16. Monika Ariella

Nama gadis itu Monika Ariella. Gadis keturunan Indonesia campuran Inggris, usianya hampir sama denganku, hanya beda beberapa bulan. Bekerja di kantor kami kira-kira sejak enam bulan lalu sebagai model untuk beberapa produk pakaian muslimah meskipun sebenarnya ia tidak mengenakan hijab.

Monika sebenarnya tipe gadis supel yang gampang dekat dengan siapapun. Tapi denganku kami hanya pernah bertegur sapa beberapa kali. Saat berada di pantry, atau ketika rehat siang. Setelah itu ia tidak dekat sama sekali. Mungkin karena belum pernah punya projek bersama.

Gadis campuran itu baru di dunia modelling. Sebelumnya ia malah bekerja sebagai seorang desainer. Tetapi karena penampilannya yang good looking, akhirnya ditawarkan jadi seorang model dan kebetulan juga ia punya bakat di dunia tersebut secara alamiah.

Sayangnya, beberapa pekan lalu, tepatnya aku tidak terlalu ingat, ia memilih keluar meskipun sebenarnya sudah dapat kontrak baru. Entah apa alasannya, aku juga tidak terlalu tahu.

Aku hanya ingat, beberapa kali pernah mendapati Arif berbincang dengannya. Tetapi saat aku datang, mereka diam. Bahkan Monika menjauh meskipun sebenarnya aku tidak mempermasalahkan sebab bisa saja mereka bicara soal pekerjaan karena salah satu job Arif adalah sebagai fotografer di kantor ini. Tentunya memfoto Monika sebagai modelnya.

"Apa mereka benar-benar selingkuh di belakang kamu, Ra?" pertanyaan Dini membuyarkan lamunanku.

"Selingkuh?" entahlah, aku melihat semuanya wajar-wajar saja. Tidak ada yang aneh sama sekali.

Saat kami sedang berdiskusi, tiba-tiba kak Gita masuk. Ia ngos-ngosan, mungkin karena terburu-buru.

"Ada apa, kak? Kok sampai segitunya?" tanyaku, sambil menawarkan kursi dan segelas air minum.

Setelah duduk dan menghabiskan air minum, kak Gita mengaku naik dari lobi ke lantai melatih tempat ruanganku dengan tangga sebab ia tidak sabar, sementara lift tidak kunjung terbuka sebab banyak orang yang memakai hilir mudik di pagi hari.

"Ra, aku sangat yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Arif!" kata kak Gita.

"Kami juga yakin seperti itu, kak." Dini mengemukakan hasil diskusi kamu harusnya.

"Lalu sekarang bagaimana?" tanya Risa.

"Sebaiknya kamu hubungi Arif." kata kak Gita.

"Ngapain kak?" aku menggeleng. Setelah apa yang ia lakukan padaku, rasanya tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tapi masa kak Gita menyuruh aku menghubunginya. Kan malas benget.

"Bukan apa-apa, Ra. Kamu berhak tahu apa yang sebenarnya terdapat." ungkap kak Gita. "Jangan-jangan ...."

"Jangan-jangan apa?" tanyaku.

"Ya, pasti ada sesuatu!" ungkap Aya.

"Hufff, aku enggak tahu harus bicara apa. Bertemu saja rasanya masih malas." kataku. Bicara apa adanya yang aku rasakan.

"Konfrontasi!" kata kak Gita tegas.

"Bagaimana ya," aku masih berpikir.

"Jangan mikir lagi Ra. Sekarang juga telepon dia, minta ketemuan. Dia harus menjelaskan semuanya. Kamu tenang saja. Kami semua akan ikut menemani." ungkap Dini.

"Iya, benar!" kata Kak Gita, Risa dan Aya serentak.

