17. Bertemu Arif

Aku sudah sosial di taman belakang kantor. Lalu duduk sendirian di bangku yang menghadap ke arah kantor kami. Tidak ada siapa-siapa di sini selain aku sebab taman ini sebenarnya hanya difungsikan sebagai paru-paru untuk gedung perkantoran di sekitarnya.

Sementara itu, kak Gita dan ketiga sahabatku sudah bersembunyi tidak jauh dari tempatku duduk. Jadi bisa menghindari ikhtilat.

"Ra," sebuah suara membuyarkan lamunanku.

"Rif." kataku.

Ia duduk di hadapan aku sambil melirik ke kiri dan kanan. Mungkin khawatir kalau-kalau aku membawa teman. Biarkan saja, aku tidak perduli.

"Kamu mau bicara apa, Ra. Langsung saja. Aku enggak punya banyak waktu karena sibuk." kayanya.

"Iya, aku tahu kamu sibuk. Kamu mau menikah, kan?" tanyaku, agak geram juga dengan sikapnya yang sekarang mendadak sombong.

"Ya Ra. Aku mau menikah dengan Monika."

Sakit sekali. Aku akui, sudah punya rasa suka padanya sebab kemarin sudah yakin akan menikah dengan Arif sehingga bibit cinta itu mulai aku tanam. Tapi sekarang, ia mencabutnya dengan sangat kasar sehingga meninggalkan bekas luka.

"Bagaimana ceritanya kamu bisa punya rencana menikah di hari yang sama dengan rencana pernikahan kita, padahal kamu baru membatalkan rencana pernikahan kita dua hari lalu?" aku langsung bertanya padanya untuk menghemat waktu sebab tidak nyaman dengan sikap Arif yang sangat sombong. "Kamu enggak menduakan aku, kan?"

"Penting untuk kamu tahu? Yang penting kan sekarang kita sudah tidak ada hubungan apa-apa, Ra."

"Tetapi aku butuh penjelasan sebab setelah kamu membatalkan semuanya, ada banyak kekacauan yang kamu tinggalkan tanpa ada pertanggungjawaban sedikitpun. Lagipula aku berhak tahu."

"Aku memang ada affair dengan Monika, Ra."

"Maksudnya?"

"Ya saat kita ta'aruf, Monika hadir, lalu aku memilihnya."

"Kenapa kamu enggak bilang dari awal?"

"Aku masih bimbang, Ra."

"Bimbang?"

"Ya, aku takut melukai kamu."

"Tapi kenyataannya kamu sudah melakukan semuanya Rif. Kamu melempar kotoran ke wajahku dan keluarga, terutama Mama!"

"Aku minta maaf Ra."

"Kenapa kamu melakukan semuanya? Apa salahku, Rif?"

"Ra, kamu enggak salah apa-apa. Hanya saja aku enggak bisa bohong kalau hatiku lebih condong ke Monika."

"Maksudmu?"

"Maaf Ra, tapi laki-laki butapun pasti kalau disodorkan pilihan antara kamu dan Monika, pastinya akan memilih Monika, kan? Dia cantik, Ra. Sangat cantik malahan. Aku khawatir khilaf nantinya setelah menikah dengan kamu tapi ternyata hatiku masih memikirkan Monika.

Ditambah lagi ia dari keluarga berada. Ibunya punya butik besar, ayahnya seorang pengusaha. Pilihan yang sulit ditolak.

Aku enggak bisa membohongi diri sendiri, Ra. Aku hanya mencoba untuk jujur. Dari pada kita paksakan nikah, lalu karena enggak tahan dengan godaan Monika hingga timbullah perselingkuhan.

Kamu tahu kan Ra, bagaimana rasanya jadi anak broken home? Aku enggak mau anak-anakku merasakan seperti yang kamu rasa Ra. Karena itu aku mencoba untuk jujur. Aku tahu dunia pasti akan mencaci, tapi inilah pilihan hidup yang terbaik menurutku. Dari pada menyesal nantinya. Iya, kan!" ungkap Arif.

Plak. Sebuah tamparan melayang ke pipi Arif. Bukan aku yang melakukan sebab hingga detik ini masih mencoba mencerna perkataan Arif barusan yang terasa menusuk jantungku.

"Kamu kurang aj** Rif!" kata kak Gita, setelah melayangkan sebuah tamparan di pipi Arif.

"Kak Gita!" ia terperanjak sambil memegang pipinya.

"Ia Rif, ini aku dan sudah mendengar semua alasan kamu. Kemarin kamu bilang karena Rara terlalu baik, ternyata karena kamu sendiri yang enggak bisa menahan nafsu. Kalau dari awal suka sama Monika, kenapa kamu dekati Rara?" Kak Gita membentak kak Gita.

"Maaf kak, aku enggak tahu kalau Monika juga punya perasaan. Ia baru bilang dua pekan lalu." kata Arif. "Aku juga dilema, kak, apalagi dia ngajak nikah."

"Halah, alasanmu saja. Itu ujian Rif. Harusnya kamu tahan. Kamu kira Monika lebih baik dari Rara!" ungkap Kak Gita.

