18. Gara-gara Enggak Cantik

"Ra, enggak apa-apa, kan?" kak Gita menyentuh pekan pundakku, sehingga semua lamunan itu jadi buyar, hanya tersisa air mata yang masih saja mengalir deras.

Seumur-umur baru kali ini dihina orang. Rasanya benar-benar sakit, menusuk ke jantung. Apalagi oleh orang yang sudah sempat singgah di hati kita. Ya Allah .... aku hanya bisa membatin.

"Arif itu benar-benar jahat!" ungkap Aya. "Awas saja nanti, kalau masuk kantor, akan aku beri dia pelajaran!" Aya mengepalkan jarinya. "Kamu sih Ris, main tampar saja. Aku jadi kaget, makanya lupa untuk menghantamnya. Padahal aku yakin pukulanku lebih keras dari pada kamu."

"Enak saja. Tamparanku tadi keras lho. Lihat kan pipinya Arif sampai merah." kata Risa.

"Enggak nyangka kamu bisa juga main tangan, Ris." kata Dini.

"Ra," kak Gita beralih padaku.

"Kak, Rara boleh izin hari ini bolos enggak?" tanyaku, sambil menghapus kasar sisa air mata.

"Kamu mau pulang, Ra? Kakak antar ya?" kak Gita menawarkan bantuan.

"Enggak usah kak. Rara mau keliling dulu." aku segera berlalu meninggalkan mereka berempat menuju parkiran.

Tas kerjaku sebenarnya masih ada di dalam kantor. Tetapi aku malas untuk masuk. Di saku ada Hp dan kunci motor. Sementara di jok motor ada dompet yang selalu kuletakkan di sana sebab khawatir kalau pergi-pergi kelupaan membawanya.

Motor mulai kulajukan, dengan pikiran menerawang jauh ke depan.

Jadi benarkan, pernikahannya gagal bukan karena aku terlalu baik. Justru karena aku banyak cacatnya makanya ia meninggalkan aku.

Lagi-lagi bulir bening itu kembali mengalir deras. Cantik, mengapa harus itu yang membuatku terluka.

***

Entah sudah berapa lama aku berada di depan bangunan bertuliskan salon kecantikan. Tiba-tiba aku tersadar karena ditegur oleh seorang satpam.

"Mbak mau masuk?" tanya satpam tersebut, sambil tersenyum membukakan pintu kaca.

Aku tidak menjawab, hanya melangkah beberapa langkah hingga posisiku berada di dalam salon muslimah tersebut. Kemudian kembali diam. Bingung harus melakukan apa.

Ini pertama kali aku menginjakkan kaki di salon. Sebenarnya dulu teman-temanku pernah mengajak nyalon bareng, tapi aku menolak sebab aku bukan tipikal orang yang suka dandan. Aku lebih suka alami, apa adanya.

Biasanya kalau berangkat kerja, pakai gamis dan kerudung panjang. Wajah benar-benar tanpa polesan, meski hanya bedak.

"Ada yang bisa dibantu, mbak?" seorang resepsionis tersenyum ramah padaku.

"Hmmm, aku mau ... salon, itu, mau nyalon." kataku ragu-ragu, khawatir salah bicara sebab bingung mau melakukan apa di sini. Datang ke sini saja benar-benar enggak sadar. Melangkah begitu saja. Mungkin inilah yang dinamakan dengan bawaan alam bawah sadar. Aku diminta ke salon, yang dianggap sebagai kata kunci untuk obat sakit hati karena disebut tidak cantik. Tapi apa ia, nyalon bisa bikin cantik?

"Ada banyak treatment yang bisa mbak jalani untuk tampil cantik. Mbak mau nyoba yang mana?" ia menawarkan brosur berisi berbagai jenis perawatan, lengkap dengan harganya sehingga membuat aku tercengang.