Sebenarnya masih ragu untuk menghubungi Arif. Tapi apa yang dikatakan kak Gita dan ketiga sahabatku itu memang benar. Aku berhak tau apa yang sebenarnya terjadi. Kalau tidak ada apa-apa antara Arif dan Monika, kenapa pernikahannya begitu cepat. Hanya dua hari setelah ia membatalkan pernikahan kami tapi sudah langsung bagi undangan.

Melihat lokasi pernikahan yang cukup mewah, aku yakin persiapannya bukan sehari dua hari. Sama seperti pesta yang ingin digelar Mama saja memakan waktu sampai dua pekan lebih untuk persiapan saja. Padahal gedung yang kami pakai dibawah gedung yang dipesan Arif.

Mungkin karena aku terlihat masih ragu-ragu. Aya segera menekan gadget milikku agar tersambung pada nomor Arif. Jantungku langsung berdetak lebih kencang. Bukan karena grogi karena mau bicara dengannya, tapi bingung harus berkata apa?

[Assalamualaikum, Ra.] suara Arif menjawab teleponku.

[Wa'alai ... kumussalam.] aku bicara dengan suara terbata-bata.

[Kenapa Ra?]

Aku harus bilang apa? Aku melihat kak Gita, Aya, Dini dan Risa. Untungnya dengan sigap Aya membisikkan kata-kata padaku.

[Rif, bisa bicara?]

[Ini kan sudah bicara, Ra?]

[Maksudku, bisa kita ketemu.]

[Kenapa Ra?]

[Ada yang ingin aku katakan. Bisa?]

[Mmm, bagaimana ya Ra.]

[Cuma sebentar.]

[Ya sudah. Kapan?]

Lagi-lagi aku melirik mereka berempat, berharap petunjuk. Dengan sigap kak Gita menulis sesuatu di kertas.

[Sekarang.] usai mengatakan itu aku langsung menutup mulut. Sekarang? Aku yang tidak siap. Bagaimana ini? Sekarang selain deg-degan, badanku juga panas dingin dibuatnya.

[Dimana Ra? Tapi kamu datang sendiri ya, jangan bawa teman ataupun kak Gita.]

Lagi-lagi kak Gita menulis. Ia memintaku mengajak Arif ketemuan di taman belakang kantor. Setelah Arif menyetujui, ia menutup teleponnya.

"Kak kok sekarang sih?" tanyaku.

"Soalnya aku udah enggak sabar pengen bejek-bejek kepalanya si Arif itu!" kata kak Gita.

"Aku juga."

"Iya, aku juga!" kata Aya dan Dina bersamaan.

"Terus kenapa ngomongnya di taman belakang? Kan sepi?" tanyaku lagi.

"Ra, namanya mau meluapkan emosi ya di tempat tertutup supaya enggak ada yang tahu apa yang kita lakukan pada Arif." kata Dini.

"Biar gampang juga memutilasi dia," cetus Aya.

"Ih serem amat. Jangan merusak diri sendiri hanya gara-gara orang kayak gitu " Kataku yang masih bisa berpikir jernih meski sebenarnya akulah yang paling terluka sebab aku korbannya Arif. "Terus rencananya bagaimana nanti?" mengingat Arif enggak akan mungkin mau bicara kalau ada sahabat-sahabatku, apalagi kak Gita.

Arif sadar betul bahwa kak Gita masih sangat kesal padanya dan ia harus cari aman dengan menghindar terlebih dahulu agar tidak jadi korban pelampiasan emosi kak Gita.

Kami berlima mengatur strategi sebelum bertemu dengan Arif. Untuk urusan izin kantor, kak Gita yang mengaturnya. Kami tinggal beres sebab kak Gita yang akan bertanggung jawab atas segala resiko yang mungkin saja timbul atas perbuatan bolos kerja yang kompak kami lakukan.

