggobrak meja.
" patahkan tangan dan kakinya. lempar ke jalanan." perintah Arja pada kedua bodyguardnya.
" memangnya kamu siapa. mentang-mentang punya bodyguard bisa sombong." kata mandor tersebut.
" tunggu....tunggu...kita bisa bicarakan dengan baik AKHHH.. tolonga akhhhh...." teriak mandor tersebut memancing kuli yang lain.
" cih mandor sombong itu akhirnya selesai juga." kata salah seorang kuli.
" kamu nggak tahu sama bossmu sendiri hahh. jangan sampai mengulangi hal yang sama dimasa depan... karena kamu nggak bakal punya kesempatan." kata Arja.
"ampun boss ampuni saya bos..." mohon mandor tersebut.
" lempar ke jalanan awasi sampai keluarganya menjemputnya." perintah Arja pada salah bodyguardnya.
setelah selesai Arja menelpon Susan.
" hallo sekertaris susan. apa kamu sudah sampai rumah sakit..?" tanya Arja.
" sudah tuan muda. dan bapak harus menginap terlebih dahulu kata dokternya." kata susan.
" ohh baiklah. berikan uang ganti rugi pada keluarganya dan biaya pengobatanya.!" perintah Arja.
" baik tuan muda. maaf tuan muda saya mau tanya. apakah saya perlu mengganti mandornya." tanya susan yang sudah paham dengan sikap Arja walaupun baru bekerja dengannya beberapa bulan.
" iya ganti saja. kita nggak butuh orang cacat." kata Arja memutuskan telponnya.
" haiis tuan muda ini... lebih sadis dari ayahnya rupanya. mengerikan." mengeluh susan.
"kalian kalau ada yang berani bersikap seperti mandor tadi. berarti kalian akan lebih buruk dari pada dia. karena saya sudah memperingatkan kalian." kata Arja pada karyawannya yang lain.
" ba baik tuan muda." kata karyawannya yang masih takut melihat kaki tangan mandornya yang dipatahkan.
" kalau begitu bekerja keraslah. akhir bulan akan ada bonus buat kalian." kata Arja.
"BAIK TUAN MUDA." semangat para kuli.
"maaf tuan muda saya juga dapat bonus kan.?" tanya bodyguardnya.
"tentu dapat dong kalau kamu mau kerja disini." kata Arja.
" gak usah tuan muda. saya cukup jadi bodyguard saja." tolak bodyguard tersebut.
" ya sudah. saya ke mobil dulu." pamit Arja.
"silahkan tuan muda." kata bodyguard tersebut.
Saat Arja menuju mobilnya dia mendapatkan panggilan telpon.
" hallo bu tiara." ucap Arja.
" halo Arja. saya sudah siap ke butik." kata Bu Tiara.
" oh baik bu. ibu tunggu saya di gerbang sekolah saja." kata arja.
" kalau begitu saya tunggu ya.." kaya Bu Tiara mengakhiri telpon.
" baik Bu " balas Arja.
tak sampai satu menit Arja sudah sampai di depan sekolah. karena masih menunggu Arja berkunjung ke parkiran tempat makannya dulu pas masih sekolah.
" hai mbak li apa kabar.?" tanya Arja sopan.
" eh..nak Arja. kabar saya baik-baik saja.
kamu kesini mau ambil ijasah ya..?" tanya mbak li.
" perpisahan saja belum mbak. masak langsung ambil ijasah." gurau Arja.
" loh kamu kesini ngapain..?" tanya heran mbak li.
" ini njemput Bu Tiara." kata Arja.
" ehh kamu pacaran sama Bu Tiara ya... saya kira cuma tetanggaan." kata mbak li yang sering melihat Arja ngebonceng Bu Tiara saat masih sekolah dulu.
" nggak pacaran sih mbak. cuma mau menikah. nanti datang ya..." undang Arja.
" ehhh kamu bakal menikah. kok cepet banget. udah pengen punya anak ya..?" tanya mbak li kaget.
" saya di paksa sama orang tua saya mbak." keluh Arja.
" Haha ini sudah jaman apa. masih jodoh jodohan.." tawa mbak li.
" ya sudah mbak saya pergi dulu.. itu Bu Tiara udah keluar." pamit Arja.
" ya sudah. jangan sampai calon istri kamu menungu." goda mbak li.
"ya sudah nanti saat saya menikah datang ya.. undangannya menyusul." kata Arja berjalan menuju mobilnya.
" sini bu.." kata Arja memanggil Bu Tiara.
" tumben pakai mobil. biasanya pakai motor..?" tanya Bu Tiara.
" iya tadi habis dari kantor mampir ke proyek disebelah sokalahan." kara Arja menujuk ke proyeknya.
" ohh.. ya sudah ayo jalan." ajak Bu Tiara.
"kita mau ke butik mana..?" tanya Tiara.