Maskeran saja bisa ratusan sampai jutaan. Itu maskernya pakai apa? Sayang sekali rasanya. Belum lagi lasser, tanam benang dan entah apalagi. Aku benar-benar enggak mengerti. Kepalaku pusing. Apa cantik semahal ini?

"Mau bersihin wajah sama creambath aja." Kataku, sambil membuka dompet. Mengeluarkan beberapa lembar ratusan ribu sesuai nominal yang tertera di kertas paket perawatan yang ditawarkan.

Bye tiga ratus ribu. Maaf, kamu harus terbuang supaya aku agak cantikan sedikit!

Aku masuk ke ruang perawatan. Lalu membuka hijab dan mulai di creambath. Selama proses perawatan, pikiranku melayang-layang, membayangkan wajah cantik Monika.

Memang benar yang dikatakan Arif, kalau aku tidak ada apa-apanya dibandingkan Monika. Dia cantik, sementara aku jauh dari kata tersebut. Kulit Monika putih, sedangkan kulitku kuning. Hidungnya Monika mancung, sedangkan hidungku pas-pasan.

Baru hendak membandingkan lagi, tiba-tiba aku tersadar. Kenapa juga harus minder. Kan sama-sama makhluk Allah. Begitu selalu Mama menyemangati saat aku bercerita tentang teman-teman sekolah yang cantik-cantik.

"Mbak, saya bisa cantik nggak sih?" pertanyaan asal-asalan itu meluncur begitu saja pada mbak yang melayaniku creambath.

Ia melihatku sekilas, lalu mengangguk. "Mbak sudah cantik, kok. Mungkin hanya kurang perawatan saja. Makanya kulit wajahnya kusam. Pasti jarang membersihkan wajah ya. Juga jarang pakai pelembab saat keluar rumah, terutama di bawah sinar matahari." kata mbak tersebut. Ia menyebutkan perbedaan kulit wajahku yang tertutup dengan tidak. Ada garis hitam efek terbakar sinar matahari begitu kerudung di lepas.

"Bukan jarang lagi, tapi enggak pernah." aku menjawab jujur, apa adanya.

"Pantaslah, karena itu wajah mbak kusam dan berjerawat. Coba dibersihkan, terus rajin pakai pelembab saja pasti nanti hitam-hitamnya pelan-pelan hilang."

"Benar mbak?"

"Iya. Saya juga dulu hitam dan maaf agak dekil kayak mbak, tapi setelah ngerti dandan jadi lumayan kan."

"Iya sih." aku mengangguk-angguk. Sebenarnya agak tersinggung dikatakan dekil, padahal pakaianku sangat bersih, tapi ya sudahlah. Aku terima saja penilaian mbaknya.

Setelah selesai, aku lanjut facial dan melakukan beberapa perawatan untuk kulit wajah. Rasanya nyaman juga. Pegal-pegal hilang, wajah juga jadi agak enteng. Mungkin karena debunya udah tebal sekali. Maklumlah, sejak kecil enggak pernah dibersihkan kecuali dengan sabun mandi.

Saat perawatan yang kujalani hampir selesai, tiba-tiba dari ruangan sebelah terdengar suara jeritan. Aku langsung melirik mbak yang menerapi, meminta penjelasan.

"Itu sedang di lasser, mbak. Biasanya banyak jerawat. Makanya sampai teriak-teriak nahan perih. Atau lagi treatment lain. Saya juga enggak tahu pasti." jawabnya dengan ramah.

Tidak lama keluar seseorang sambil meringis menuju kamar mandi yang ada di ujung lorong. Wajahnya bengkak. Lagi-lagi aku bertanya.

"Itu habis operasi biasanya mbak. Mau mancungin hidung." kata mbak tadi.

"Hah, mancungin hidung?" aku melonjak kaget. Yang mau dimancungkan hidung tapi kenapa wajahnya yang memerah dan terlihat bengkak.

"Efek obatnya mbak. Tapi untung kalau operasi di tempat yang benar seperti di sini. Coba operasinya di tempat yang abal-abal. Bisa-bisa malah ada yang sampai infeksi wajahnya."