Entahlah. Apakah aku sanggup bertemu dengannya. Tapi aku harus memberikan sedikit pelajaran pada Arif agar ia tidak berbuat seenaknya pada perempuan. Apalagi sudah banyak kerugian yang harus aku tanggung. Kalau ini tentang aku saja, mungkin aku bisa menahannya, tapi mengingat bagaimana sedihnya Mama karena batalnya pernikahan ini membuatku marah pada Arif. Selain harus menanggung malu, Mama juga kehilangan uang tabungannya secara sia-sia.

Bagi perempuan seperti mama yang harus bekerja keras di usia yang tidak lagi muda, mengumpulkan daba untuk biaya pernikahan itu tidaklah mudah. Arif harus bertanggung jawab untuk itu semua.

Aku setuju untuk bertemu dengan Arif untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Toh ialah yang awalnya datang baik-baik padaku. Meskipun sekarang ia akan menikah dengan Monika, tapi ia harus jelaskan semuanya terlebih dahulu.

Terpopuler

Comments

Lina Atiek Budiarti

Lina Atiek Budiarti

yang semangat ya Rara,,,kasih pelajaran biar kapok.

2020-08-21

0

Sindi Kartika Putri

Sindi Kartika Putri

raraaa semangatttt😊

2020-08-02

1

Umi Nadia Azza

Umi Nadia Azza

semangat rara

2020-07-28

1

lihat semua
Episodes
1 Panggilan Dadakan
2 Pembatalan Sepihak
3 Perjalanan Pulang
4 Candaan Teman-teman
5 Sampai Di Rumah
6 Bernafas Sejenak
7 7. Harapan Mama
8 8. Mata Mama Berkaca-kaca
9 9. Mengurung Diri Di Kamar
10 10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11 11. Karyawan Baru
12 12. Saat Semuanya Serba Salah
13 13. Pulang
14 14. Semua Salah Rara?
15 15. Arif Jadi Nikah?
16 16. Monika Ariella
17 17. Bertemu Arif
18 18. Gara-gara Enggak Cantik
19 19. Segala Rasa
20 20. Tuduhan Arif
21 21. Sabar Rara!
22 22. Naik Jabatan
23 23. Bertemu Papa
24 24. Nyaris Ditilang
25 25. Rara Yang Berprestasi
26 26. Mencari Mbak Yuni
27 27. Tangis Rara
28 28. Makan Siang Bersama Ken
29 29. Diantar Pulang Oleh Ken
30 30. Pesan Dari Ken
31 31. Bianca Minta Dicomblangi
32 32. Ken Datang Berkunjung
33 33. Gosip
34 34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35 35. Pengakuan Ken
36 36. Curhat Arif
37 37. Membesuk Mbak Yuni
38 38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39 39. Gosip Tentang Rara
40 40. Ujian Lagi?
41 41. Penjelasan Ken
42 42. DESAKAN MAMA
43 43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44 44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45 45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46 46. Bertemu
47 47. Air Mata Buaya
48 48. Tamu Itu Adalah Papa
49 49. Seseorang Yang Selalu Ada
50 50. Terlambat
51 51. Tiga Orang Lelaki
52 52. Lamaran?
53 53. Lamaran? (2)
54 54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55 55. Beneran Dilamar
56 56. Persiapan Pernikahan
57 57. Sah!
58 58. Malam Penuh Cinta
59 59. Papa, Aku Menyayangimu
60 60. Ken Cemburu (Lagi?)
61 61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62 62. Peta Kehidupan Ken
63 63. Gina
64 64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65 65. Perjalanan Ke Paris