"Kok Kak Gita membandingkan Monika sama Rara sih?" Arif tidak terima.

"Sebab aku yakin Rara jauh lebih baik dari gadis bule itu!" kak Gita bicara dengan penuh keyakinan. Maklumlah, ia sendiri yang menangani proyek dengan Monika.

"Eh, kak Gita objektif dong, Monika jauh segala-galanya dibandingkan Rara. Lagian kamu curang banget sih Ra. Datang bawa-bawa pasukan begini. Mau balas dendam? Ngaca kamu Ra, wajah pas-pasan, enggak bisa dandan, tampilan kuno gitu sok cantik. Kamu itu enggak cantik, Ra. Aku dekatin kamu juga karena melihat karir kamu kayaknya bagus. Kalau cuma mengandalkan kecantikan, kamu bukan tipeku!" ungkap Arif. "Ditambah Keluarga kamu yang berantakan. Enggak ada yang bisa dibanggakan. Kebanting kamu kalau dibandingkan sama Monika!"

Plak. Plak. Dua tamparan melayang ke pipi kanan dan kiri Arif. Masih bukan aku pelakunya. Tapi Risa. Iya, Risa. Sahabatku yang paling feminim dan calm.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa ia akan berani menampar Arif. Tapi kata-kata Arif benar-benar sudah keterlaluan. Bahkan Aya dan Dini yang bersiap menyerang Arif terkaget-kaget melihat Risa.

"Kamu benar-benar jahat, ya Rif. Membatalkan pernikahan secara sepihak saja sudah salah. Ditambah selingkuh. Sekarang malah menghina Rara. Sadar Rif, memang kamu kira kamu siapa? Cuma pegawai biasa yang juga enggak punya apa-apa. Motor aja butut. Makan aja sering ngutang. Apa yang kamu banggakan Rif? Enggak ada.

Setidaknya kami bisa tahu kedok kamu yang sebenarnya Rif. Jangan pernah pura-pura nyamar jadi Ikhwan lagi atau aku yang akan memberimu pelajaran!" kata Risa.

"Biarin. Yang penting aku dapat ganti yang terbaik. Cantik dan kaya!" Arif masih juga sombong.

"Nanti juga kamu bakal menyesal, Rif!" tambah Aya yang sudah tidak sabar melayangkan bogem mentah ke wajah Arif.

Tetapi sebelum itu semua terjadi, Arif buru-buru kabur sambil mengumpat. Ia pasti sangat kesal atas perlakuan kak Gita dan teman-temanku.

Tidak cantik. Tidak kaya. Keluarga tidak harmonis. Kata-kata itu terus terngiang di benakku. Lalu tanpa izin, butiran-butiran itu mengalir deras jatuh ke pipi. Perlahan berubah menjadi sesenggukan.

Iya, benar. Aku tidak cantik. Aku hanya gadis biasa dengan paras sangat sederhana. Jangankan dandan, peralatan makeup saja tidak punya. Pakaian juga lungsuran dari mama sebab aku tidak terlalu suka belanja.

Sebenarnya aku punya uang yang lebih dari kata cukup untuk berbelanja seperti teman-teman lainnya, tapi karena sudah terbiasa hidup sederhana. Selain itu mama punya banyak pakaian yang tidak terpakai, ditambah memang tidak suka belanja dan dandan layaknya gadis-gadis seumuranku, jadilah gayaku seperti ini. Apa adanya.

Lalu tentang kekayaan, memang belum ada satupun kekayaan yang aku punya selain motor yang biasa aku pakai.

Sedangkan Keluarga yang tidak harmonis memang sudah lama aku lakoni. Tetapi meskipun besar sebagai anak korban perceraian, aku merasa tidak kurang kasih sayang dari mama. Lalu kenapa masih dihujat?