"Ya Allah ...."

Mendengar jawaban dari mbak tersebut, aku jadi ngeri sendiri. Keras juga ternyata perjuangan supaya jadi cantik. Apalagi ada yang sampai harus menjalani operasi, sedot-sedotan hingga tanam tanam benang.

Apa mereka enggak trauma dengan sakitnya? Aku saja membayangkan sudah langsung merinding. Ingat ketika pernah dirawat di rumah sakit karena tifus saja rasanya sudah enggak snagguo. Tangan harus diinfus. Beberapa kali disuntik. Sungguh membuatku kapok. Aku enggak berani.

Padahal zaman dahulu para muslimah sibuk memperbaiki akhlaknya. Enggak hanya fokus untuk memperbaiki penampilan. Ya Allah ... Astagfirullah.

"Mbak, sudah selesai." kata terapis tersebut padaku.

"Hah, oh sudah ya mbak. Maaf saya melamun. Soalnya enak wajahnya dipijit-pijit begitu. Padahal ini pertama kalinya lho mbak." kataku.

"Wah, jangan-jangan karena mau nikah ya makanya treatment."

"Hahaha," aku geleng-geleng kepala. Kenapa harus dibahas sih mbak? Saya memang mau nikah, tapi kan sudah dibatalkan.

Karena khawatir mbak tadi bicara lagi dan membuta hatiku yang sedang sensitif tersinggung, makanya aku buru-buru pergi dari salon kecantikan tersebut.

Terpopuler

Comments

Citra Ade Purnama

Citra Ade Purnama

weiiiz rara nyalon juga hihihi

2020-08-03

1

Sindi Kartika Putri

Sindi Kartika Putri

go rara go rara go🤗

2020-08-02

1

Ivan S Amhar

Ivan S Amhar

bagus

2020-08-01

1

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Dadakan
2 Pembatalan Sepihak
3 Perjalanan Pulang
4 Candaan Teman-teman
5 Sampai Di Rumah
6 Bernafas Sejenak
7 7. Harapan Mama
8 8. Mata Mama Berkaca-kaca
9 9. Mengurung Diri Di Kamar
10 10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11 11. Karyawan Baru
12 12. Saat Semuanya Serba Salah
13 13. Pulang
14 14. Semua Salah Rara?
15 15. Arif Jadi Nikah?
16 16. Monika Ariella
17 17. Bertemu Arif
18 18. Gara-gara Enggak Cantik
19 19. Segala Rasa
20 20. Tuduhan Arif
21 21. Sabar Rara!
22 22. Naik Jabatan
23 23. Bertemu Papa
24 24. Nyaris Ditilang
25 25. Rara Yang Berprestasi
26 26. Mencari Mbak Yuni
27 27. Tangis Rara
28 28. Makan Siang Bersama Ken
29 29. Diantar Pulang Oleh Ken
30 30. Pesan Dari Ken
31 31. Bianca Minta Dicomblangi
32 32. Ken Datang Berkunjung
33 33. Gosip
34 34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35 35. Pengakuan Ken
36 36. Curhat Arif
37 37. Membesuk Mbak Yuni
38 38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39 39. Gosip Tentang Rara
40 40. Ujian Lagi?
41 41. Penjelasan Ken
42 42. DESAKAN MAMA
43 43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44 44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45 45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46 46. Bertemu
47 47. Air Mata Buaya
48 48. Tamu Itu Adalah Papa
49 49. Seseorang Yang Selalu Ada
50 50. Terlambat
51 51. Tiga Orang Lelaki
52 52. Lamaran?
53 53. Lamaran? (2)
54 54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55 55. Beneran Dilamar
56 56. Persiapan Pernikahan
57 57. Sah!
58 58. Malam Penuh Cinta
59 59. Papa, Aku Menyayangimu
60 60. Ken Cemburu (Lagi?)
61 61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62 62. Peta Kehidupan Ken
63 63. Gina
64 64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65 65. Perjalanan Ke Paris
66 66. Aku Percaya!
67 67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68 68. Shopping Bersama Ibu
69 69. Drop
70 70. Perdebatan
71 71. Gosip Tentang Ken
72 72. Mama Masuk Rumah Sakit
73 73. Bertengkar Dengan Dinda
74 74. Permintaan Tante Wira
75 75. Permintaan Dinda
76 76. Palsu?
77 77. Maaf
78 78. Habibati
79 79. Suamiku Yang Baik
80 80. Berdebat Dengan Elsa
81 81. Pilih Agama
82 82. Ketemu Tante Wira
83 83. Datang Tiba-tiba
84 84. Datang Tiba-tiba (2)
85 85. Perjalanan Pulang
86 86. Pertemuan
87 87. Ragu
88 88. Terimakasih Tuhan
89 89. Posesif
90 90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91 91. Jaga Jarak
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Panggilan Dadakan
2
Pembatalan Sepihak
3
Perjalanan Pulang
4
Candaan Teman-teman
5
Sampai Di Rumah
6
Bernafas Sejenak
7
7. Harapan Mama
8
8. Mata Mama Berkaca-kaca
9
9. Mengurung Diri Di Kamar
10
10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11
11. Karyawan Baru
12
12. Saat Semuanya Serba Salah
13
13. Pulang
14
14. Semua Salah Rara?
15
15. Arif Jadi Nikah?
16
16. Monika Ariella
17
17. Bertemu Arif
18
18. Gara-gara Enggak Cantik
19
19. Segala Rasa
20
20. Tuduhan Arif
21
21. Sabar Rara!
22
22. Naik Jabatan
23
23. Bertemu Papa
24
24. Nyaris Ditilang
25
25. Rara Yang Berprestasi
26
26. Mencari Mbak Yuni
27
27. Tangis Rara
28
28. Makan Siang Bersama Ken
29
29. Diantar Pulang Oleh Ken
30
30. Pesan Dari Ken
31
31. Bianca Minta Dicomblangi
32
32. Ken Datang Berkunjung
33
33. Gosip
34
34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35
35. Pengakuan Ken
36
36. Curhat Arif
37
37. Membesuk Mbak Yuni
38
38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39
39. Gosip Tentang Rara
40
40. Ujian Lagi?
41
41. Penjelasan Ken
42
42. DESAKAN MAMA
43
43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44
44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45
45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46
46. Bertemu
47
47. Air Mata Buaya
48
48. Tamu Itu Adalah Papa
49
49. Seseorang Yang Selalu Ada
50
50. Terlambat
51
51. Tiga Orang Lelaki
52
52. Lamaran?
53
53. Lamaran? (2)
54
54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55
55. Beneran Dilamar
56
56. Persiapan Pernikahan
57
57. Sah!
58
58. Malam Penuh Cinta
59
59. Papa, Aku Menyayangimu
60
60. Ken Cemburu (Lagi?)
61
61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62
62. Peta Kehidupan Ken
63
63. Gina
64
64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65
65. Perjalanan Ke Paris
66
66. Aku Percaya!
67
67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68
68. Shopping Bersama Ibu
69
69. Drop
70
70. Perdebatan
71
71. Gosip Tentang Ken
72
72. Mama Masuk Rumah Sakit
73
73. Bertengkar Dengan Dinda
74
74. Permintaan Tante Wira
75
75. Permintaan Dinda
76
76. Palsu?
77
77. Maaf
78
78. Habibati
79
79. Suamiku Yang Baik
80
80. Berdebat Dengan Elsa
81
81. Pilih Agama
82
82. Ketemu Tante Wira
83
83. Datang Tiba-tiba
84
84. Datang Tiba-tiba (2)
85
85. Perjalanan Pulang
86
86. Pertemuan
87
87. Ragu
88
88. Terimakasih Tuhan
89
89. Posesif
90
90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91
91. Jaga Jarak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!