66 66. Aku Percaya!
67 67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68 68. Shopping Bersama Ibu
69 69. Drop
70 70. Perdebatan
71 71. Gosip Tentang Ken
72 72. Mama Masuk Rumah Sakit
73 73. Bertengkar Dengan Dinda
74 74. Permintaan Tante Wira
75 75. Permintaan Dinda
76 76. Palsu?
77 77. Maaf
78 78. Habibati
79 79. Suamiku Yang Baik
80 80. Berdebat Dengan Elsa
81 81. Pilih Agama
82 82. Ketemu Tante Wira
83 83. Datang Tiba-tiba
84 84. Datang Tiba-tiba (2)
85 85. Perjalanan Pulang
86 86. Pertemuan
87 87. Ragu
88 88. Terimakasih Tuhan
89 89. Posesif
90 90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91 91. Jaga Jarak
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Panggilan Dadakan
2
Pembatalan Sepihak
3
Perjalanan Pulang
4
Candaan Teman-teman
5
Sampai Di Rumah
6
Bernafas Sejenak
7
7. Harapan Mama
8
8. Mata Mama Berkaca-kaca
9
9. Mengurung Diri Di Kamar
10
10. Pengumuman: Aku Gagal Nikah
11
11. Karyawan Baru
12
12. Saat Semuanya Serba Salah
13
13. Pulang
14
14. Semua Salah Rara?
15
15. Arif Jadi Nikah?
16
16. Monika Ariella
17
17. Bertemu Arif
18
18. Gara-gara Enggak Cantik
19
19. Segala Rasa
20
20. Tuduhan Arif
21
21. Sabar Rara!
22
22. Naik Jabatan
23
23. Bertemu Papa
24
24. Nyaris Ditilang
25
25. Rara Yang Berprestasi
26
26. Mencari Mbak Yuni
27
27. Tangis Rara
28
28. Makan Siang Bersama Ken
29
29. Diantar Pulang Oleh Ken
30
30. Pesan Dari Ken
31
31. Bianca Minta Dicomblangi
32
32. Ken Datang Berkunjung
33
33. Gosip
34
34. Maaf, Aku Tidak Mau Ghibah!
35
35. Pengakuan Ken
36
36. Curhat Arif
37
37. Membesuk Mbak Yuni
38
38. Sebuah Tamparan Untuk Arif
39
39. Gosip Tentang Rara
40
40. Ujian Lagi?
41
41. Penjelasan Ken
42
42. DESAKAN MAMA
43
43. Ulang Tahun Yang Membawa Masalah
44
44. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken
45
45. Perempuan-perempuan Di Sekeliling Ken (2)
46
46. Bertemu
47
47. Air Mata Buaya
48
48. Tamu Itu Adalah Papa
49
49. Seseorang Yang Selalu Ada
50
50. Terlambat
51
51. Tiga Orang Lelaki
52
52. Lamaran?
53
53. Lamaran? (2)
54
54. Apakah Harus Gagal Untuk Kedua Kalinya?
55
55. Beneran Dilamar
56
56. Persiapan Pernikahan
57
57. Sah!
58
58. Malam Penuh Cinta
59
59. Papa, Aku Menyayangimu
60
60. Ken Cemburu (Lagi?)
61
61. Kamu Adalah Rezeki Untukku
62
62. Peta Kehidupan Ken
63
63. Gina
64
64. Hadiah Dari Ibu Mertua
65
65. Perjalanan Ke Paris
66
66. Aku Percaya!
67
67. Rencana Shopping Dengan Ibu
68
68. Shopping Bersama Ibu
69
69. Drop
70
70. Perdebatan
71
71. Gosip Tentang Ken
72
72. Mama Masuk Rumah Sakit
73
73. Bertengkar Dengan Dinda
74
74. Permintaan Tante Wira
75
75. Permintaan Dinda
76
76. Palsu?
77
77. Maaf
78
78. Habibati
79
79. Suamiku Yang Baik
80
80. Berdebat Dengan Elsa
81
81. Pilih Agama
82
82. Ketemu Tante Wira
83
83. Datang Tiba-tiba
84
84. Datang Tiba-tiba (2)
85
85. Perjalanan Pulang
86
86. Pertemuan
87
87. Ragu
88
88. Terimakasih Tuhan
89
89. Posesif
90
90. Maaf Jika Aku Menyusahkan Kamu
91
91. Jaga Jarak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!