" eh aku lupa tanya papa ku.." kaget Arja karena lupa nanya.
" ya sudah kita ke butik temanku saja. disana gaun pernikahannya bagus-bagus." tawar Bu Tiara.
" oh baiklah. kalau Bu Tiara suka." setuju Arja.
tak lama mereka sudah sampai di butik yang dikatakan Bu tiara.
" ini Bu.. butiknya.?" tanya Arja.
" wah.. teman ibu sangat sukses ya... butik udah kayak mall gini." kagum Arja.
" gak usah kagum begitu. kamu juga belum kuliah udah punya pabrik motor sendiri." puji Bu Tiara.
" itu nggak punya saya sepenuhnya kok Bu.. setengahnya punya Bayu teman sebangku ku dulu. ibu kenal kan..?" kata Arja.
" kenal dong.. bocah kayak gitu satu sekolah pasti kenal dia haha." tawa Bu Tiara mengingat bayu.
" ya dia memang begitu sih Bu..." kata Arja.
" haiii Lis. kamu apa kabar.?" kata Bu Tiara memeluk sahabatnya yang bernama Lisa.
" baik... kamu juga sepertinya udah mau nikah ya...?" tebak Lisa.
" iya sih dijodohin sama bapak aku." keluh Tiara.
" ta sudah. mana calon kamu..?" tanya Lisa melihat kiri kanan.
" la ini." tunjuk Tiara pada Arja.
" eh...." ragu Lisa melihat Arja dri depan belakang dan samping kiri kanan.
" ini beneran calon kamu.. aku kira murid kamu... tang kamu ajak karena ranking satu.."
" memang sih bekas murid aku dan juga bekas ranking satu dulu. tapi dua yang dijodohin sama orang tua aku. dan dia juga di paksa sama orang tuanya. papanya sampai koma 3 hari." bisik Bu Tiara.
" wah.. kasihan banget kamu. nggak bisa menikmati masa muda." kata Lisa mencubit pipi Arja.
" maaf kak. saya kesini untuk memilih gaun pernikahannya Bu Tiara." kata Arja.
" puffs Haha." tawa Lisa nggak jelas.
" ya kali udah mau nikah masih manggil Bu. memangnya dia ibu kamu ya.. Haha?" tawa Lisa terbahak-bahak.
" sudah-sudah cepetan rekomendasiin gaun yang cocok buat aku.." kata Tiara mendorong Lisa.
"buat apa..aku rekomendasiin kamu milih aja disitu sama calon suami kamu.." kata Lisa menujuk ke sebuah ruangan yang khusus untuk gaun pernikahan.
" oh.. oke deh kamu layanin pelanggan kamu saja.!" perintah Tiara.
" cih.. bilang aja mau dua-duaan ama calon suami kamu." goda Lisa.
" sana-sana cerewet banget." kata Tiara mukanya merah.
" ayo Bu.." ajak Arja.
" emm Arja kamu.. panggil saya Tiara saja.." kata tawar Tiara.
" eh. baik Bu.eh baik Tiara." kata Arja ragu.
"ya sudah ayo masuk nanti keburu malam." kata Tiara menarik tangan Arja.
mereka memilih gaun dan kemeje berwarna putih dan biru model islami sebagai resepsi dua harinya. sedangkan untuk ijab Kabul mereka memilih kebaya putih dan batik pada roknya untuk Bu Tiara sedangkan untuk Arja jas hitam.
setelah selesai memilih Arja menuju ke kasir untuk membayar gaun tersebut.
" ini mbak.?" kata Arja menyerahkan kartu ATM pada kasirnya.
" terima kasih mas.." ucap kasir tersebut.
"iya.. nanti kalau sudah siap dikirim ke kediaman Lasmana ya..." kata Arja menyerahkan kartu alamat pada kasirnya.
" ayo Bu... kita pulang." ajak Arja pada Bu Tiara yang berbincang dengan Lisa.
" ya sudah aku pamit dulu ya.. nanti datang ke pernikahanku undangan nyusul." pamit Tiara.
" kita pulang dulu kak." pamit Arja sopan.
" iya sana cepat pulang. Manas-manasin gue saja." kata Lisa karena dia belum dapat jodoh.
Arja sebelum pulang ia mampir ke restoran yang dilewatinya.
" kita makan malam dulu ya Bu. eh tiara." kata Arja.
" ya. panggil saja aku Tia saja.malah aneh kalau Tiara." kata Tiara.
" baik Bu. eh Tia." kata Arja lagi-lagi salah sebut.
"ehgg terserah kamu saja." kata Tiara menuju ke meja.
sedangkan Arja mengambil makan untuk dirinya dan Bu Tiara.
" loh kok kamu yang bawa..?" heran Bu Tiara.
" kan tema restoran ini prasmanan Bu." kata Arja menujuk ke nama restoran.
" eh.. maaf saya gak tahu." malu Tiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments