11. Karyawan Baru

"Rara!" Dini, Aya dan Risa masuk ke mushalla. Mereka bertiga memelukku, tangis yang semula sudah reda menjadi deras lagi. Tapi bedanya kali ini aku tidak menangis sendiri, tapi ditemani ketiga sahabatku. Kami menangis berempat, saling berpelukan.

"Rara, tolong jangan sedih lagi ya. Kami bertiga akan selaku ada untuk kamu. Bahkan kalau kamu butuh orang untuk menghajar Arif, aku siap membantu." ungkap Dini.

"Enggak usah Din, aku enggak apa-apa kok." Jawabku.

"Ra, aku enggak tahu harus bicara apa, tapi kamu harus tahu satu hal. Bagiku kamu adalah perempuan yang baik. InsyaAllah juga akan dapat jodoh yang baik. Makanya kamu sabar ya Ra. Mungkin Arif memang bukan lelaki yang baik untukmu. Harusnya kamu bersyukur Ra, sebab Allah gagalkan sekarang, bagaimana kalau gagalnya nanti di tengah jalan. Pasti lebih sakit lagi, kan?" Aya yang biasanya cuek sekarang berubah jadi dewasa.

Tetapi apa yang dikatakan Aya memang benar. Lebih baik gagal di awal dari pada harus merasakan gagal setelah menikah atau punya anak. Aku tidak ingin seperti mama dan papa. Bercerai, lalu saling membenci. Sehingga apa yang jadi hak anak-anak tidak terpenuhi.

"Ra, sekarang apa yang bisa kami bantu?" tanya Risa.

Aku mulai menguraikan satu-persatu beban yang ada di dalam hati. Tentang undangan yang sudah terlanjur disebar. Jumlahnya seribu. Semuanya harus segera dihubungi agar nanti tidak ada yang datang di hari H.

"Kalau soal undangan, serahkan pada aku!" kata Dini. Ia yang terlahir dari keluarga kaya raya punya banyak asisten di rumahnya yang bisa diberdayakan. "Pokoknya kasih nomor Hpnya saja, nanti aku yang akan menghubungi semuanya." kata Dini.

"InsyaAllah nggak akan ada yang datang ke acara akhir pekan nanti." tambahnya lagi.

"Di rumah juga ada nasi dan snack untuk acara kajian nanti malam. Kira-kira enaknya diapain ya?" tanyaku.

"Kalau itu mudah sekali Ra. Juga bagi-bagikan saja. Suruh ibu catering ya antar ke sini saja. Dijamin habis. Kalau enggak habis juga, ada bapak-bapak ojek dan juga pejalan kaki yang lalu lalang di depan kantor. Nanti dibagi ke mereka aja. Aku yang handle!" ungkap Aya.

Inilah salah satu keberuntunganku. Punya tiga sahabat yang selalu bisa diandalkan saat apapun juga. Misalnya sekarang ini. Mereka akan selalu bergerak cepat sehingga aku tidak perlu menghadapinya sendiri.

Makanan untuk catering sudah dikirim ke kantor. Aya janji ia yang akan menghandle semuanya. Aku hanya perlu tenang saja. Sementara Dini akan melaksanakan tugasnya nanti setelah pulang kerja.

"Kalau begitu kita kembali ke rumahan masing-masing. Sudah masuk jam kantor. Aku enggak mau urusan pribadi dicampur adukkan dengan urusan kantor!" kataku. Setelah kami berempat saling berpelukan, lalu kami berpisah sebab harus kembali ke divisi masing-masing.

"Ra, ada anak baru nih yang mau masuk." kata kak Gita, selaku seniorku. Ia mengajakku ke depan untuk melihat anak baru yang akan bergabung dengan kami.

"Nama saya Ken." seorang lelaki yang mungkin seusia denganku sedang memperkenalkan dirinya. Lelaki dengan penampilan good looking, memakai kemeja biru muda dan celana kain hitam yang pas di badannya.

"Saya Biaca." lanjut seorang perempuan dengan tunggu ku perkirakan seratus tujuh puluh sentimeter, bahkan mungkin lebih sebab ia menjulang tinggi, kontras sekali dengan aku yang hanya seratus lima puluh lima sentimeter.

Bianca, ia pasti model pengganti Monica. Model lama yang baru saja resaign sepekan lalu. Entah kenapa. Padahal kontraknya belum habis. Ada yang bilang ia mau lanjut bisnis orang tuanya, tapi ada juga isu bahwa ia akan menikah.

Aku memang tidak terlalu akrab dengan Monica meski pernah dua kali meliputnya untuk rubrikku. Ia tipikal high class, jadi sudah beda level denganku yang bukan siapa-siapa.

"Ra, Ken masuk divisi kamu ya." kata pak Pras, wakil pimpinan.

"Hah, kenapa pak?" tanyaku, yang belum konsentrasi penuh.

"Kamu yang bina."

"Tapi kan saya cuma staff pak. Masa staff membina staff."

"Sudah, jalani saja. Saya percaya kamu. Gita sudah punya tanggung jawab lain soalnya. Tapi ngomong-ngomong kapan kamu cuti?"

"Enggak jadi pak."

"Loh, katanya mau nikah?"

"Batal pak."

"Oh, maaf Ra."

"Iya oke, Pak!"

"Saya titip Ken ya." pak Pras meninggalkan aku dan Ken di aula kantor, sementara yang lain sudah lanjut bekerja.

Fiuff. Ternyata aku harus banyak berlatih untuk bisa tetap tenang saat ada yang mempertanyakan tentang rencana pernikahan kami. Padahal tadi saat keluar dari mushalla rasanya hati sudah stabil, enggak akan gusar meski ada yang mempertanyakan. Tetapi tetap saja, aku masih kecewa.

"Tenanglah Rara. Kamu pasti bisa melewati semua ini." bisikku pada diri sendiri untuk mensugesti diri agar tidak larut dalam kekecewaan ini.

"Hem," suara deheman membuyarkan lamunanku.

"Eh maaf, saya lupa kalau harus mentraining. Oh ya, namanya siapa tadi?" tanyaku.

"Ken Bu." jawabnya.

"Jangan panggil ibu dong. Memang usianya berapa?"

"Dua puluh lima."

"Yah, berarti masih tuaan kamu. Tapi aku tetap panggil Ken enggak apa-apa, kan?"

"Iya enggak apa-apa Ra."

"Ra?"

"Rara kan?"

"Hah, iya."

Aku langsung memberi isyarat agar ia mengikuti menuju ruangan kami. Di sini diisi oleh sepuluh orang, salah satunya kak Gita, ia adalah seniorku.

"Kamu punya pengalaman apa?" tanyaku padanya. "Maksud saya di dunia kepenulisan. Pernah nulis enggak?"

"Enggak."

"Terus pernah apa?"

"Saya benar-benar baru, Ra."

"Oh, fresh graduate ya? Ya sudah. Yang penting rajin baca dan nanya saja. Di sini asyik kok. Semua orang baik-baik juga."

"Direkturnya juga baik?"

"Entah."

"Loh kok begitu jawabannya?"

"Yang aku tahu pimpinannya itu ya pak Pras. Kalau direktur utama entah siapa. Konon yang bakal mimpin kita itu anaknya pemilik perusahaan ini, tapi sampai sekarang belum kelihatan batang hidungnya."

"Oh ya?"

"Iya."

"Memang ada gosip tidak baik tentangnya?"

"Kalau itu aku enggak tahu dan nggak mau tahu. Aku paling enggak suka orang nanya-nanya tentang hal-hal nggak penting seperti ini. Jadi tolong jangan ajak aku buat ngegosip. Oke!"

"Oke. Maaf ya Ra."

"Enggak apa-apa."

Setelah mengarahkan Ken tentang apa yang harus ia kerjakan di awal, barulah aku lanjut dengan pekerjaan sendiri. Mulai mempersiapkan calon proyek baruku. Sebenarnya aku akan mempresentasikan nanti setelah cuti menikah, tetapi karena semuanya gagal, makanya jadwaknya akan aku majukan.

Lebih cepat lebih baik. Dari pada sekarang tidak melakukan apapun. Lagipula aku berharap dengan proyek baru yang sudah kusiapkan ini bisa membuat perusahaan semakin berkembang. Apalagi idenya muncul secara dadakan saat tadi sedang berdiam diri di mushalla.