Terpopuler

Comments

Euis Yohana

Euis Yohana

eeeuuuhh ..kenapa ga ada yg nendang mukanya si Arif siiich ...kesel aku da 🤬😤

2022-12-07

0

Gita Risnawati

Gita Risnawati

jahat banget sumpah

2022-11-03

0

Pricila Bianca Aidelin

Pricila Bianca Aidelin

please dong thor,,penampilan Rara di permak,,pengen rasanya ikur benyek2 Arif
😡

2022-11-03

0

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Dadakan
2 Pembatalan Sepihak
3 Perjalanan Pulang
4 Candaan Teman-teman
5 Sampai Di Rumah
6 Bernafas Sejenak
7 7. Harapan Mama
8 8. Mata Mama Berkaca-kaca
9 9. Mengurung Diri Di Kamar
10 10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11 11. Karyawan Baru
12 12. Saat Semuanya Serba Salah
13 13. Pulang
14 14. Semua Salah Rara?
15 15. Arif Jadi Nikah?
16 16. Monika Ariella
17 17. Bertemu Arif
18 18. Gara-gara Enggak Cantik
19 19. Segala Rasa
20 20. Tuduhan Arif
21 21. Sabar Rara!
22 22. Naik Jabatan
23 23. Bertemu Papa
24 24. Nyaris Ditilang
25 25. Rara Yang Berprestasi
26 26. Mencari Mbak Yuni
27 27. Tangis Rara
28 28. Makan Siang Bersama Ken
29 29. Diantar Pulang Oleh Ken
30 30. Pesan Dari Ken
31 31. Bianca Minta Dicomblangi
32 32. Ken Datang Berkunjung
33 33. Gosip
34 34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35 35. Pengakuan Ken
36 36. Curhat Arif
37 37. Membesuk Mbak Yuni
38 38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39 39. Gosip Tentang Rara
40 40. Ujian Lagi?
41 41. Penjelasan Ken
42 42. DESAKAN MAMA
43 43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44 44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45 45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46 46. Bertemu
47 47. Air Mata Buaya
48 48. Tamu Itu Adalah Papa
49 49. Seseorang Yang Selalu Ada
50 50. Terlambat
51 51. Tiga Orang Lelaki
52 52. Lamaran?
53 53. Lamaran? (2)
54 54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55 55. Beneran Dilamar
56 56. Persiapan Pernikahan
57 57. Sah!
58 58. Malam Penuh Cinta
59 59. Papa, Aku Menyayangimu
60 60. Ken Cemburu (Lagi?)
61 61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62 62. Peta Kehidupan Ken
63 63. Gina
64 64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65 65. Perjalanan Ke Paris
66 66. Aku Percaya!
67 67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68 68. Shopping Bersama Ibu
69 69. Drop
70 70. Perdebatan
71 71. Gosip Tentang Ken
72 72. Mama Masuk Rumah Sakit
73 73. Bertengkar Dengan Dinda
74 74. Permintaan Tante Wira
75 75. Permintaan Dinda
76 76. Palsu?
77 77. Maaf
78 78. Habibati
79 79. Suamiku Yang Baik
80 80. Berdebat Dengan Elsa
81 81. Pilih Agama
82 82. Ketemu Tante Wira
83 83. Datang Tiba-tiba
84 84. Datang Tiba-tiba (2)
85 85. Perjalanan Pulang
86 86. Pertemuan
87 87. Ragu
88 88. Terimakasih Tuhan
89 89. Posesif
90 90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91 91. Jaga Jarak
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Panggilan Dadakan
2
Pembatalan Sepihak
3
Perjalanan Pulang
4
Candaan Teman-teman
5
Sampai Di Rumah
6
Bernafas Sejenak
7
7. Harapan Mama
8
8. Mata Mama Berkaca-kaca
9
9. Mengurung Diri Di Kamar
10
10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11
11. Karyawan Baru
12
12. Saat Semuanya Serba Salah
13
13. Pulang
14
14. Semua Salah Rara?
15
15. Arif Jadi Nikah?
16
16. Monika Ariella
17
17. Bertemu Arif
18
18. Gara-gara Enggak Cantik
19
19. Segala Rasa
20
20. Tuduhan Arif
21
21. Sabar Rara!
22
22. Naik Jabatan
23
23. Bertemu Papa
24
24. Nyaris Ditilang
25
25. Rara Yang Berprestasi
26
26. Mencari Mbak Yuni
27
27. Tangis Rara
28
28. Makan Siang Bersama Ken
29
29. Diantar Pulang Oleh Ken
30
30. Pesan Dari Ken
31
31. Bianca Minta Dicomblangi
32
32. Ken Datang Berkunjung
33
33. Gosip
34
34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35
35. Pengakuan Ken
36
36. Curhat Arif
37
37. Membesuk Mbak Yuni
38
38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39
39. Gosip Tentang Rara
40
40. Ujian Lagi?
41
41. Penjelasan Ken
42
42. DESAKAN MAMA
43
43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44
44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45
45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46
46. Bertemu
47
47. Air Mata Buaya
48
48. Tamu Itu Adalah Papa
49
49. Seseorang Yang Selalu Ada
50
50. Terlambat
51
51. Tiga Orang Lelaki
52
52. Lamaran?
53
53. Lamaran? (2)
54
54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55
55. Beneran Dilamar
56
56. Persiapan Pernikahan
57
57. Sah!
58
58. Malam Penuh Cinta
59
59. Papa, Aku Menyayangimu
60
60. Ken Cemburu (Lagi?)
61
61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62
62. Peta Kehidupan Ken
63
63. Gina
64
64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65
65. Perjalanan Ke Paris
66
66. Aku Percaya!
67
67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68
68. Shopping Bersama Ibu
69
69. Drop
70
70. Perdebatan
71
71. Gosip Tentang Ken
72
72. Mama Masuk Rumah Sakit
73
73. Bertengkar Dengan Dinda
74
74. Permintaan Tante Wira
75
75. Permintaan Dinda
76
76. Palsu?
77
77. Maaf
78
78. Habibati
79
79. Suamiku Yang Baik
80
80. Berdebat Dengan Elsa
81
81. Pilih Agama
82
82. Ketemu Tante Wira
83
83. Datang Tiba-tiba
84
84. Datang Tiba-tiba (2)
85
85. Perjalanan Pulang
86
86. Pertemuan
87
87. Ragu
88
88. Terimakasih Tuhan
89
89. Posesif
90
90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91
91. Jaga Jarak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!