Terpopuler

Comments

Nyonya Harahap_81

Nyonya Harahap_81

banyak typo

resign, bukan resaind

2020-09-11

0

Santi Harahap

Santi Harahap

lanjuttt

2020-08-23

0

Sindi Kartika Putri

Sindi Kartika Putri

lanjut authorrr

2020-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Dadakan
2 Pembatalan Sepihak
3 Perjalanan Pulang
4 Candaan Teman-teman
5 Sampai Di Rumah
6 Bernafas Sejenak
7 7. Harapan Mama
8 8. Mata Mama Berkaca-kaca
9 9. Mengurung Diri Di Kamar
10 10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11 11. Karyawan Baru
12 12. Saat Semuanya Serba Salah
13 13. Pulang
14 14. Semua Salah Rara?
15 15. Arif Jadi Nikah?
16 16. Monika Ariella
17 17. Bertemu Arif
18 18. Gara-gara Enggak Cantik
19 19. Segala Rasa
20 20. Tuduhan Arif
21 21. Sabar Rara!
22 22. Naik Jabatan
23 23. Bertemu Papa
24 24. Nyaris Ditilang
25 25. Rara Yang Berprestasi
26 26. Mencari Mbak Yuni
27 27. Tangis Rara
28 28. Makan Siang Bersama Ken
29 29. Diantar Pulang Oleh Ken
30 30. Pesan Dari Ken
31 31. Bianca Minta Dicomblangi
32 32. Ken Datang Berkunjung
33 33. Gosip
34 34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35 35. Pengakuan Ken
36 36. Curhat Arif
37 37. Membesuk Mbak Yuni
38 38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39 39. Gosip Tentang Rara
40 40. Ujian Lagi?
41 41. Penjelasan Ken
42 42. DESAKAN MAMA
43 43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44 44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45 45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46 46. Bertemu
47 47. Air Mata Buaya
48 48. Tamu Itu Adalah Papa
49 49. Seseorang Yang Selalu Ada
50 50. Terlambat
51 51. Tiga Orang Lelaki
52 52. Lamaran?
53 53. Lamaran? (2)
54 54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55 55. Beneran Dilamar
56 56. Persiapan Pernikahan
57 57. Sah!
58 58. Malam Penuh Cinta
59 59. Papa, Aku Menyayangimu
60 60. Ken Cemburu (Lagi?)
61 61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62 62. Peta Kehidupan Ken
63 63. Gina
64 64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65 65. Perjalanan Ke Paris
66 66. Aku Percaya!
67 67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68 68. Shopping Bersama Ibu
69 69. Drop
70 70. Perdebatan
71 71. Gosip Tentang Ken
72 72. Mama Masuk Rumah Sakit
73 73. Bertengkar Dengan Dinda
74 74. Permintaan Tante Wira
75 75. Permintaan Dinda
76 76. Palsu?
77 77. Maaf
78 78. Habibati
79 79. Suamiku Yang Baik
80 80. Berdebat Dengan Elsa
81 81. Pilih Agama
82 82. Ketemu Tante Wira
83 83. Datang Tiba-tiba
84 84. Datang Tiba-tiba (2)
85 85. Perjalanan Pulang
86 86. Pertemuan
87 87. Ragu
88 88. Terimakasih Tuhan
89 89. Posesif
90 90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91 91. Jaga Jarak
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Panggilan Dadakan
2
Pembatalan Sepihak
3
Perjalanan Pulang
4
Candaan Teman-teman
5
Sampai Di Rumah
6
Bernafas Sejenak
7
7. Harapan Mama
8
8. Mata Mama Berkaca-kaca
9
9. Mengurung Diri Di Kamar
10
10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11
11. Karyawan Baru
12
12. Saat Semuanya Serba Salah
13
13. Pulang
14
14. Semua Salah Rara?
15
15. Arif Jadi Nikah?
16
16. Monika Ariella
17
17. Bertemu Arif
18
18. Gara-gara Enggak Cantik
19
19. Segala Rasa
20
20. Tuduhan Arif
21
21. Sabar Rara!
22
22. Naik Jabatan
23
23. Bertemu Papa
24
24. Nyaris Ditilang
25
25. Rara Yang Berprestasi
26
26. Mencari Mbak Yuni
27
27. Tangis Rara
28
28. Makan Siang Bersama Ken
29
29. Diantar Pulang Oleh Ken
30
30. Pesan Dari Ken
31
31. Bianca Minta Dicomblangi
32
32. Ken Datang Berkunjung
33
33. Gosip
34
34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35
35. Pengakuan Ken
36
36. Curhat Arif
37
37. Membesuk Mbak Yuni
38
38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39
39. Gosip Tentang Rara
40
40. Ujian Lagi?
41
41. Penjelasan Ken
42
42. DESAKAN MAMA
43
43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44
44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45
45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46
46. Bertemu
47
47. Air Mata Buaya
48
48. Tamu Itu Adalah Papa
49
49. Seseorang Yang Selalu Ada
50
50. Terlambat
51
51. Tiga Orang Lelaki
52
52. Lamaran?
53
53. Lamaran? (2)
54
54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55
55. Beneran Dilamar
56
56. Persiapan Pernikahan
57
57. Sah!
58
58. Malam Penuh Cinta
59
59. Papa, Aku Menyayangimu
60
60. Ken Cemburu (Lagi?)
61
61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62
62. Peta Kehidupan Ken
63
63. Gina
64
64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65
65. Perjalanan Ke Paris
66
66. Aku Percaya!
67
67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68
68. Shopping Bersama Ibu
69
69. Drop
70
70. Perdebatan
71
71. Gosip Tentang Ken
72
72. Mama Masuk Rumah Sakit
73
73. Bertengkar Dengan Dinda
74
74. Permintaan Tante Wira
75
75. Permintaan Dinda
76
76. Palsu?
77
77. Maaf
78
78. Habibati
79
79. Suamiku Yang Baik
80
80. Berdebat Dengan Elsa
81
81. Pilih Agama
82
82. Ketemu Tante Wira
83
83. Datang Tiba-tiba
84
84. Datang Tiba-tiba (2)
85
85. Perjalanan Pulang
86
86. Pertemuan
87
87. Ragu
88
88. Terimakasih Tuhan
89
89. Posesif
90
90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91
91. Jaga Jarak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!